15. Semua Berbeda

161 12 0
                                    

6 Bulan Kemudian

Semenjak kejadian itu, Carla tak di Indonesia. Saat diketahui lukanya parah dan rumah sakit Bandung pun tak sanggup mengobatinya, akhirnya bang Irfan membawanya ke Jerman. Kejadian itu membuat semuanya berubah. Membuat Carla harus kehilangan ingatannya, kehilangan mimpinya, kehilangan harapannya, kehilangan teman-temannya dan kehilangan dia yang sudah diharapkan untuk tahun baru.

Kini Carla sudah satu bulan hidup normal. Selama kurang lebih tiga bulan ini dia habiskan dengan pengobatan. Tiga bulan ini dia sudah dibebaskan. Kini dia sudah berbeda. Ingatannya hilang karena kepalanya terkena benturan dari bagian depan mobil, lalu kepalanya terkena kerasnya aspal. Untung, bagian luarnya tak ada yang cacat.

Kepala Carla botak. Saat mengobatan, batok kepalanya harus dibuka sehingga rambutnya harus hilang. Mbak Putri yang mengajarkan Carla untuk memakai hijab sebagai penghalang kepalanya. Kini Carla memakai hijab kemana pun dia pergi.

Bang Irfan dan istrinya Putri, begitupun Ridwan membantu Carla untuk tak kaku lagi melakukan sesuatu. Pasalnya, otak Carla menjadi lemot sehingga dia kebingungan jika melakukan sesuatu hal atau perintah, ada beberapa kata yang memang tak dia pahami. Siapapun yang melihatnya akan merasa sedih jika membandingkan Carla yang dulu dan sekarang. Bang Irfan pun selalu ingin menangis saat melihat Carla yang kebingungan seperti orang bodoh.

Bang Irfan, Mbak Putri dan Ridwan memutuskan untuk tak mengingat Carla tentang masa lalunya. Dia hanya akan merubah Carla untuk hidup yang baru. Hanya beberapa hal penting yang mereka katakan pada Carla. Memberitahu jika bang Irfan dan mbak Putri adalah ibu dan ayahnya dan Ridwan adalah adiknya. Carla menerima dengan baik-baik saja tanpa ada keraguan. Itu artinya, dia memang tak mengingat mereka sama sekali.

Tiga bulan ini, Carla pun melanjutkan pembelajarannya. Mbak Putri meminta temannya yang berasal dari Indonesia untuk setiap hari datang ke rumah untuk membantu pembelajaran adik iparnya itu. Carla dengan mudah menerima pelajaran-pelajaran, sehingga guru privatnya itu tidak kebingungan. Hanya saja harus sabar, karena tak semua kata dapat Carla mengerti.

****

Luka Restu pada saat itu sama parahnya dengan Carla, namun lebih parah Carla. Tapi inilah kehendak Tuhan. Restu pun tak diterima di rumah sakit Bandung dan rumah sakit Jakarta. Akhirnya, keluarganya memutuskan untuk membawanya ke Australia. Namun takdir berkata lain. Saat ambulan membawanya ke bandara, dia mengembuskan nafas terakhirnya. Dia tak bisa diselamatkan.

Selama perjalanan ke bandara, Restu berulang kali memanggil nama Carla. Namun apa daya, Carla pun saat itu kondisinya sama sepertinya.

****

PERIHAL MENGIKHLASKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang