14. What Happen?

182 12 0
                                    


"Aku kangen traveling." Ujar Carla dengan manja. Kini dirinya dan Restu sedang makan siang di Kopi Progo. "Selama aku bareng kamu, aku gak pernah traveling bareng kamu." Begitulah kodenya untuk meminta Restu mengajak sebuah perjalanan yang sudah dia rindukan. Apalagi kalau bukan traveling Indonesia. Itu hobi yang mereka berdua sukai.

"Mau traveling kemana?" tanya Restu pada akhirnya. Dia peka dengan apa keinginan Carla.

"Aku pengen keluar Jawa." Ujar Carla. "Aku sih pengennya ke Rinjani bareng kamu, tapi aku udah niat buat Rinjani itu gunung yang aku daki terakhir sebelum aku nikah dan aku niatnya bareng calon." Dia menoleh pada Restu sambil tersenyum.

"Aku 'kan calonnya." Jawab Restu sambil tersenyum dengan matanya yang disipit-sipit, kelihatan dari jauh, dia menutup matanya rapat.

"Mau aku juga sih gitu." Carla ikut tertawa kecil. "Jadi kamu mau ajak aku kemana?" tanyanya. Dia teringat sesuatu dengan apa yang dia inginkan beberapa minggu lalu. "Aku pengen pantai." Terus terangnya. "Kita ke Lombok aja." Idenya.

Restu mengerutkan dahinya. Dia memikirkan tentang Banten. Apa Lombok tempat yang pas untuk dirinya dan Carla. "Boleh juga sih." Dia menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju.

"Akhir tahun kita kesana yah?" Carla memberikan jari kelingking untuk membuat perjanjian dengan Restu agar Restu tidak ingkar kepadanya. "Janji dulu?" dia menekukan mulutnya.

Restu pun menyilangkan jari kelingkingnya. "Iya janji." Dia tersenyum lebar.

"Kalo kita nikah, bagus juga tuh di Rinjani." Ide Carla. Dia memainkan sedotan yang berada di gelas minumannya.

"Pikirannya so dewasa." Restu menutup wajah Carla dengan telapak tangannya. "Ya semoga aja kita sampai kesana." Dia tertawa kecil.

"Nanti aku kenalin kamu sama abang." Ujar Carla. "Kamu nanti ikut ke Jerman yah."

Restu hanya tersenyum sambil menggenggam tangan Carla dengan eratnya.

"Gak sabar yah pengen cepet akhir bulan." Ujar Carla yang memang sudah tak sabar ingin merasakan traveling bersama orang yang dia inginkan sejak dulu. Sebenarnya dia ingin mendaki namun akhir ini dia sedang ini memantai.

"Alay." Restu kembali menutup wajah Carla dengan telapak tangannya.

"Semoga kita panjang umur yah. Kita terus bareng. Kita langgeng." Carla melepaskan tangannya dari genggaman Restu dan melingkarkan kedua tangannya di leher Restu. Dia mencium kening dan pipi Restu.

"Amin amin."

"Aku takut kehilangan kamu." Ujar Carla dengan sedih.

Untuk menghilangkan rasa sedihnya, Restu mencium kening Carla.

"Aku boleh nanya gak sama kamu?" tanya Restu.

Carla menjawab dengan isyarat mengangkat kedua halisnya.

"Dulu kamu suka traveling tapi kenapa harus berhenti?"

Carla terdiam. Dia terasa tertusuk panah dalam hatinya. Mengingat hal itu, dia memang benar-benar terpukul. Rasa penyesalannya semkin terasa. Dia menyesal, kenapa harus berhenti disaat itu? Seharusnya dia tetap berjalan untuk impiannya tetap terwujud. Rasa sakitnya tak bisa dia tahan lagi. Dia menangis.

"Aku nyesel udah berhenti traveling saat itu." Carla memeluk Restu. "Padahal gak ada alasan aku berhenti, tapi aku tiba-tiba berhenti dan sampai akhirnya aku males, aku berpikir buat berhenti selamanya." Air matanya terus mengalir.

Restu mengusap air mata Carla. "Sekarang kamu mulai lagi impian kamu sama aku." Dia mencium kening dan kedua pipi Carla.

****

*****

"Mari pulang, marilah pulang, marilah pulang bersama-sama." Restu bernyanyi sambil menggandeng tangan Carla. Mereka sedang berjalan menuju parkiran. Carla hanya tersenyum melihat Restu yang terlihat ceria.

"Satu dua tiga, aku sayang kamu." Balas Carla yang sama dengan nyanyian.

Mereka sudah siap untuk melaju.

"Berangkat sayang?" tanya Restu.

"Berangkat, baby!" Jawab Carla dengan suara yang keras.

"Malu-maluin gila!" Restu mengendarai motornya.

Carla berpegangan pada Restu. "Ngantuk." Dia letakkan kepalanya di bahu Restu.

Sebelum pulang, mereka berkeliling Sumedang terlebih dahulu. Restu begitu menikmati suasana sore hari di jalan. Carla tetap menyandar dengan mata tertutup namun dia tak tidur. Dia semakin ngantuk saat mendengar Restu terus mendongeng.

"Mau jajan dulu gak?" tawarnya Restu.

"Hmmm," Carla berpikir. "Es kirim di cafe Ngalem, enak deh kayaknya."

"Mari kita kesana, sayang." Restu menanjab gas lebih cepat.

Akhirnya Restu mengarahkan motornya ke arah jalan besar. Cafe Ngalem memang berada di pinggir jalan dan terletak di daerah Jalan Prabu Agung. Carla membenci jalan itu. Jalannya yang banyak mobil besar yang berknalpot udara kotor. Dia semakin ingin menutup mata dan sampai akhirnya dia tertidur.

Akhirnya Restu membelokkan motornya untuk menyebrang ke tempat cafe. Kendaraan yang banyak melintas di jalan besar ini membuat penyebrang sulit untuk menunggu jalan kosong. Motornya kini berdiri di tengah-tengah jalan. Dia fokus melihat ke arah kiri untuk mendapatkan jalan kosong.

Mata Restu tak sengaja melihat ke spion kanan, dia melihat mobil fuso melaju ke arahnya dengan kecepatan tinggi. Dia menggerakkan stirnya. Dia merasa bingung akan kemana. Jika dia maju ke depan, ada mobil fuso juga yang melewat secara berantai. Dengan gerakan Restu yang tak bisa diam, membuat Carla terbangun dari tidurnya. Saat dia membuka matanya langsung melihat spion. Mata mereka berdua menatap mobil fuso yang tak mengerem itu. Saking bingungnya, mereka hanya melihat dan terdiam seribu bahasa tanpa melakukan sesuatu hal untuk diselamatkan. Batin mereka hanya berharap mobil di belakang mereka berhenti dijarak yang tepat. Namun nyatanya tidak.

Saat mobil itu lebih dekat dari posisi mereka, mereka hanya mendengar teriakkan. "Blong! Blong! Rem blong! Tolong kami! Tolong!" Percuma mereka lakukan, untuk maju pun berantai mobil fuso membawa pasir berjalan. Sampai akhirnya mobil fuso itu menabrak motor milik Restu. Restu dan Carla terpental jauh. Mereka tak sadarkan lagi.

m5þO'

PERIHAL MENGIKHLASKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang