17. Pelindung

186 11 0
                                    


"Itulah Carla sekarang," ujar bang Irfan. "Dia gak tau apa-apa tentang kalian." Lanjutnya. Posisinya sekarang sedang duduk di sofa ujung bersama Difa, Sendi dan Agung. Mereka sedang memperhatikan Carla yang mengobrol bersama Ciwi Crazy.

"Kehidupannya udah beda ya, Bang." Ujar Difa.

"Kehidupannya emang harus beda." Ujar bang Irfan. "Jangan ada yang berusaha buat ngingetin dia sama masa lalunya, apalagi tentang Restu." lanjutnya. "Jangan ada yang ngingetin Restu, dia pasti nanya-nanya."

"Banyak orang yang gak suka sama di, Bang, gara-gara dia sama Restu dulu." Ujar Agung yang ikut dalam pembicaraan.

"Lindungin dia dari orang-orang yang jahat sama dia." Jawab bang Irfan.

"Jauhin dia dari Ayu dan gengnya, Dif." Ujar Sendi pada Difa. Dia yakin, Difa yang akan selalu menjaga Carla.

Sebenarnya bukan Sendi saja yang merasa seperti itu, namun dari awal Difa sudah berniat akan menjauhi Carla dari Ayu.

"Barang-barang selama dia sama Restu, udah kalian simpen?" tanya bang Irfan.

Semua terdiam. Sendi dan Agung melihat Difa. Difa agak kesal mendengar pertanyaan itu. Bagaimana tidak, hal itu dia benci. Tak seharusnya bang Irfan menyimpan barang itu, harusnya dibuang karena sudah tak ada lagi hubungan Restu dan adiknya itu.

Difa sampai bertengkar dengan Sendi hanya gara-gara barang kenangan itu. Difa yang ngotot ingin membuang dan bahkan membakar semua barangnya. Namun Sendi mengingatkannya sesuai permintaan bang Irfan yang hanya menyimpannya dengan baik-baik.

"Gimana kalo dia tau tentang barangnya itu, Bang?" tanya Sendi.

"Suatu saat dia pasti akan tau siapa dirinya." Jawab bang Irfan dengan tatapan kosong. Dia membayangkan jika Carla tahu tentang masa lalunya.

"Kita simpen barang-barangnya di kamar dekat dapur." Jawab Difa sambil memalingkan wajahnya.

"Kenapa kita gak kasih tau aja sekarang tentang masa lalunya?" tanya Difa yang begitu semangat. Dia hanya tak mau jika perempuan yang dia sayangi terus dibohongi.

"Gak sekarang." Jawab bang Irfan agak ragu.

"Apa bedanya sekarang dan nanti?" tanya Difa yang terus berusaha melawan. "Semua bakal sama aja."

"Kita butuh waktu, dia baru sembuh, bahkan belum pulih, check up harus terus berjalan." Jawab bang Irfan.

"Gue tahu. Kalo dia udah tau semuanya, dia pasti marah besar." Ujar bang Irfan dengan tatapan kosong.

Bang Irfan mengajak Difa untuk menemani Carla pulang ke rumahnya yang dulu. Selama ini Difa selalu bersiaga untuk perintah darinya yang berhubungan dengan Carla. Mungkin dulu pandangannya terhadap Difa menjengkelkan, sama seperti Carla. Namun melihat kesiagaannya terhadap Carla yang tulus membantunya, membuat dia suka pada Difa.

Carla masuk ke dalam rumahnya dengan digandeng Difa. Kaki Carla belum dapat berjalan normal dengan tulang bagian mata kaki kanannya yang bengkok. Difa memperkenalkan satu persatu ruangan. Ada foto kedua orangtua kandung Carla, Difa memperkenalkannya dengan kakek dan nenek Carla, sesuai dengan perintah yang bang Irfan sampaikan.

Ada ruangan yang tak Difa kenalkan itu ruang apa. Namun Carla melihatnya dan sehingga dia bertanya-tanya. "Itu ruang apa?" tanya Carla pelan yang menunjuk ke arah ruangan yang dekat dapur itu.

PERIHAL MENGIKHLASKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang