Carla berlari kecil dengan rasa sakit di siku tangan kirinya. Seseorang menghentikannya, memberikannya serangkai bunga dan amplop.
"Dari siapa?" Carla mengerutkan dahinya.
"Tadi ada orang yang nitip ke gue," jawab Dila. Dialah yang mendapat titipan bunga beserta amplop dari seseorang untuk Carla. "Liat aja di amplopnya." Matanya tertuju pada amplop yang di pegang Carla. "Ada tulisan Carla Pangestika." Dia masuk ke dalam kelas. Meninggalkan Carla.
Carla menoleh jam tangannya. Waktu semakin siang. Dia kembali berlari kecil untuk sampai ke kelasnya. Dia agak panik. Belum lagi dengan luka di sikunya yang masih tercucur darah segar.
Anak laki-laki IPS sedang berkumpul di depan kelas X IIS 2. Semua memperhatikan Carla yang tangan kirinya mengucurkan darah dan tangan kanannya membawa rangkaian bunga. "Kenapa coba, kelasnya harus pindah ke ruangan biologi lagi!" kesalnya dalam hati. Akhirnya dia memberanikan diri untuk terus berjalan lebih cepat.
"Kenapa, Car?" tanya Ali. Teman SMP Carla.
Carla terus berjalan sambil melihat Ali dengan tatapan sinis. "Gue jatoh." Jawabnya singkat. Dia menghampiri teman-temannya yang sedang duduk di depan kelas. "Untungnya belum masuk." Kini dia merasa tenang.
"Gue jatoh." Carla menunjukkan lukanya. "Gue gak kuat sama darahnya. Nyalir terus lagi," dia duduk di kursi tembok.
"Cepet bawa P3K." Suruh Kitri pada Hana. Karena Hana anak PMR di sekolah.
Menunggu P3K, Carla merintih kesakitan. Belum lagi, dia memang phobia terhadap darah. Roknya pun sudah terkena tetesan darah. Wajahnya pucat, semakin ketakutan dengan darah.
"Lo kok pucet," Anggun menghampiri Carla.
"Gue gak kuat liat darahnya, Nyun." Jawab Carla lemas.
Anggun membawa rangkaian bunga di tangan kanan Carla. "Dari siapa nih bunga? Baru aja putus, udah dapet lagi bunga." Dia tersenyum-senyum.
"Tadi gue dapet bunga itu dari Dila." Jawab Carla yang terus menahan rasa sakit. "Dia bilang sih, ada yang nitipin ke dia, tapi gue gak tau siapa. Amplopnya belum gue baca." Carla mengeluarkan amplop dari saku rok kanannya. Anggun merebut dan membacanya bersama anak-anak yang lain. Carla tak peduli dengan amplop itu, dia hanya ingin berganti pakaian untuk menghindar dari darah.
"Car," panggil anak-anak yang membawa surat di dalam amplop. Mereka kelihatan terkejut setelah membaca surat tersebut. Mereka melotot memperhatikan Carla. Carla pun ikut terkejut dengan tingkah mereka yang memang mengejutkan.
"Apaan sih?" tanya Carla agak tak peduli. "Biasa aja mukanya, samaan gitu."
"Lo harus baca deh, surat ini isinya apaan," Anggun memberikan kertas yang terdapat di dalam amplop.
Saat Carla akan membawa kertas tersebut, Hana lebih dulu datang. Cepat-cepat menyembuhkan luka Carla yang cukup parah. Carla berteriak histeris saat diobati Hana. Bahkan anak laki-laki yang sedang duduk di samping kelasnya memperhatikannya.
"Sakit bajingan!" kesal Carla saat Hana mengobati lukanya. "Brengsek!"
Anggun memberikan kertas dari amplop, lalu Carla membacanya. Matanya semakin melotot saat membaca isi kertas tersebut. Bagaimana tidak, dia memang tidak percaya. Bahkan dia membacanya berulang kali. Bagian yang terus dia lihat adalah nama pengirim, begitupun penulisnya. "Gue gak mimpi 'kan?" tanyannya.
"Gue pikir ini emang dia." Jawab Anggun.
"Gak mungkin deh Nyun," pikir Carla. "Karena, gue gak pernah berhubungan lagi sama dia, bahkan menurut gue, dia tuh sekarang ilfeel sama gue. Sekarang, tiba-tiba dia mau jemput gue pulang. Aneh banget 'kan?"
"Lo inget-inget aja tulisannya dulu sama yang ini, sama gak?"
Carla terdiam. Dia mengingat tulisan si penulis surat tersebut. Memang sama, sama-sama rapih. Dia merebut rangakaian bunga dari tangan Della. Dia menoleh pada anak laki-laki di samping kelas. "Apa Anwar yang bilang?" tanyanya dalam hati. Memang, dua hari yang lalu, dia bercerita beberapa hal pada Anwar tentang si penulis surat ini.
"Tapi lo tau gak sih?" Carla berdiri dari duduknya. "Gue, jatoh kayak gini karena dia. Tadi, gue liat dia bonceng mantannya gak tau pacarnya. Ceweknya tuh meluk mesra ke dia, ya gue kesel 'kan? sampe akhirnya gue ngebut dan rem dadak gitu." Jelaskannya. "Intinya, gue jatoh pun karena dia." Dia duduk kembali. "Dan masa sih dia ngirim surat ini. Kan, tadi aja dia boncengan sama cewek."
Carla teringat sesuatu. Dia menoleh anak laki-laki kelas samping. Dia melihat seseorang. "Bukan dia deh," ujarnya dalam hati. "Kayaknya ada orang yang mau ngebaperin gue, mau mainin gue, tau tentang gue dan bikin hal bego kayak gini." Pikirannya tertuju pada orang yang dia maksud.
"Menurut gue, itu beneran dia yang nulis." Jawab Anggun yakin.
Carla mengiraukan Anggun. Dia masuk ke dalam kelas dengan tatapan sinis melihat anak laki-laki. Di dalam kelas, dia melamun. Memikirkan pengirim bunga dan amplop itu siapa. "Kalo dia sih udah jelas gak mungkin. Tapi, bisa jadi, gue 'kan emang cerita sama Anwar. Secara, Anwar temen deketnya." Pemikiran itu masih setengah keyakinan. "Kalo Ilhan, juga gak mungkin. Dia 'kan udah punya cewek lagi. Ya walaupun cuman buat baperin gue, tapi masa sih jailinnya sampe segininya." Pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERIHAL MENGIKHLASKAN
Teen FictionTak ada hal yang harus Carla tolak jika dia datang kembali. Walau sudah berulang kali perjuangannya tidak dihargai. Jika dia menolak. Mungkin itu adalah hal paling bodoh selama 3 tahun ini dia perjuangkan dan menunggu. Laki-laki itu datang tanpa keb...