part 28
Ketika Izumi membuka pintu kamar Hana dia langsung berpaling dan menatap Izumi. Izumi sedikit kaget dengan pandangan orang yang buta tampak seperti memandangnya dan dia seperti orang normal.
"Ini aku, Izumi."
Ucapnya pada akhirnya. Hana kemudian memandang ke arah lain.
"Aku akan segera pergi Izumi san."
Ucap Hana pada akhirnya.
"Pergi kemana?"
Tanyanya membuat Hana terdiam. Dia tidak bisa menjawab pertanyaan mudah Izumi. Karena dia tidak punya tujuan sama sekali.
"Aku akan pergi.."
Ucapnya terdiam.
"Tetaplah di sini kalau tidak punya tujuan."
Ucap Izumi membuatnya terdiam.
"Ta-tapi aku tidak mau merepotkan Izumi san."
"Ini demi Lucian. Dia akan menggila jika kau tidak ada."
Balas Izumi.
"Lucian?"
"Dia sampai mengancam akan bunuh diri kalau tidak menemukanmu. Dia gila kalau sudah menyangkut dirimu."
"Maafkanku.. Aku..Aku tidak bermaksud.."
"Ini bukan salahmu. Ini salahku yang terlalu memanjakannya. Jadi dia sedikit egois dan seenaknya. Dia memiliki pendirian yang kuat, sekali mengatakan "Tidak." Maka seterusnya tidak. Dia lebih sulit di urus dari Tsuzuki."
"...."
"Maaf, aku justru bercerita masa lalu. Pokoknya tetaplah tinggal di sini sampai kau menemukan tujuanmu."
"Tapi.. Aku..Aku tidak mau menjadi beban.. aku.. tidak mau merepotkan orang lain."
"Kalau begitu kau mau jadi pengurus kebunku? Kebunku dalam masa kritis. Bunga-bunga kesukaanku dan kakak hampir mati karena tidak terurus."
"Aku akan melakukannya, aku akan melakukannya. Aku akan merawat tanamanmu."
Ucapnya langsung bersemangat.
"Baiklah.. Kuserahkan tamanku padamu."
"Aku mengerti. Terima kasih karena sudah mengizinkanku tinggal. Secepatnya aku akan pergi."
"Tidak perlu terburu-buru. Aku akan membayarmu tinggi jika kau bisa membuatnya kembali indah."
"A-Aku akan melakukannya. Aku akan membuatnya indah kembali."
"Baiklah, hanya itu yang bisa kukatakan. Dan maaf sudah berlaku buruk padamu."
"Ti-tidak apa-apa. Jangan berminta maaf, aku seperti orang jahat di sini."
"??"
"Maafkan aku yang sudah memperkerjakan Lucian tanpa ijinmu."
"Lupakan hal itu. Lagipula tokomu sudah tidak ada."
Ucapnya membuat Hana terdiam.
"Benar juga. Maafkanku.."
Ucapnya lagi.
"Berhenti minta maaf. Tidak ada yang salah di sini. Istirahatlah."
Ucapnya berjalan pergi. Hana hanya terdiam. Dia sudah tidak punya apa-apa lagi. Toko yang menjadi penunjang hidupnya pun dia jual demi hutang ayahnya.
Dia tersenyum sinis.
"Tapi dengan begitu, aku tidak perlu berpikir bagaimana membayar hutang. Kalau dari dulu kulakukan, Lucian tidak akan terluka begini."
Ucapnya sedih.
"Aku sudah tidak apa-apa. Aku akan membeli kembali tokomu."
"Lu-Lucian? "
"Hana!! Aku rindu padamu!!"
Ucapnya langsung melompat dan memeluk Hana.
"Aku rindu padamu!"
Ucapnya lagi mencium Hana dengan dalam membuat Hana kesulitan bernapas.
"Haa..Haa.. Ha.. apa yang kau lakukan?!"
"Aku rindu padamu!"
"Kenapa kau di sini?!"
"Karena aku rindu padamu."
"Kembali ke kamarmu!"
Usirnya membuat wajah sedih pada Lucian. Lucian seperti anjing yang di usir majikannya. Dia pun berjalan turun dari kasur dengan pelan dan sedih.
Hana yang bisa merasakan kesedihannya karena dia terdiam pun merasa tidak tega.
"Tunggu dulu. Sebentar saja."
Ucapnya pada akhirnya. Telinga Lucian langsung goyang-goyang beserta ekornya. Tanpa basa basi melompat ke atas tubuh Hana.
"Jangan bersemangat begitu!!"
"Tidak apa-apa. Aku sangat menyukai Hana!"
Ucapnya memeluk Hana erat. Hana hanya menghela napas panjang kemudian menepuk punggung Lucian dan tersenyum kecil.
Tidak lama setelahnya wajah Hana langsung merona karena Lucian menjilati telinganya dan tangannya memijit puting susunya bersamaan.
"Nng..Lu..cian..Hnn hentikan..Ah..ha.."
"Hana, aku menginginkanmu."
Ucapnya mulai menjalari tubuh Hana, menyelipkan tangannya ke dalam celana Hana dan menggenggamnya.
"Ahh! Apa yang..Ah! Ahh! Hentikan! Ahh..Ahh..."
Ucapnya mendorong tangan Lucian yang sudah meraba penisnya dan sesekali menekan puttingnya.
"Ahh..Ahh...Ahh...haa...nn..."
Lucian hanya tersenyum senang. Dia pun sudah tidak sabar ingin berada di dalam tubuh Hana. Lucian segera membuka bajunya dan membuangnya. Dia melepas celana dan meletakkan kedua kakinya ke pundaknya. Dengan pelan dia menarik Hana mendekat dan menusuk lubang anus Hana.
"Hiyaahh! Ahhh! Ahh!"
"Hana, relaxkan tubuhmu. Jangan semakin sempit Nn!"
Ucap Lucian yang kesulitan masuk ke dalam lubang kecil itu.
"Haa..Haa...Haa...Ah...Nn..."
Hana mendesah sedari mengambil napas dan mencoba untuk tidak menegang. Perlahan Lucian dapat masuk dengan pelan.
"Nng..Ah..Ahh...Ah...A..h...aah.."
Desah Hana membuat Lucian semakin bersemangat. Dia pun melakukan dorongan dan tarikan dengan pelan tapi pasti dan masuk hingga ke dalam-dalamnya dengan perlahan dan terdiam sejenak untuk merasakan hangatnya tubuh Hana.
"Ahh..Aku merasa hidup berada di dalammu, Hana. Ini yang sudah kutunggu-tunggu."
Ucapnya senang dan mencium kaki Hana yang berada di pundaknya.
"Nn.."
Hana hanya mendesah dan menggigit tangannya. Lucian melepaskan tangan Hana dari gigitannya.
"Gigit ini."
ucapnya memberikan sapu tangannya pada Hana untuk gigit.
"Nn...nn..."
Walau begitu gigitan Hana tidak sekuat jeritannya hingga terlepas juga,
"Ahhh! Ahh! Lu..cian ahh! Ahh!! Lucian..Lucian...Ahh..ahh..Ah.."
"Iya? kau terus memanggilku, apa kau semakin mencintaiku? Hana aku sangat mencintaimu. Segalanya akan kuberikan padamu. Hana ku tercinta."
Ucapnya mengecup Hana dengan senang dan memeluknya erat.
"Tetaplah bersamaku selamanya, honey.."
Bisiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are The One I Love
Romance"Onii chan..Onii chan...Jangan sedih.." Ucap bocah kecil itu sambil tersenyum manis. "Onii chan kenapa menangis?" Tanyanya lagi dengan wajah sedih "Onii chan baru saja kehilangan ibu onii chan.." "Jangan menangis onii chan.. ibu onii chan pasti suda...