25. Terima Kasih Difa

148 7 0
                                    

Carla menikmati secangkir kopi di depan kamarnya. Dia hanya terdiam. Pikirannya terus berputar pada Difa. Entah kenapa. Padahal sejak tadi dia berusaha untuk memikirkan hal itu. Rasa khawatir, khawatir kehilangan Difa dan ternyata memilih Ayu.

"Gue selama ini udah jahat sama dia." Ujar Carla. "Tapi gue gak bisa bareng dia. Gue belum siap." Dia menundukkan kepalanya.

Tiba-tiba handphone Carla bergetar. Ternyata ada line dari Alan. Dari pulang sekolah Alan memang menghilang.

"Keluar yuk" isi pesan dari Alan.

Carla terdiam, tak langsung membalas. Dia teringat lagi pada Difa. Dia takut sampai Difa tahu, karena teman-teman Difa ada dimana-mana. Dia tak mau sampai Difa tahu, dia tak mau Difa tahu jika dia ada hubungan dengan laki-laki lain selainnya. Dia tak mau, karena hal itu membuat Difa meninggalkannya.

"Aku cape" balas Carla singkat.

"Ini juga mau tidur" alasan Carla.

Kemudian Carla masuk ke dalam kamarnya, membantingkan tubuhnya di atas kasur. Dia melihat handphone-nya, tak ada line dari Difa. Dia semakin khawatir. Akhirnya dia menghubungi Sendi.

"Sama Difa?"

"Gak" jawab singkat Sendi.

"Sama Difa?" Carla menanyakan pada Farhan.

"Handphone Difa mati"

"Ini Difa lagi di rumah Farhan"

"Lagi latihan dj sama launchpadd" begitulah balasan Difa yang spam lewat handphone Farhan.

Setelah mendapat balasan itu, Carla merasa plong. Rasa khawatirnya mengurang.

"Disini aja anak-anak ko" ada pesan lagi

Carla melotot mendengar kalimat itu. Anak-anak? Pasti anak-anak Opu Daeng. Ayu? Anak Opu Daeng. Hatinya kembali cemas, dengan cepat dia membalas.

"Ada Ayu?" Carla memberanikan diri menanyakan perempuan itu.

"Ada"

"Tapi aku gak deket sama dia"

"Kan ada kamu" Begitulah balasan Difa yang mencoba merayu, namun tetap membuat Carla kesal dan khawatir.

"Gak nanya!"

Carla kesal. Dia meletakkan handphone-nya dan memeluk guling, lalu dengan mudahnya tertidur lelap.

****

"Makasih yah, bang." Pamit Difa pada pedagang.

Difa kembali mengendarai motornya dengan cepat, karena sudah ada gerimis-gerimis. Saat hampir deket dengan rumah Carla, hujan semakin besar. Akhirnya dia terus melanjutkan perjalanan karena waktu yang sudah menunjukkan pukul 10 malam.

"Car," teriak Difa dari luar pagar.

Dulu, sewaktu keluarganya tak ada, siapapun bisa seenaknya masuk rumah ini, namun sekarang tidak. Jadi, dengan terpaksa Difa harus menunggu seseorang membuka pintu. Kini, pagar pun tak biasanya dikunci. Dia hanya dapat memanggil panggilan Carla. Dia berpikir, mungkin Carla marah karena Ayu.

"Sial!" kesal Difa yang hanya dapat diungkapkan dalam hati.

Waktu semakin malam, bahkan hujan semakin deras. Dia sampai membuka jaketnya untuk melindungi rangkaian bunga yang telah dia beli dan menyelamatkan roti bakar green tea kesukaan Carla.

PERIHAL MENGIKHLASKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang