Antara Restu dan Carla tak ada pembahasan. Sepanjang jalan, mereka hanya terdiam. Mereka memang canggung satu sama lain. Akhirnya Restu mengalah, dia menoleh ke belakang untuk melihat Carla, dilihatnya Carla sedang cemberut..
"Kamu kenapa?" tanya Restu pada akhirnya. Mengatakan isi hatinya yang penasaran.
"Kamu yang ngasih bunga sama suratnya?" tanya Carla yang masih kurang yakin. Pikirannya bertanya-tanya. Kalo kamu, kenapa kamu tadi berangkat bareng Ayu? Mana, Ayunya nempel-nempel lagi sama kamu.
Restu agak bingung mendengar pertanyaan Carla yang memang kurang percaya. "Hmmm," dia menganggukkan kepalanya berulang kali dengan pelan. "Ya, emang itu dari aku."
"Tadi pagi yah nitip ke orang lainnya?" tebak Carla, padahal dia sudah tahu.
Restu menganggukkan kepala berulang kali lagi, kini dia agak bingung.
"Terus kenapa tadi pagi kamu berangkat bareng sama Ayu?" tanya Carla pada akhirnya, mempertanyakan masalah yang kurang yakin untuk dirinya. Sekarang dia lega sudah mengungkapnya. Hanya saja, jawaban yang membuatnya agak takut, takut sakit hati lagi.
Restu hanya terdiam. Dia malah fokus mengendarai motornya, dia menghiraukan pertanyaan Carla. Carla pun terdiam. Tak membahas lagi. Muncul rasa kesalnya yang tak dihargai, tak dijawab, Carla meminta untuk turun. Namun Restu tak menghentikan motor.
"Kita udah gede Car, " Restu mencoba membujuk. "Kita jangan egois lagi kayak dulu, kita bisa perbaiki semuanya perlahan, aku bisa jelasin semuanya." Dia berbicara pelan-pelan. "Tapi, ya gak disini. Kita ngobrol di cafe." Ajaknya dengan santai.
Carla hanya terdiam, dia mengerti apa yang dikatakan Restu. Dia sudah besar, bukan anak kecil seperti dulu, sewaktu mereka masih berhubungan dengan polosnya. Dia tak mau terjadi lagi hal seperti dulu, dia memilih untuk mengikuti Restu. Dia tahu, dari dulu, Restu memang sudah dewasa, apalagi sekarang.
Restu membawa Carla ke Nyusu Dulu. Anak-anak disini selalu bilang Nyusdul. Suasana Nyusdul saat ini tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa meja diduduki anak-anak dari Smansa, SMA Negeri 1 Sumedang.
Restu menarik tangan Carla untuk duduk di kursi yang kosong. Carla hanya bersikap biasa saja. Tapi jujur, jantungnya berdebar, matanya melotot saat menyadari Restu memegang tangannya. Dia tak bisa menolak, dia hanya mengikuti Restu. Jika dia nolak, mungkin itu hal bodoh dari 3 tahun menunggu. Mungkin wajahnya masih terlihat badmood. Namun, hatinya senang. Benar-benar senang.
"Kamu mau pesen apa?" tanya Restu sambil melihat menu-menunya.
"Greentea sama roti bakar greentea." Begitulah jawaban Carla, hanya seperlunya.
Restu berdiri dan berjalan menuju tempat pemesanan. Carla tetap duduk di posisinya. Akhirnya dia tersenyum setelah Restu pergi, rasa bahagianya tidak bisa dipungkiri. Setelah Restu kembali datang menghampirinya, dia bersikap biasa saja.
"Jangan cemberut terus dong." Pinta Restu. Kedua tangannya melebarkan bibir Carla yang dari tadi menekuk. Dia tertawa untuk memancing Carla tersenyum, akhirnya Carla tersenyum dan tertawa, walau agak pelan dan malu-malu.
Restu menarik nafas dan menghembuskannya pelan. Dia sedang menyiapkan diri untuk mengatakan sesuatu, menjawab pertanyaan yang membuat Carla badmood. "Aku tadi emang berangkat sama Ayu," jawabnya dengan pelan dan hati-hati.
Carla menegakkan tubuhnya sambil menarik nafas dalam-dalam. Dia memang agak terkejut, begitu terus terang kepadanya. "Hmmmm," dia terlihat cuek.
"Dari beberapa minggu yang lalu, ya setelah putus, aku udah gak ada hubungan lagi sama dia. Tapi, karena wajah aku yang tampan ini, dia masih hubungin aku." Restu berusaha mencairkan suasana dengan rasa tegangnya.
Carla memanyunkan bibirnya agak kesal. Kesal dengan so gantengnya Restu. Tapi, lo emang ganteng sih.
"Nah, tadi pagi dia minta aku jemput dia ke rumahnya. Aku udah berulang kali nolak, tapi dia tetep maksa. Karena emang udah siang juga, dia gak ada kendaraan, akhirnya aku jemput dia." Restu begitu terus terang.
"Oh. Padahal ada angkot yah, disana," jawab Carla dengan cuek. Dari jawabannya sudah terlihat dia cemburu. Mendengar penjelasannya pun bisa dimengerti, jika Ayu memang ingin dijemput oleh Restu.
Makanan yang telah dipesan datang. Carla menyedot minuman miliknya, lalu mengaduknya dengan perasaan agak kesal. Restu memperhatikannya, dia sudah dapat melihat bahwa Carla sedang kesal. Perlahan tangannya memegang tangan Carla. Namun, menyadari yang akan dilakukan Restu, Carla berpura-pura membawa piring yang berisi roti bakar greentea miliknya. Melihat tindakan Carla yang memang terlihat disengaja menolak, Restu hanya mengembuskan nafas agak kesal. Namun dia benar-benar pasrah. Dia menyadari, jika dia memang salah.
"Terus gimana lagi?" tanya Carla sambil mengunyah rotinya.
Restu terlihat kebingungan, dia mencari alasan. Sambil mencari alasan, dia meminum minuman miliknya. "Gitu aja sih." Setelah dia berpikir dua kali, tak berani dia berbohong.
Tak ada jawaban dari Carla. Dia menghiraukan Restu, bahkan sejak tadi memandangnya pun tidak. Dia terus mengalihkan pandangannya, bersikap bodo amat. Bukan berarti dia menolak bersama Restu. Namun, dia memang kesal. Kenapa dia harus ngasih bunga dan sedangkan tadi dia berangkat sekolah bersama Ayu. Rumah mereka kan memang benar-benar jauh.
"Gimana traveling kamu?" tanya Restu untuk memulai percakapan kembali.
Carla terdiam. Dia teringat dengan mimpinya yang semalam ini dia idamkan. Namun, semenjak orangtuanya meninggal, dia tak meneruskan impiannya itu. Hatinya terasa sakit jika mengingat hal itu, mengingat impiannya berhenti begitu saja yang padahal sudah dia susun semuanya. Seharusnya, saat itu dia tak berhenti untuk traveling dan terus mengejar impiannya mengelilingi Indonesia. Kini dia sudah berhenti berbulan-bulan.
"Kamu kenapa?" tanya Restu. Dia melihat air mata Carla yang sudah diujung ekor mata.
"Aku udah gak traveling lagi," jawab Carla sambil menunduk. "Udah jangan bahas itu." Suaranya agak lebih keras.
"Iya maafkan." Restu ikut merasa sedih.
Carla semakin terlihat badmood.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERIHAL MENGIKHLASKAN
Teen FictionTak ada hal yang harus Carla tolak jika dia datang kembali. Walau sudah berulang kali perjuangannya tidak dihargai. Jika dia menolak. Mungkin itu adalah hal paling bodoh selama 3 tahun ini dia perjuangkan dan menunggu. Laki-laki itu datang tanpa keb...