Ma Ji-liong tercengang. Bagaimana mungkin ada racun di dalam arak itu? Siapa yang membubuhi racun? Mungkinkah Siau-hoan sudah tahu bahwa Khu Hong-seng akan membunuhnya, maka dia memutuskan untuk meracuni arak itu lebih dulu? Ma Ji-liong minum dari guci arak yang sama. Sekarang Khu Hong-seng mati keracunan, tapi kenapa dia tidak merasakan apa-apa?
Begitu banyak pertanyaan yang tak terjawab, dan semuanya juga begitu rumit. Selain itu, semua peristiwa ini terjadi begitu tiba-tiba. Pikirannya menjadi kacau, dan dia bahkan tidak sanggup menjawab meskipun pertanyaan yang paling sederhana. Sekarang, yang sebaiknya dilakukan adalah meninggalkan tempat ini dengan segera. Mungkin sekali kejadian ini juga merupakan sebuah rencana yang telah direkayasa dengan baik untuk menjebaknya. Dia sudah memikirkan hal ini. Sayangnya, sementara dia sedang berpikir, dia benar-benar sudah terjebak. Rencana itu memang akurat dan berbisa. Tak perduli siapa pun yang terjatuh ke dalam perangkap ini, dia tidak akan bisa lolos.
Di ruangan itu ada empat buah lampu, empat buah lampu kristal Persia yang sangat mahal. Barang mahal adalah barang yang berkualitas. Meskipun jatuh ke lantai, lampu-lampu itu tidak akan pecah. Keempat lampu itu dipasang dengan teguh di atas sebuah meja.
Tiba-tiba terdengar suara 'wut!', dan kap lampu pun pecah. Sinarnya tampak berkerlap-kerlip.
Saat itulah Ma Ji-liong merasakan gelombang tekanan yang luar biasa kuatnya menghantamnya dari segala penjuru. Jantungnya berdebar dengan keras dan kencang. Napasnya hampir berhenti. Hidungnya berdarah, dan dia pun bisa merasakan darah di tenggorokannya. Bola matanya seperti akan melompat keluar. Dia sudah hampir pingsan. Tapi tekanan yang aneh dan menakutkan itu tiba-tiba menghilang ketika empat orang manusia muncul di ruangan itu. Orang pertama yang dilihatnya adalah Coat-taysu yang tidak punya hati ataupun perasaan itu.
Karena Coat-taysu sudah tiba, tentu saja Pang Tio-hoan juga berada di sini. Orang ketiga adalah seorang hwesio yang amat kurus dan bermuka hitam, seperti seorang pertapa yang berlatih ilmu menyiksa diri. Dan walaupun ia mengenakan jubah hwesio yang ditambal di sana sini, tapi dia menggenggam seuntai tasbih giok yang tak ternilai harganya.
Orang terakhir adalah seorang tosu yang mengenakan jubah berlengan lebar, memakai sandal jerami tanpa kaus kaki. Rambutnya disanggul, dan kulitnya putih berkilauan, membuat dirinya kelihatan seperti sebuah patung yang diukir dari giok putih. Dia merupakan kebalikan dari hwesio pertapa yang tampak kasar itu.
Keempat orang itu datang dari empat penjuru, dan tenaga dalam mereka muncul mendahului kedatangan mereka, lwekang yang telah dilatih selama puluhan tahun. Orang-orang ini pasti mengirimkan lwekang mereka untuk menutup jalan lari Ma Ji-liong dan menangkal serangannya.
Mereka menggunakan langkah terakhir ini terhadap Ma Ji-liong karena mereka yakin bahwa dia akan melakukan apa saja untuk melarikan diri.
Tadi, saat energi mereka menyerangnya, kekuatan dari arah timur dan barat jauh lebih hebat daripada yang datang dari arah utara dan selatan. Yang datang dari arah timur adalah hwesio pertapa itu, dan Giok-tojin (tosu dari giok) tiba di tempat itu dari arah barat. Ternyata kedua orang itu mempunyai lweekang yang jauh lebih dahsyat daripada Coat-taysu yang termasyur ke seluruh dunia itu.
Ma Ji-liong tidak perlu melihat mereka untuk tahu siapa mereka sebenarnya.
Nama Budha hwesio pertapa itu adalah Cia-go (tahan kesukaran). Dia memang tahan terhadap berbagai macam kesukaran. Dia pernah pergi ke India, tapi dia tentu saja tidak pergi ke sana untuk mencari kitab agama Budha. Dia malah mengembara ke seluruh negeri itu untuk mencari kungfu misterius kaum Hud-bun (Budha). Tentunya perjalanannya itu tidak sia-sia belaka.
Dan Giok-tojin dulunya adalah Giok-long-kun yang berjuluk 'Satu Pedang Tanpa Rintangan', yang pernah mengguncangkan dunia Kang-ouw. Semua pendekar di dunia ini pasti akan gemetar ketakutan terhadap dirinya, dan semua perempuan cantik pasti akan menyerahkan hatinya pada Giok-long-kun ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darah Ksatria - Gu Long
AdventureKhu Hong-seng, Toh Ceng-lian, Ma Ji-liong dan Sim Ang-yap adalah empat pesilat muda yang sedang naik daun di dunia persilatan. Mereka berasal dari keluarga persilatan ternama dan kaya-raya. Di tengah hujan salju, mereka berkumpul di Han bwe-kok, seb...