29. Yes, I Love You

131 6 0
                                    

 Banyak perubahan dalam diri Carla setelah kejadian itu. Penampilannya yang tertutup, sikapnya yang lebih baik dan menjadi lembut, shalat 5 waktu yang tak pernah terlewatkan, belajarnya semangat. Hubungan keluarga pun semakin membaik.

Mereka yang mengenal Carla merasa aneh dengan perubahan salah satu temannya ini. Ada beberapa dari mereka bilang itu hanya sensasi. Carla tak menanggapinya. Impiannya, dia rancang kembali untuk waktu libur panjang yang sebentar lagi. Dia berencana akan full time tinggal di sebuah kota untuk menelusuri setiap keindahan alamnya. Walau sendiri, itu bukan masalah.

Beberapa waktu lalu, Carla menghampiri Opu Daeng yang sedang berkumpul di cafe Ngalem.

****

Carla turun dari mobilnya, tepat di depan cafe. Dia datang di waktu yang tepat, semua anak-anak sedang berkumpul, namun memang ada beberapa yang tidak ada karena keperluan bersama teman yang lain, sekolah ataupun keluarga.

Carla berjalan perlahan menghampiri anak-anak. Dia menggunakan rok span, jaket jeans dan dia menutup kepalanya, membawa tas jingjing, dia begitu feminim dan cantik. Dia tebarkan senyuman.

Anak-anak yang sedang mengobol terkejut melihat Carla yang berpenampilan tak seperti biasanya. Beberapa perempuan dari mereka menutup mulut karena tak percaya. Aisyah meneteskan air mata melihat perubahan Carla. Laki-laki melihat Carla begitu cantik, begitu anggun, membuat mereka tertarik untuk melihatnya.

Aisyah berjalan menghampiri Carla. "Carla," dia memeluk Carla dengan air mata yang sudah pecah membasahi pipinya.

"Ges, gue minta maaf, gue minta maaf." Carla pun menangis di bahu Aisyah.

"Semuanya baik-baik aja." Aisyah melepaskan pelukan. Dia menarik tangan Carla untuk menghampiri anak-anak. "Kita kangen sama kamu." Dia tersenyum bahagia dengan kedatangan sahabat yang beberapa waktu ini tak bergabung lagi.

Carla tersenyum menghadap anak-anak. Dia menarik nafas dalam-dalam agar lebih tenang. "Gue minta maaf," ujarnya memberanikan diri. "Maaf gue udah lama gak kumpul sama kalian, gue ngejauh dari kalian. Gue minta maaf." Perasaannya disertai rasa bersalah.

"Lo makin cantik aja." Teriak Ali meramaikan suasana.

Semua tertawa.

Carla bergabung untuk duduk bersama mereka. Bercanda kembali seperti dulu mereka berkumpul. Mata Carla mencari seseorang, namun ternyata dia tak ada. Sosok Difa yang tinggi yang sedang dia cari. Apa Difa bener-bener pindah ke Wina? Sudah 4 minggu ini dia tak pernah bertemu sama sekali dengan Difa. Ingin rasanya dia menanyakan kepada yang lain, kenapa Difa tak ada? Namun dia urungkan niat itu.

Sendi duduk di samping Carla. Dia memperhatikan Carla. Carla merasa tak nyaman, dia merasa salah tingakah.

"Difa tadi pulang," ujar Sendi tiba-tiba. Seakan dia tahu apa yang sedang Carla cari dan pikirkan.

Carla melotot mendengar kalimat itu. Itu artinya, Difa tak pergi dari Indonesia, dia masih ada disini.

"Semuanya baik-baik aja 'kan?" tanya Carla, mempertanyakan persoalan Difa dan Alan.

"Mereka belum bareng-bareng, tapi Difa sering ke sini buat kumpul dan semuanya baik-baik aja."

Hati Carla merasa lega mendengar itu semua. Apalagi mendengar jika Difa masih dekat dengan anak-anak, bukan malah menjauh setelah kejadian itu. Dengan pemberitahuan kabar gembira ini, dia pergi ke rumah Difa.

*****

Carla mengetuk pintu rumah Difa, ternyata Bu Rima yang membuka. Dia mencium tangan Ibu. "Aku kangen Bu,"

"Ayo, masuk sayang." Ajak Bu Rima sambil masuk ke dalam ruang tamu dan diikuti Carla.

Carla menyimpan makanan yang baru saja dia beli untuk orang-orang di rumah Difa.

"Ibu gimana kabarnya?" tanya Carla memulai percakapan.

"Alhamdullilah, Ibu sama keluarga sehat-sehat aja." Jawab Ibu. "Kamu gimana?" tanyanya. "Ngomong-ngomong, kamu pake kerudung, cantik." Pujinya sambil tersenyum.

"Alhamdullilah, Bu, aku juga sehat." Jawab Carla. "Aku lagi belajar buat lebih baik, Bu."

"Syukur kalo gitu, kita kalo semakin tua harus semakin lebih baik."

Carla tersenyum malu. "Bu, ada Difa?"

Mendengar pertanyaan itu, membuat bu Rima terlihat agak sedih. "Semenjak kalian ngobrol hari itu, Difa selalu cari kesibukan di luar, selalu bawa perempuan beda-beda." Suaranya begitu menyedihkan. "Kayaknya, dia cari kesenangan yang bisa gak mikirin kamu lagi."

Selalu bawa perempuan beda-beda? Kalimat itu menjadi pertanyaan di dalam benak Carla. Apa dia mau permainin lagi perempuan? Kenapa dia gak bareng Ayu aja?

"Difa deket sama Ayu, Bu?" tanya Carla dengan hati-hati.

Ibu Rima menggeleng. "Beberapa hari lalu Ayu datang ke sini, tapi Difa cari alesan biar gak ketemu Ayu. Difa berusaha jauhin Ayu, mungkin karena rasa sakitnya yang dulu." Pikirnya.

"Dia gak jadi pindah ke Wina 'kan, Bu?" tanya Carla antusias.

Bu Rima menggeleng tegas. "Ibu larang. Ibu gak mau kehilangan anak laki-laki yang udah Ibu urus bertahun-tahun."

Hati Carla semakin lega mendengar kalimat itu. Artinya Difa tak akan meninggalkannya jauh-jauh. Walau mungkin mereka jarang bertemu, namun setidaknya mereka berdua masih bisa bertemu.

"Kamu sayang sama Difa?" tanya Bu Rima tiba-tiba.

Carla terdiam beberapa detik, lalu mengangguk pelan.

"Ibu rasa, dia juga masih seperti itu." Pikir Bu Rima. "Kalian cocok, hubungan kalian cuman perlu waktu."

"Aku takut kehilangan Difa, Bu." Carla memegang tangan Ibu. Air matanya mulai berkaca-kaca.

"Dia pasti balik sama kamu lagi." Ibu tersenyum meyakinkan.

***** 

PERIHAL MENGIKHLASKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang