Bab 7: Gadis Bernama Siau-hoan

669 8 0
                                    

Ma Ji-liong sedang mabuk. Bila seseorang minum bersama orang-orang yang bisa dia percayai, maka amat mudah baginya untuk mabuk, dan dia mempercayai Toa-hoan dan Ji Ngo.

Bila hati seseorang sedang gundah, menderita ketidak-adilan, mudah juga baginya untuk mabuk. Walaupun dia yakin bahwa kesalah-pahaman ini suatu hari akan terungkap, dia tetap tak bisa menahan perasaan gundahnya.

Dia sudah minum selama dua-tiga hari dan karenanya dia pun mabuk. Dan bila seseorang dalam keadaan seperti dia, apa pun yang dikatakan atau dilakukannya, dia tak akan ingat dengan jelas. Meskipun dia ingat, pasti samar-samar seperti dalam mimpi, atau lebih mirip seperti orang lain yang mengatakan atau melakukannya daripada dirinya sendiri.

Dia agaknya ingat dirinya pernah mengatakan sesuatu yang membuatnya berjingkrak kaget bila mengingatnya sekarang. Saat itu setiap orang sudah hampir mabuk. Dia lalu mencengkeram tangan Toa-hoan dan berkata, "Maukah kau menikah denganku?"

Toa-hoan tertawa. Dia tertawa tiada hentinya sampai kehabisan napas. Lalu dia bertanya, "Kenapa kau ingin aku menikah denganmu?"

"Karena aku tahu kau sangat baik padaku. Karena di saat orang lain mencurigaiku dan memperlakukan aku sebagai pembunuh berdarah dingin dan berusaha membunuhku, tapi kau mempercayaiku. Kau adalah satu-satunya orang yang bersedia menolongku."

Ma Ji-liong mengutarakan isi hatinya. Bila seseorang mabuk seperti ini, dia pasti selalu mengatakan perasaan yang sebenarnya.

Tapi Toa-hoan tidak mempercayainya. "Kau cuma ingin menikah denganku karena kau sedang mabuk. Tunggu sampai kau sadar, kau pasti akan menyesal."

Dia tertawa, tapi suaranya terdengar pedih. "Tunggu sampai kau bertemu dengan gadis yang lebih cantik dariku, kau pasti ingin bunuh diri karena menyesal."

Lalu dia berkata pula, "Aku buruk rupa, dan aneh, dan jahat. Dan tidak terhitung jumlah gadis yang lebih cantik dariku."

Sekarang Ma Ji-liong sudah sadar, dia tak ingat apakah Toa-hoan menerima 'lamarannya' itu. Tidak henti-hentinya dia bertanya pada dirinya sendiri, "Jika dia mengatakan ya, apakah aku menyesalinya atau tidak? Sekarang, apakah aku masih ingin menikah dengannya?"

Tapi dia tidak tahu jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan ini.

Lalu dia melihat seorang gadis, seorang gadis yang jauh lebih cantik daripada Toa-hoan.

Ketika dia terbangun, dia tidak berada di dapur itu lagi, dan Ji Ngo dan Toa-hoan tiba-tiba tidak kelihatan lagi. Dia menemukan dirinya sedang berbaring di sebuah ranjang yang kecil tetapi lembut, yang juga beraroma harum dan sangat nyaman. Ranjang ini ditaruh di sebuah kamar yang kecil tetapi amat bersih, sangat mewah dan amat harum.

Di kamar ini, orang bisa melihat beberapa batang pohon bunga di luar jendela. Di bawah jendela terdapat sebuah meja rias kecil. Di atas meja rias ada sebuah cermin tembaga yang mungil. Di dekat cermin ada sebuah pot berisi bunga bwe. Dan berdiri di sebelah bunga bwe itu adalah gadis ini.

Bunga bwe itu indah luar biasa, dan begitu pula gadis ini. Dan seperti bunga-bunga itu, dia pun cantik molek. Tapi walaupun dia mengenakan gaun merah, wajahnya kelihatan pucat kebiruan. Meski matanya bening dan indah, tetapi sorot matanya memancarkan kesedihan yang teramat sangat.

Dia sedang memandang Ma Ji-liong. Dia sedang menatapnya dengan sinar yang sangat aneh di matanya, seolah-olah dia setengah ragu dan setengah takut. Ma Ji-liong merasa kepalanya sangat sakit. Dia tidak mengenal gadis ini, dia juga tidak tahu kenapa dia bisa berada di sini.

Tiba-tiba gadis itu bertanya, "Apakah kau Ma-kongcu, 'Pek-ma Kongcu' Ma Ji-liong?"

Ma Ji-liong menjawab, "Ya."

Darah Ksatria - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang