Carla menaburkan bunga di tempat pemakaman yang tertulis nama Difa Muhammad Ergana. Walaupun di dalamnya tidak ada tubuh Difa, tetapi semalam ada informasi dari tim pencarian. Jika tempat kejadian sudah dibereskan sampai bersih dan tak ditemukan satu jenazah pun. Tim pencarian memperkirakan Difa terbawa hanyut di laut, karena tempat kejadian memang di pesisir pantai.
Carla melihat Bu Rima. Telihat semkain jelas jika Bu Rima sudah mengikhlaskan kepergian anaknya itu. Jika seorang ibunya saja sudah ikhlas, kenapa dirinya yang hanya perempuan yang awalnya bukan siapa-siapa harus larut dalam kesedihan dan tidak mengikhlaskan sebuah kepergian.
Carla teringat dengan peristiwa setelah kepergian Restu. Dia tak mengikhlaskannya dari awal, sampai harus banyak korban yang dia pelampiaskan. Kini dia belajar untuk ikhlas dari kepergian itu berlangsung. "Aku ikhlas, Dif." Dia mengalirkan air matanya. Dia tersenyum pada bang Irfan, menandakan semuanya akan baik-baik saja.
Tanpa banyak lagi yang harus dipikirkan, setelah pulang dari pemakaman. Carla menyimpan semua foto-foto dirinya saat bersama Difa, barang-barang pemberian dari Difa pun dia buang. Semua yang ada di rumah yang berhubungan dengan Difa dia buang. Dia hanya tak ingin larut dalam kesedihan lagi.
***
Jika kemari Carla sudah mengumpulkan barang yang bersama Difa di rumahnya, kini dia sedang mengambil barang yang ada di kamar Difa. Dia membereskan semuanya dan memastikan tak ada yang tertinggal.
Saat Carla membawa figura besar yang terdapat foto dirinya dan Difa, Bu Rima menghentikannya. "Kenapa, bu?"
"Biar 'kan Difa tetap mencintai kamu." Kata Bu Rima. "Biar figura itu tetap tertempel di kamarnya."
Carla tersenyum. "Baik, bu." Dia kembali menempelkan figura itu di tempat semula.
Akhirnya Carla membawa semua barang yang berhubungan dengan Difa ke rumah. Dia membakarnya, bersamaan dengan barang mereka berdua yang ada di rumah Carla.
'"Kenapa kamu bakar?" tanya bang Irfan yang sedang berjalan menghampiri Carla.
"Supaya gak sedih terus." Carla tersenyum.
"Jangan semuanya," bang Irfan membawa sesuatu dari jaketnya yang dia pakai. "Gak semua sejarah hidup kamu harus kamu bakar dan buang." Dia memberikan sebuah foto dua lembar. "Sepahit apapun, masa lalu adalah sejarah, sejarah tidak boleh terulang."
Carla mengambil dengan rasa kebingungan, setelah dilihat, ternyata foto dirinya dan Restu dan yang satu lagi bersama Difa. Dia mengangkat kedua halisnya.
"Simpen." Suruh bang Irfan. "Tempel di album, semuanya bakal jadi cerita dan yang pasti, harus kamu pelajari."Dia tersenyu, lalu pergi meninggalkan Carla.
Carla menempelkan dua foto itu. Dia tersenyum sambil mengusap foto itu bergantian. "Terima kasih Restu, terima kasih Difa, kalian pernah jadi tokoh dihidup aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
PERIHAL MENGIKHLASKAN
TienerfictieTak ada hal yang harus Carla tolak jika dia datang kembali. Walau sudah berulang kali perjuangannya tidak dihargai. Jika dia menolak. Mungkin itu adalah hal paling bodoh selama 3 tahun ini dia perjuangkan dan menunggu. Laki-laki itu datang tanpa keb...