Bab 16: Toko Serba Ada

545 8 1
                                    

Bentuk rumah itu terlalu rendah, lelaki yang bertubuh tinggi kalau mengulurkan tangan pasti bisa menjangkau langit-langit rumah. Kapur dinding juga sudah luntur, di dinding tengah yang menghadap pintu luar tergantung sebuah papan ukiran yang menggambarkan Kwan Kong berduduk sambil membaca buku Jun-jiu. Di pinggirnya tergantung kertas panjang yang memuat tata tertib kehidupan keluarga menurut tradisi kuno yang ditulis Cu-hucu. Di sisi lain adalah tulisan berisi petuah bagi manusia untuk hidup rukun, jujur, dan bajik, serta bertakwa kepada Thian. Gaya tulisannya amat kuat dan indah dengan model kuno lagi, merupakan tulisan yang tinggi nilainya.

Rumah pendek itu hanya ada satu jendela dan satu pintu. Di pintu dipasang kain tirai biru yang sudah luntur warnanya. Sebuah meja segi delapan terbuat dari kayu merah kelihatan sudah tua dan kotor ternyata masih berguna dan diletakkan di seberang pintu.

Di atas meja ditaruh sebuah poci teh yang mulutnya sudah gumpil separuh, tiga cawan kecil berjajar di depan poci. Di sebelah atas bagian belakang meja terdapat sebuah altar pemujaan yang masih kelihatan rapi dan terpelihara--yang dipuja bukan Kwan-te-kun, tetapi Koan-im Hudco yang membopong orok kecil gendut dan mungil.

Di pojok kamar bertumpuk tiga peti kayu. Di pojok lain ada sebuah meja rias yang kelihatannya tidak terpakai karena berdebu, kacanya kotor dan buram, sisir yang terbuat dari kayu juga sudah patah sebagian besar.

Kecuali itu hanya ada sebuah ranjang. Ranjang besar terbuat dari kayu berukir dengan empat batang galah di keempat kakinya sebagai penyangga kelabu. Di atas ranjang tempat tidur terdapat seorang perempuan--tubuhnya ditutup tiga lapis selimut tebal yang terbuat dari kapas.

Rambut perempuan ini kusut masai. Mukanya kuning pucat. Kelihatannya amat kuyu lagi kurus dan lemas. Kalau sedang tidur terdengar mulutnya merintih-rintih.

Udara dalam rumah berbau obat yang beraroma tebal. Di luar ada seorang perempuan bermulut tajam dengan suaranya yang melengking sedang mengomel panjang pendek. Katanya telur yang dijual oleh toko ini kecil-kecil, demikian pula minyak goreng yang dia beli kemarin bercampur air, garam juga lebih mahal dari yang ia beli di pasar.

----------------00000------------------

Waktu Ma Ji-liong terjaga dari pulasnya, ia mendapatkan dirinya berada di tempat itu. Semula ia mengira dirinya sedang bermimpi, kecuali bermimpi orang seperti dirinya mana mungkin berada di tempat seperti itu. Untungnya, meski pengaruh arak belum hilang sepenuhnya, kepalanya juga masih pusing, namun pikirannya sudah segar. Lekas sekali ia maklum apa yang terjadi dan di mana sekarang dirinya berada.

Reaksi pertama yang dilakukan Ma Ji-liong setelah sadar adalah melompat berdiri dari kursi malas di mana barusan ia tertidur lelap. Ia bergegas menghampiri meja rias serta membersihkan kaca dengan lengan bajunya. Ji-liong merasakan jari jemarinya dinging dan gemetar.

Bagaimana hasil operasi Giok Ling-long atas mukanya? Lumrah kalau Ji-liong ingin lekas tahu berubah macam apa wajahnya sekarang.

Yang terbayang dalam cermin buram itu bukan lagi wajah aslinya yang dulu, tetapi wajah Thio Eng-hoat seperti yang pernah ia lihat di gambar itu. Ma Ji-liong mengucek-kucek matanya, akhirnya ia yakin bayangan dalam cermin memang betul adalah wajah Thio Eng-hoat--bukan wajah Ma Ji-liong lagi.

Seseorang bercermin di depan kaca, wajah yang terbayang di cermin ternyata wajah orang lain, bagaimanakah perasaan hatinya? Bagi yang belum pernah mengalami kejadian seperti ini mimpi pun takkan pernah membayangkan apa yang terkandung di dalam hatinya. Dalam hal ini jarang Ma Ji-liong mengagulkan dir, tetapi kenyataannya memang demikian--siapa pun mengakui bahwa Ma Ji-liong adalah seorang pemuda berwajah tampan. Entah mereka yang membenci dirinya atau merasa dengki dan iri karena kalah tampan dan gagah, namun mereka harus bertekuk lutut menghadapi kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Dalam keadaan seperti ini mau tidak mau Ji-liong bertanya-tanya dalam hati, "Kelak apakah wajahku bisa dipulihkan seperti semula?"

Darah Ksatria - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang