Bab 36: Lembah Mati

476 9 0
                                    

Lembah mati tetap lembah mati, tiada perubahan. Di sini tiada emas, tiada istana, apa pun tidak ada.

Secara misterius kereta kuda yang mereka kejar lenyap tak keruan parannya begitu masuk ke mulut lembah mati, lenyap tanpa bekas.

-----------------------ooo00ooo----------------------

Fajar menyingsing, sang surya telah terbit. Sinar pagi menyoroti batu-batu hitam yang kelihatan mengkilap, terang gemerdep seperti sinar emas. Sayang batu hitam tetap batu hitam,tidak bisa berubah jadi emas. Betapa pun terang sinar gemerdep yang dipantulkan oleh pancaran sinar surya di permukaan batu bundar itu, ia tetap batu hitam yang tiada harganya, bukan emas murni yang dapat membuat manusia kaya, juga dapat membuat manusia edan.

Di manakah adanya emas murni di dalam lembah ini?

Kalau di sini tidak ada emas, dengan apa Bu-cap-sah menarik pemuda-pemuda sebanyak itu? Kalau di sini ada emas seperti yang diceritakan Bu-cap-sah, kenapa pasir emas pun tidak kelihatan?

-----------------------ooo00ooo----------------------

Yang menarik perhatian Ma Ji-liong bukan emas juga bukan batu hitam, tapi Toa-hoan. Ia yakin bila kereta itu ditemukan, mereka pasti dapat menemukan Toa-hoan juga.

Kereta kuda itu lari ke mana? Padahal kereta besar dengan empat kuda penariknya bukan barang kecil yang bisa diangkat lalu dimasukkan dan disembunyikan di dalam kantong, bagaimana mungkin dalam sekejap mata kereta kuda itu lenyap seperti kabut dihembus angin lalu?

"Di bawah," mendadak Ma Ji-liong menarik kesimpulan.

"Apa yang di bawah?" tanya Cia Giok-lun.

"Kereta kuda, emas, manusia, semua ada di bawah," demikian ucap Ma Ji-liong. "Mereka pasti membangun istana di bawah tanah, istana yang besar dan megah."

lni bukan khayalan. Emas dapat menghancurkan segala persoalan yang semula tidak bisa dihancurkan. Dengan emas bisa melakukan perbuatan apa pun yang semula tidak bisa dilakukan, dengan emas bisa mengendalikan setan untuk mengerjakan sesuatu yang diinginkan.

Kalau betul di tempat ini ada lubang rahasia, di antara mereka yang mampu menemukan rahasianya hanyalah Ji Liok. Tapi Ji Liok menggelengkan kepala. "Kau keliru," katanya. "Mereka pasti tak di bawah tanah, tapi mereka di atas."

"Di atas?" Ma Ji-liong menoleh lalu mengangkat kepala memandang ke atas menurut arah pandangan Ji Liok, maka matanya tertumbuk pada golok melengkung yang terselip di ikat pinggang warna merah lombok itu, golok melengkung itu gemerdep ditingkah sinar surya pagi.

Tampak pengawal Persia itu berdiri merentangkan kedua kakinya sambil bertolak pinggang, berdiri di batu cadas yang bergantung di dinding gunung di atas mulut lembah. Pengawal Persia itu menyeringai sambil melambaikan tangan kepadanya.

"Ma Ji-liong," suara pengawal Persia itu serak lagi keras, bergema di dalam lembah memantulkan gelombang suara tinggi, "Siapa yang bernama Ma Ji-liong, kalau kau ingin mencari Toa-hoan, ikutlah aku. Kalau ada orang yang ikut ke mari, Toa-hoan akan segera kupenggal kepalanya."

-----------------------ooo00ooo----------------------

Cuaca cerah, langit membiru, sinar surya kuning keemasan. Kehidupan begini semarak, siapa yang rela meninggalkan dunia seindah ini?

Namun ada sejenis manusia di dunia ini, berani menyerempet bahaya, melakukan apa yang dia ingin lakukan meski jiwa terancam bahaya. Karena dia beranggapan kerja ini harus dia lakukan, meski berkorban jiwa sekalipun juga takkan mundur, tetap maju dan berani menghadapi ancaman apa pun.

Ma Ji-liong adalah simbol manusia jenis ini. Perlahan ia membalikkan badan menghadapi para kawannya, sudah tentu kawan-kawannya paham dan mengerti orang macam apa sebetulnya Ma Ji-liong.

Darah Ksatria - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang