Rumah yang baru dihuni pagi tadi sepertinya sedang terjadi sidang dingin.
Gadis berparas cantik itu terus mengerucutkan bibirnya.
"Pokoknya aku nggak mau kalo satu sekolah sama Za!" teriaknya.
"Ze, panggil Kakakmu dengan benar!" sanggah wanita paruh baya di sampingnya.
"Ze, jangan kayak anak kecil lagi! Kamu harusnya bisa bersikap dewasa sedikit!" tambah pria berkumis tipis yang berdiri di depannya.
"Kalo Ayah pengen aku bersikap dewasa harusnya Ayah ngijinin aku buat pisah sekolah sama Z-Kakak," cicitnya diakhir kalimat.
"Gimana Ayah bisa ngijinin kamu pisah sekolah sama Kakak kalo kelakuan kamu kayak anak kecil gini! Setelah kemaren kamu dikeluarin dari sekolah," ucap pria berkumis yang menyebut dirinya ayah.
Gadis yang dipanggil 'Ze' itu tertunduk tapi dalam hatinya ia menggerutu.
"Pokoknya kamu harus satu sekolah sama Kakak!" tegas sang ayah dan berlalu memasuki ruang tengah. Sang ibu pun mengikuti sang ayah sebelum akhirnya menyentuh anak sulungnya yang sedari tadi bungkam.
Kini tinggalah gadis yang masih mengerucutkan bibirnya bersama kakaknya di ruangan tersebut.
"Ze?" kakaknya mendekat, menyentuh bahunya lembut.
"Lo seneng kan gue kena tamparan Ayah! Lo mao ketawain gue? Oke, ketawa sono sepuas lo!" setelah menyemprot kakaknya, ia langsung berlalu namun tangan kanannya segera ditarik paksa oleh sang kakak sehingga tubuhnya berbalik dan langsung menumbruk tubuh sang kakak.
Ia dipeluk! Pelukan yang hangat! Sangat! Sangat hangat!
Kini air matanya lolos menyusuri pipi tirusnya, ia semakin mempererat pelukan kakaknya.
"Gue sayang elo Ze."
●●●
Sinar matahari mulai memasuki cela jendela kamar gadis yang masih bergelut dengan gulingnya di atas ranjang. Sinar itu semakin lama masuk dan menembus bertahanan selimutnya bersamaan dengan suara tirai jendela dibuka.
"Emm.. Bun, jangan dibuka.." erangnya malas.
"Ze!"
Deg! Suara itu? Sontak saja membuat gadis yang berada di balik selimut itu terbangun dan langsung mendudukkan tubuhnya.
"Ah! Lo ngapain sih kesini?!" ucapnya kesal setelah tahu kakaknya-lah yang membuka gorden kamarnya.
"Kebo banget sih jadi cewek!"
"Idih bodo!"
Bukan apa-apa. Ia hanya tak suka jika kakaknya masuk ke kamarnya ketika posisinya sedang tidur. Ia hanya takut jika kakaknya melihat tingkah laku adik perempuannya yang tidur tidak layak seperti seorang perempuan, tidur cantik.
"Eh, gue pengen ngasih lo pilihan!" gadis di depannya menaikkan sebelah alisnya. "Lo pengen pisah sekolah sama gue kan?"
"Ya iyalah!"
"Itu sih gampang buat gue bilang ke Ayah. Tapi dengan satu syarat!"
"Apaan sih, kok segala pakek syarat!" selanya sambil mengerucutkan bibirnya.
"Lha.. hari gini nggak ada yang gratis, Neng!" kakak laki-lakinya itu menjitak pelan dahi adiknya.
"Ya udah, apaan?"
"Emm.. kalo lo nggak mau satu sekolah sama gue, itu artinya gue jadi bodyguard lo! Anterin lo ke sekolah, jemput elo, kalo ada apa-apa bilang sama gue, setiap saat hubungin gue, kal--"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY TWIN [SUDAH TERBIT]
Teen FictionSaudara kembar? Bagi seseorang yang mendengar itu pasti yang ada dibenak mereka, Keren! Wow! Seru! Tapi menurut gue? Nggak sama sekali! Karena gue saat ini merasakannya. Nama gue Zarina Putri Permata Adi dan gue punya kembaran, Zero Putra Pratama Ad...