Carla bangun pagi. Dini hari tadi, dia diajak Opu Daeng pukul 8 untuk explore salah satu curug Sumedang, yaitu Curug Sabuk. Curug adalah air terjun. Itulah alasannya ia harus bangun pagi, dia menyiapkan beberapa barang yang akan dibutuhkan selama perjalanan, karena mereka harus berjalan cukup jauh.
Carla lebih dulu sarapan dengan burger buatannya. Seperti biasa, dia menyantapnya sendirian di ruang makan. Seketika, dia menjadi ingat dengan keluarganya yang sudah tak ada di sampingnya lagi. Tiba-tiba muncul rasa rindunya pada mamah dan papah, pada abang dan adiknya yang dipisahkan dengan jarak jauh.
Rasanya, Carla ingin pergi ke Jerman untuk bertemu dengan abang dan adiknya. Tak hanya lewati video call saja untuk bertatap muka, namun dia ingin memeluk saudara kandungnya itu. Dia teringat, sudah lama tak berkunjung ke makam kedua orangtuanya. "Besok aja gue kesana," ujarnya. "Biar sama Restu."
Waktu sudah pukul 8.10. Itulah kebiasaan Carla, yaitu ngaret. Sengaja dia ngaret, agar tak menunggu lama, padahal dari tadi dia sudah siap terlebih dahulu. Dia menjemput satu persatu temannya yang akan dia ajak dengan mobil kesayangannya, mobil gift.
Setelah semuanya berkumpul di Cafe Ngalem. Mereka pun berangkat bersama-sama dengan sistem kompoi.
Mereka parkir di pemukiman. Perjalanan pun mulia. Mereka berjalan memasuki hutan. Track yang mereka lewati cukup sulit. Namun tidak bagi Carla, dia memang pendaki, sudah biasa menemui track-track seperti ini. Beberapa pasangan dari mereka saling membantu, bahkan ada yang mencari kesempatan untuk saling mendekati, sama seperti Difa yang sejak tadi berusaha membantu Carla. Untung saja Carla bisa.
Tiba-tiba Difa jatuh. Carla langsung mengobatinya, karena hanya dia yang membawa kotak P3K. Saat Carla mengobati lutut Difa, Difa hanya tersenyum-senyum sendiri. Carla merasa terganggu, akhirnya dia melihat Difa sambil mengerutkan dahinya.
"Lo kenapa sih?" tanya Carla agak kesal. "Masih untung gue obatin."
Difa tersenyum jahil. "Gue seneng aja." Dia memperhatikan Carla yang kembali mengobati lututnya. "Akhirnya lo baik sama gue." Dia tertawa kecil.
Carla semakin kesal. Dia terdiam. Matanya melihat Difa dengan tajam. Tangan kanannya menekan keras di atas luka Difa. Dia sengaja untuk mengeluarkan rasa kesalnya.
"Sakit! Gila!" teriak Difa yang memang pasti akan terasa sakit.
"Haha!" Carla tertawa sengaja. Dia memberikan kotak P3K pada Difa dengan kasar. "Obatin tuh sendiri!" dia pergi meninggalkan Difa yang masih merasa kesakitan.
Carla berjalan lebih cepat untuk menjauh dari Difa. Rasanya dia tak mau ada Difa di sisinya lagi. Dia berulang kali menoleh ke belakang untuk melihat Difa, akhirnya sosok Difa tak terlihat di belakangnya. Dia merasa tenang. Namun beberapa menit kemudian, Difa mendahului langkah Carla. Dia memberikan kotak P3K pada Carla sambil tersenyum-senyum.
Carla menghentikan langkahannya. Dia mengerutkan dahinya.
Melihat Carla kebingungan, terlihat pertanyaan dipikirannya. "Lagian, lukanya gak parah-parah amat. Jadi, gue bisa lari." Ujar Difa dengan santainya.
Carla mengambil kotak P3K dengan kesal. Difa hanya tersenyum-senyum melihat ekspresi Carla yang kesal. Dia senang dengan niatnya yang memang akan menjahili Carla. Bukan menjahili untuk terluka, hanya untuk candaan, untuk lebih akrab dan memanfaatkan momen ini.
"Minggir lo!" Carla mendorong Difa hingga terjatuh di atas semak-semak.
"Sial!" Difa terbangun, lalu mengejar Carla. Dia berjalan di belakang Carla untuk menjaganya.

KAMU SEDANG MEMBACA
PERIHAL MENGIKHLASKAN
Fiksi RemajaTak ada hal yang harus Carla tolak jika dia datang kembali. Walau sudah berulang kali perjuangannya tidak dihargai. Jika dia menolak. Mungkin itu adalah hal paling bodoh selama 3 tahun ini dia perjuangkan dan menunggu. Laki-laki itu datang tanpa keb...