Part 4
"Se..senpai. kita mau kemana?"
"Diam dan nurut!"
Bentaknya, Shira hanya mengangguk mengerti.
Tsuzuki mengambil pakaian olahraganya dan memberikan pada Shira.
"Cepat ganti bajumu. Dan kembali ke kelas."
Ucapnya berjalan keluar dari toilet. Shira masih terdiam. Dia masih belum mengerti apa yang sedang terjadi. Kejadiannya begitu cepat. Saat dia mengingatnya lagi yang teringat hanyalah kata-kata Tsuzuki hingga membuat wajahnya memanas.
"Apa maksudmu senpai?"
Ucapnya tidak mengerti.
Tsuzuki terdiam di luar toilet. Apa yang dia lakukan tanpa berpikir itu bisa saja membuat Shira menjauhinya.
"Kenapa tidak kupikirkan apa yang kulakukan tadi, bodoh!"
Ucapnya menyesal.
Keduanya terdiam selama perjalanan ke kelas Shira, beberapa orang melihat mereka tapi tidak dipedulikan Tsuzuki. Shira juga terlihat biasa saja. Tidak sekalipun dia menunjukkan emosinya.
"Shira, aku akan kembali ke kelas. Apa tidak apa-apa?"
Tanya tsuzuki sedikit ragu meninggalkan Shira di sana. Tapi tidak ada yang bisa dia lakukan.
"Senpai kembalilah ke kelas. Lagipula sebentar lagi sensei datang, jadi tidak apa-apa."
Ucapnya tersenyum pada tsuzuki. Tsuzuki benar-benar tidak ingin meninggalkan Shira tapi dia tidak bisa berkata apa-apa.
"Baiklah."
Ucapnya meninggalkan Shira. Sesekali dia memandang ke belakang melihat ke arah Shira yang sudah menghilang masuk ke dalam kelasnya.
Shira berdiam diri di samping meja dan kursinya yang begitu kotor dan penuh coretan di mejanya.
Menjijikkan!
Manusia hina!
Cacat!
Dasar homo!!
Sangat menjijikkan!!
Menjauh dari senpai!
Tidak berguna!!
Homo!!
Semuanya tertawa dalam diam sambil memandang ke arah Shira. Dan beberapa saat guru datang.
"Otoya, kenapa tidak kau duduk?"
"Maaf sensei. Kursiku kotor."
"Bukankah kau juga kotor, Otoya!"
Sambung seseorang yang berada di depan meja guru. Semuanya kembali tertawa.
"Hentikan candaan kalian dan segera buka buku kalian. Dan Otoya, ambil kursi baru di ruang penyimpanan."
Ucapnya seperti tidak terjadi apa-apa dan tidak peduli pada Shira.
Shira pun berjalan pergi.
Shira begitu ragu ketika telah sampai di depan pintu ruang penyimpanan. Dia masih memegang kuncinya dan ragu untuk membukanya. Dia menarik napas panjang kemudian menghembuskannya. Dia membuka pintunya dan yang terasa adalah hawa dingin dan gelapnya ruangan tersebut. Dia sedikit merinding karena angin dingin menerpanya. Dia juga tidak beranjak dari tempatnya dan hanya diam diri sambil berpikir.
Sesaat dia ingin menginjakkan kakinya ke dalam sebuah dorongan keras membuatnya terdorong ke dalam dan terjatuh ke lantai yang begitu keras disertai suara gaduhan barang-barang yang berjatuhan ke arahnya. Sekilas dia mendengar tawa orang-orang di luar sana, yang kemudian semuanya gelap.
Senpai... Tsuzu senpai..
Hanya nama itu yang terpikirkan saat ini, sebelum dia kehilangan kesadarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are The One I Love
Romance"Onii chan..Onii chan...Jangan sedih.." Ucap bocah kecil itu sambil tersenyum manis. "Onii chan kenapa menangis?" Tanyanya lagi dengan wajah sedih "Onii chan baru saja kehilangan ibu onii chan.." "Jangan menangis onii chan.. ibu onii chan pasti suda...