Part 12
Tsuzuki hanya termenung diam sambil memegangi tangan Shira yang terlelap.
"Kau begitu dekat, tapi aku merasa begitu jauh."
Gumamnya menempelkan tangan Shira kejidatnya.
"Rasanya hatiku berkecamuk dan sakit. Kenapa kau tidak mengingatku, Shira.."
Sambungnya.
Suasana yang hening dan damai, Shira terlelap tanpa tahu apa yang terjadi di sebelahnya. Seseorang yang selalu menunggunya. Dan menunggunya..
Shira terbangun, dia melihat sekitarnya yang sepi dan gelap.
"Apa yang terjadi? Dimana orang-orang?"
Tanyanya turun dari kasur dan berjalan keluar dengan tongkatnya.
Hening..
Gelap..
Shira mulai menelusuri koridor yang sepi sambil memperhatikan sekitar. Dia seperti sedang berada dalam sebuah drama horror yang bertemakan sekolah. Tidak ada seorang pun didalamnya. Dimana-mana tidak ada orang. Shira mulai ketakutan.
"Senpai! Tsuzuki senpai!"
Orang pertama yang dia cari adalah Tsuzuki. Dia memanggilnya tanpa berpikir.
"Senpai! Senpai dimana?"
Dia mulai takut dan histeris.
"Senpai.. jangan tinggalkanku.. jangan tinggalkanku.."
Isaknya dalam ketakutan.
"Aku takut sendiri.."
Isaknya yang meringkuk dalam kegelapan yang semakin gelap dan gelap hingga tidak tampak lagi bayangan Shira yang tertutupi kegelapan.
Shira terselubung dalam kegelapan tersebut. Sendiri. gelap. dingin. Sesak. Menyakitkan.
Disaat-saat frustasinya akan kegelepan itu, tiba-tiba muncul cahaya terang yang meneranginya dan sebuah tangan mencoba menyentuhnya. Dengan sigap Shira segera menggapai tangan besar itu dan cahaya mulai menyebar dengan cepat terang benderang.
"Shira! Hey Shira!"
Panggil Tsuzuki yang kaget melihat Shira terbangun tiba-tiba. Shira langsung memeluk Tsuzuki dengan erat.
"Senpai! Senpai! Jangan tinggalkanku! Jangan tinggalkanku!"
Isaknya memeluk erat Tsuzuki. Tsuzuki begitu senang mendengarnya. Sepertinya dia harus berterima kasih kepada mimpi buruk Shira yang membuatnya begitu.
"Aku tidak akan kemana-mana. Tenanglah Shira."
Ucapnya mengusap kepala Shira dengan lembut.
"Kau hanya bermimpi buruk."
Ucapnya menghapus air mata Shira.
"Jangan menangis."
Sambungnya mengecup bibir Shira. Shira masih dalam keadaan setengah sadar setelah apa yang terjadi. Tetapi reaksinya begitu cepat, wajahnya langsung memerah seperti tomat. Dia segera menutupinya dengan selimut.
"Hey Shira. Apa yang kau lakukan?"
Tanya Tsuzuki yang mencoba menarik selimutnya. Tetapi Shira tidak bergeming sambil menarik balik selimutnya.
"Shira. Shira."
Panggilnya yang tidak diindahkan Shira. Membuat Tsuzuki kesal.
"Shira jawab aku!!"
Kesalnya menarik selimutnya. Kemudian terlihat Shira yang meringkuk dengan wajah merona dan sedikit air mata yang tersisa di pelupuk mata yang membuat hati Tsuzuki meronta meminta keluar.
"Jangan lihat!"
Panik Shira segera menarik selimutnya. Tsuzuki masih terbayang wajah Shira dan terdiam sejenak. Dia tersenyum.
Dia merangkak di atas tubuh Shira yang dia tutupi membuat Shira kaget dan terdiam. Karena penasaran Shira pun melihat sedikit dari balik selimut, alangkah terkejutnya dia melihat wajah Tsuzuki yang tepat berada diwajahnya menatapnya dalam. Shira akan segera menarik selimutnya lagi yang dihentikan Tsuzuki.
"Perlihatkan wajahmu."
Ucapnya menahan selimut Shira. Shira menggeleng-geleng tanda tidak. lagi-lagi dia menolak Tsuzuki yang membuatnya kesal. Dia menarik selimutnya tanpa kata-kata dan membuangnya.
Kini tidak ada lagi penghalang yang membuatnya risih. Tsuzuki meletakkan tangannya diantara kepala Shira dan mendekatkan wajahnya dan menyisakan 2 inci dari hidung mereka. Shira menahan napasnya dan tidak bergeming. Tsuzuki menatapnya dalam. Shira bisa melihat bayangannya dalam mata Tsuzuki. Shira menutup matanya.
"Pfffttt.. "
Tawa Tsuzuki membuat Shira membuka matanya.
"Kau bahkan menahan napasmu. Kau akan mati kehabisan oksigen kalau begitu, bodoh."
Ucapnya menjentik kening Shira dan turun dari kasur dengan tawa yang berhasil menggoda Shira.
Shira terlihat kesal karena dikerjai begitu. Padahal hatinya sudah seperti akan melompat keluar dari dadanya karena hal itu. Tapi Tsuzuki hanya mengerjainya. Itu membuatnya marah dan kesal. Tsuzuki memperhatikan Shira.
"Baiklah kalau begitu. Mari kita lanjutkan di istana kita."
Ucapnya menggendong Shira tanpa aba-aba dan pergi sambil tersenyum senang. Shira hanya diam dengan wajah memerah. dia tidak bisa berkata apa-apa pastinya.
Tetapi di luar perkiraan, Izumi sudah menunggu mereka.
"Mau kemana Tsuzuki?"
Tanyanya menyilangkan tangannya ke dada menatap Tsuzuki. Tsuzuki mengalihkan pandangannya dan berkata.
"Mengantar Shira pulang."
Shira hanya tersenyum kaku.
"Mengantar Shira pulang kemana?"
"Ke rumahnya tentunya. Kemana lagi."
"Bukankah Shira tinggal sendiri. dengan keadaannya begini kau ingin membiarkannya sendirian?!"
Tsuzuki terkejut.
"Benar juga. Kalau begitu mari pulang ke rumahku."
Ucapnya senang dan berlalu pergi, memang tujuan awalnya pulang ke rumahnya bukan ke rumah Shira. Pulang ke rumah Shira hanya siasat saja. Izumi menatap punggungnya. Dia tahu isi pikiran anak didiknya yang bandel itu. Dia menghela napas.
"Kuharap Shira akan baik-baik saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are The One I Love
Romance"Onii chan..Onii chan...Jangan sedih.." Ucap bocah kecil itu sambil tersenyum manis. "Onii chan kenapa menangis?" Tanyanya lagi dengan wajah sedih "Onii chan baru saja kehilangan ibu onii chan.." "Jangan menangis onii chan.. ibu onii chan pasti suda...