Bab 3: Thian-sat

866 15 0
                                        

Tetap tidak ada jawaban dari Ma Ji-liong. Jika itu orang lain, seandainya tidak minggat, mereka tentu akan menyangkal dosanya dengan keras. Tapi dia tidak. Dia cuma berdiri dengan tenang di sana, seolah-olah hal itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan dia.

Dia tidak menyangkal. Apakah karena dia tahu kalau persoalan ini tidak bisa dibantah?

Dia tidak melarikan diri. Apakah karena dia tahu bahwa tidak seorang pun bisa lolos dari kejaran tiga orang di depannya ini?

Coat-taysu sejak tadi berdiri di sana dengan tenang, wajahnya tanpa ekspresi. Baru sekarang dia mulai bicara, "Agaknya aku pernah mendengar seseorang mengatakan bahwa ilmu golok Ngo-hou-toan-bun-to adalah ilmu golok terbaik di dunia, dan tidak ada ilmu golok yang tidak dia ketahui di kolong langit ini."

Peng Thian-pa berkata, "Kau memang pernah mendengarnya. Bukan 'agaknya'."

Coat-taysu bertanya, "Siapa yang mengucapkan kata-kata itu?"

"Tentu saja aku," Peng Thian-pa menjawab.

Coat-taysu berkata, "Jika kau yang bicara, tentu tidak salah."

Peng Thian-pa berkata, "Meskipun aku suka membual, aku cuma membual pada wanita, bukan pada hwesio." Dia tertawa dan meneruskan, "Membual pada hwesio sama seperti bermain musik di depan sapi, tidak ada gunanya."

Coat-taysu tidak menjadi marah, dia juga tidak balas bergurau. Wajahnya tetap dingin dan kaku. Dia berkata, "Orang serba hitam tadi hendak membunuhmu dengan goloknya. Serangan golok tadi pasti merupakan jurus terbaiknya."

Peng Thian-pa berkata, "Dalam keadaan seperti tadi, dia pasti menggunakan jurus terbaiknya."

"Tapi agaknya kau pernah bilang bahwa tidak ada ilmu golok yang tidak kau ketahui di kolong langit ini," kata Coat-taysu.

"Memang," kata Peng Thian-pa.

Coat-taysu bertanya, "Kalau begitu, jurus tadi berasal dari partai mana?"

Peng Thian-pa berkata, "Tidak tahu." Jawabannya langsung saja, tanpa tedeng aling-aling. Orang-orang Kang-ouw memang tahu bahwa ketua perguruan golok Ngo-hou-toan-bun-to sekarang ini adalah orang yang tidak suka bertele-tele.

Coat-taysu bertanya lagi, "Kau benar-benar tidak tahu?"

Peng Thian-pa menjawab, "'Tidak tahu' berarti 'tidak tahu'. Memangnya ada arti lain?"

"Kau tidak tahu, tapi aku tahu," kata Coat-taysu.

Tentu saja Peng Thian-pa sangat terkejut. Terlontar kata-katanya, "Kau tahu?"

Coat-taysu berkata, "'Aku tahu' berarti 'aku tahu'. Tidak ada arti lain."

Peng Thian-pa tertawa dan bertanya, "Jurus golok itu berasal dari partai mana?"

"Itulah Thian-sat!" Coat-taysu menjawab.

Thian-sat!

Peng Thian-pa bertanya, "Aku masih tidak mengerti. Apa itu Thian-sat?"

"Buka bajunya dan periksalah," jawab Coat-taysu.

Di dada orang serba hitam itu terdapat belasan huruf berwarna merah menyala. Apakah huruf-huruf itu ditato dengan tinta merah ataukah darah?

Tulisan itu berbunyi, "Thian memberikan segalanya kepada manusia, manusia tidak pernah memberikan apa-apa kepada Thian, Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh!"

Bunuh!

Peng Thian-pa bertanya, "Inikah Thian-sat itu?"

"Benar," kata Coat-taysu.

Darah Ksatria - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang