Bab 24: Langganan Lama dan Pemborong

507 7 0
                                    

Pada umumnya sebelum membuka pintu, toko serba ada perlu mengadakan pemeriksaan pada barang-barang persediaannya, barang apa yang kurang dan perlu ditambah, menata kembali secara rapi dan lain sebagainya, persiapan selalu diperlukan demi memberikan pelayanan yang baik. 

Sebagai pegawai lama dan sudah berpengalaman, Thio-lausit setiap pagi mengerjakan semua itu dengan rapi dan beres. Apalagi sudah delapan belas tahun sejak toko serba ada ini dibuka Thio-lausit sudah bekerja di sini, ia rajin bekerja, jujur dan setia, pengadaan barang berada dalam tangannya, kalau di dalam toko mendadak kehilangan segentong garam dan sekeranjang telur ayam, tidak mungkin ia tidak tahu.

Tapi Thio-lausit justru diam saja, seperti sudah tahu di mana barang itu berada, maka ia bersikap adem-ayem saja.

Kemarin sore turun hujan lebat, lumpur di jalan kampung itu cukup tebal dan becek. Sepatu Thio-lausit juga kelihatan berlumpur meski sedikit, belum kering juga, ini menandakan bahwa barusan ia berada di jalanan. Apa betul barusan ia keluar? Ke mana? Kenapa tidak berterus terang?

Mendadak Ma Ji-liong sadar, bukan saja pegawainya ini tidak jujur, gerak-geriknya juga misterius, aneh dan patut dicurigai.

Sudah dua kali Ma Ji-liong dihinggapi perasaan seperti ini.

Thio-lausit sudah siap membuka daun pintu.

Tapi baru saja tangan Thio-lausit menurunkan palang pintu, Ma Ji-liong mendadak berkata, "Hari ini kita tutup toko saja."

Thio-lausit menoleh dengan memiringkan kepala, katanya kemudian, "Apakah hari ini hari besar?"

"Bukan."

"Hari ini kita merayakan sesuatu?"

"Tidak."

"Lalu kenapa kita tidak membuka toko?"

Sudah tentu Ma Ji-liong tidak bisa memberikan penjelasan, juga tak bisa mengarang cerita untuk mencari alasan. Ji-liong memang bukan pembual. "Toko ini adalah milikku, aku yang berkuasa di sini," terpaksa Ma Ji-liong mengada-ada. "Kalau aku bilang hari ini tutup, maka toko tidak buka."

Thio-lausit menundukkan kepala, beberapa kejap ia terpekur. Alasan yang dikemukakan majikannya sebetulnya tidak tepat, tapi sebagai pegawai ia harus tunduk dan patuh pada perintah majikan. Tapi nyonya majikan yang berada di kamar justru menentang.

"Hari ini toko kita tetap buka seperti biasa, apa yang ia katakan jangan dituruti." Itulah suara Cia Giok-lun. Di mana-mana, omongan juragan perempuan memang jauh lebih manjur, lebih berwibawa dan disegani dibanding juragan sendiri.

Ma Ji-liong memburu masuk, ia mulai naik pitam, "Kenapa omonganku tak boleh dituruti? Kenapa kau mencampuri urusanku?"

"Bukannya aku mencampuri urusanmu, tapi temanmu ini yang meminta aku turut campur," demikian sahut Cia Giok-lun.

Thiat Tin-thian berkata, "Toko serba ada ini harus dibuka seperti biasa."

Ma Ji-liong menggelengkan kepala, ia tidak mengerti.

"Sekarang mereka sudah tahu bahwa pemilik toko serba ada ini adalah Ma Ji-liong. Setiap saat mereka bisa meluruk ke sini, kenapa aku harus membuka pintu mengundang mereka masuk?"

"Justru mereka sudah tahu kau ada di sini, maka kau harus tetap membuka toko seperti biasa."

"Kenapa?"

"Kalau toko serba ada ini tutup, mereka pasti meluruk ke mari dan menerjang masuk dengan kekerasan, dengan menjebol pintu," demikian kata Thiat Tin-thian. "Biar kita buka saja pintu toko seperti biasa. Mereka belum tahu bagaimana keadaan kita di sini, aku berani menjamin mereka takkan berani sembarangan bertindak."

Darah Ksatria - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang