Part 18
"Aku tidak mau pergi dari sini."
Ucap Tsuzuki tegas.
"Apa yang kau lakukan. Pergi ke acara kelulusanmu sekarang juga!"
"Aku tidak mau Izumi! Aku tidak mau lulus! Aku mau bersama dengan Shira!"
"Dasar anak ini. kalian kan bisa bertemu di rumah! Cepat ke aula!"
Perintah Izumi. Shira hanya tertawa kecil melihatnya.
"Aku tidak mau lulus! Aku mau bersama Shira. Bagaimana kalau dia dikerjai lagi?"
"Tenang saja, aku akan menjaganya."
Ucap Lucian yang baru datang.
"Shira, ini untukmu."
Ucap Lucian memberikan bingkai bunganya.
"Tapi yang lulus kan Tsuzuki."
"Dia tidak mungkin mau menerima bunga ini. penjaganya mengira aku akan memberikan pada pacarku. Dia memilihkan mawar merah."
Jelasnya membuat mereka tertawa.
"Kenapa kau tidak mengatakan sesuatu padanya."
"Aku tidak bisa berkata-kata, dia begitu indah."
"Jangan mulai lagi! Jangan menggila di luar sana."
"Aku tidak, tapi dia benar-benar menangkap hatiku."
"Mulai lagi. Aku kasihan sekali dengan orang-orang yang terayu oleh bualanmu."
"Kejam! Apa kau cemburu tidak bisa merayu Shira? Mau kuajarin?"
"Aku tidak perlu merayunya, dia sudah terpikat dengan kejantananku."
Balasnya, Izumi dan Shira hanya menghela napas melihat keduanya.
Beberapa hari kemudian Lucian kembali mengunjungi toko bunga Hana. Tapi toko itu terlihat seperti baru saja diterpa badai, semuanya berantakan. Bunga-bunga yang berserakan di lantai dan pecahan kaca-kaca juga mengotori lantai dengan tanah-tanahnya. Hana di sana memungut bunga-bunga yang hancur.
"Hana!"
Pekik Lucian membuatnya kaget.
"Luci? Maaf, aku akan tutup cepat hari ini."
Ucapnya masih memungut bunga di lantai, semua orang tampak tidak peduli dan hanya melihat tanpa berbuat apa-apa.
"Hana! Menjauh dari sana!"
Pekik Lucian menggendong Hana menjauh dari pecahan kaca dengan mudahnya. Hana hanya terdiam.
"Di sana banyak pecahan kaca. Menjauh, aku yang akan membersihkannya."
Ucapnya mengambil sapu dan sekop.
"Tapi Luci aku bisa melakukannya sendiri."
"Kau tidak bisa melakukannya dengan sendiri. tokomu sangat berantakan. Percayakan padaku. Aku akan memungut bungamu kembali."
Balas Lucian sibuk membersihkan toko Hana. Hana hanya bisa berdiam diri di sana.
Tidak lupa Lucian menelepon tukang kaca dan merapikan kembali pintu-pintu kaca yang rusak. Memesan pot-pot baru untuk meletakkan bunga Hana dan membeli tanah dan pupuk yang bagus untuk bunganya. Dalam waktu setengah hari toko Hana kembali bersih dan indah. Semuanya dilakukan dengan cepat.
"Luci, terima kasih."
Ucapnya pada Lucian, Lucian menatapnya dan menyentuh pipinya.
"Kau terluka, dimana rumahmu? Aku akan merawat lukamu."
"Aku tinggal di lantai atas. Ikutlah bersamaku."
Ucapnya menuntun jalan Lucian, Lucian semakin mengaguminya. Walau dia buta tapi dia tidak terlihat buta, dia tahu setiap sudut tokonya.
"Hana.."
"Iya?"
"Siapa yang melakukannya?"
"...."
Hana tidak menjawabnya dan terus berjalan menaiki anak tangga. Sesampainya di sana dia membuka pintu kamarnya. Terlihat ruangan minimalis Hana hanya ada futon dilantai dan kotetsu. Lucian melihat pintu lain yang diyakini adalah kamar mandi. Dan lemari kecil yang terlihat rapi.
"Silahkan duduk, aku akan mengambilkan minuman. Air putih tidak masalahkan?"
"Tentu, aku lagi haus."
Ucap Lucian duduk di lantai. Bahkan dapurnya juga dalam ruangan ini. Lucian tidak dapat memalingkan matanya dari Hana yang seperti bisa melihat. Dia masih tidak percaya bahwa Hana buta karena dia seperti tidak buta.
Hana kembali dan terdiam.
"Aku di sini."
Ucapnya membuat Hana berpaling dan berjalan ke arahnya.
"Hana memang hebat."
Ucapnya sambil tertawa senang.
"Duduklah Hana, aku akan mengambil kotak p3kmu."
Ucapnya pada Hana dan dia sendiri mulai mencari kotak p3k yang mudah sekali dia dapatkan, dia kembali ke tempat Hana. Dan mengobati luka lebam dan luka goresan kaca di tubuh Hana.
"Apa sakit?"
Tanya Lucian melihat Hana meringgis.
"Perih."
"Aku akan segera selesai. Bertahanlah sebentar."
Ucapnya sambil memandangi mata Hana yang tidak bergerak sama sekali.
"Hana. Siapa yang melakukan hal ini?"
"Tadi ada binatang lepas di sini jadi berantakan."
"Binatang lepas? Binatang sebesar apa yang bisa memporak-porandakan tokomu. Katakan sejujurnya."
"Um.. itu.. penagih hutang."
"Apa?! Penagih hutang?! Kau meminjam uang dari lintah darat?!"
"Bu-Bukan aku, tapi mediang ayahku."
"Ayahmu?"
"Iya. Aku mendengar kematian ayahku setelah 5 tahun dia pergi. kemudian mereka muncul dan menagih hutang yang dipinjam ayahku."
Dia terdiam sejenak.
"Aku sudah membayar setengah hartaku, tapi tetap saja tidak cukup. Aku sudah menjual rumahku dan sekarang tersisa tokoku, mungkin aku akan menjualnya juga."
"Jangan jual tokomu! Bukankah kau menyukai bunga?!"
"Aku menyukainya tapi kalau tidak membayar mereka, mereka akan membawaku dan menjualku hingga hutangku lunas. Aku tidak punya pilihan."
Ucapnya menangis.
Dia tidak tahu Hana yang begitu senang melihat bunga begitu menderita di sini. Apa yang bisa dia lakukan untuk Hana? Dia tidak bisa melakukan apa-apa.
Lucian pun memeluk Hana.
"Aku akan melindungimu."
Ucapnya menghapus air mata Hana. Walau Hana lebih tua darinya tapi menurutnya dia lebih rapuh darinya. Jika dia dibiarkan saja, dia akan hancur suatu hari nanti. Lucian tidak ingin itu hal terjadi. Dia harus melakukan sesuatu.
"Hana, aku akan membantumu di toko."
"Iya? Tapi aku tidak bisa menggajimu tinggi."
"Aku tidak perlu gajimu. Cukup beri aku makan, bagaimana?"
"Tapi apa kau tidak akan menyesal?"
"Tidak akan, aku tidak akan menyesal."
"Baiklah, kau boleh bekerja setelah pulang sekolah."
"Tentu! Aku akan senang mendengarnya."
Ucapnya kembali memeluk Hana.
Hana pun merasa tenang dan tersenyum kecil. Dia tidak bisa melihat Lucian, tapi dia tahu Lucian anak yang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are The One I Love
Romance"Onii chan..Onii chan...Jangan sedih.." Ucap bocah kecil itu sambil tersenyum manis. "Onii chan kenapa menangis?" Tanyanya lagi dengan wajah sedih "Onii chan baru saja kehilangan ibu onii chan.." "Jangan menangis onii chan.. ibu onii chan pasti suda...