Bab 4: Malam yang Panjang

686 15 0
                                    

Malam yang panjang baru saja dimulai. Ma Ji-liong memungut beberapa potong ranting kering dan menemukan sebuah kuil yang rusak dan terpencil sebagai tempat berlindung dari tiupan angin. Lalu dia membuat api unggun.

Kemungkinan besar api itu akan menarik perhatian musuh. Setiap orang pun tahu bahwa seorang buronan tidak boleh menyalakan api unggun, biarpun dia sudah hampir mati beku. Tapi gadis itu benar-benar membutuhkannya. Dia sendiri boleh mati beku, tapi dia tidak boleh membiarkan orang asing ini mati karena dia khawatir musuh-musuhnya akan segera menemukannya. Dia lebih suka mati daripada kehilangan kehormatannya.

Api unggun menyala terang benderang. Dia lalu memindahkan gadis itu ke tempat yang paling hangat dan kering. Dia sendiri butuh beristirahat. Tapi, tak lama sesudah dia menutup matanya, tiba-tiba terdengar sebuah suara lengkingan, "Siapa kau?"

Ternyata gadis itu sudah bangun. Dia bukan saja amat buruk rupa, suaranya pun tajam melengking. Ma Ji-liong tidak menjawab. Saat ini, dia sendiri pun tak tahu siapa dirinya, dia sudah seperti mayat hidup.

Dia tidak punya masa depan, juga tidak punya masa lalu. Perlahan-lahan dia bangkit, bermaksud hendak memeriksa keadaan gadis itu.

Dia ingin melihat apakah dia bisa bergerak, atau apakah dia bisa bertahan hidup. Dia tidak menduga kalau gadis itu tiba-tiba mengambil sepotong kayu kering dari api unggun dan berteriak dengan keras, "Jika kau berani mendekat, aku akan memukulimu sampai mati!"

Dia mempertaruhkan nyawanya untuk menolong gadis ini, tapi perempuan yang aneh dan amat buruk rupa ini malah seakan-akan menganggap bahwa dia hendak memperkosanya. Ma Ji-liong tidak berkata apa-apa.

Dia kembali duduk.

Sambil memegang kayu api erat-erat, gadis itu menatapnya tajam dengan sepasang matanya yang mirip dengan mata tikus. Ma Ji-liong menutup matanya. Dia benar-benar terlalu letih untuk memandang gadis itu lagi. Tapi gadis itu kembali bertanya dengan suara yang nyaring, "Bagaimana aku bisa berada di sini?"

Ma Ji-liong terlalu lelah untuk menjawab.

Akhirnya, teringat pada nasibnya sendiri, gadis itu berkata, "Tadi aku terkubur di dalam salju. Apakah kau yang menolongku?"

"Ya," Ma Ji-liong menjawab.

Dia tidak mengharapkan gadis itu bertanya lagi, tapi ternyata dia masih bicara, "Karena kau sudah menyelamatkanku, kenapa kau tidak membawaku ke tabib? Kenapa kau malah membawaku ke kuil rusak ini?"

Suaranya makin melengking, "Aku tahu orang sepertimu. Aku tahu kau tidak bertindak dengan maksud baik."

Ma Ji-liong sudah hampir habis kesabarannya dan ingin berkata, "Jangan kau khawatir. Seandainya aku hendak memperkosamu, melihat tampangmu itu, aku jadi kehilangan minat." Tetapi dia tidak mengatakannya. Dalam sinar api unggun, gadis itu tampak lebih jelek lagi. Dia tidak tega melukai hatinya, karena itu dia hanya menghela napas panjang dan berkata, "Aku tidak membawamu ke tabib karena aku tidak punya uang."

Gadis itu menyeringai dan berkata, "Bagaimana mungkin orang dewasa sepertimu bisa tidak punya uang? Tentu karena kau terlalu malas untuk mencari pekerjaan." Ma Ji-liong menyabarkan diri saat mendengar omelan itu. Tapi gadis itu tidak mau sudah. Dia terus menyemprot dan melemparkan tuduhan kepadanya, tak henti-hentinya.

Tiba-tiba Ma Ji-liong bangkit berdiri. Dia berkata dengan dingin, "Di sini ada api unggun. Seharusnya cukup untuk satu malam. Besok pagi, orang-orang tentu akan datang ke sini." Dia benar-benar tak tahan lagi. Dia lebih baik pergi.

Sekali lagi gadis itu mengomel, "Apa yang kau lakukan? Kau hendak pergi? Apakah kau benar-benar hendak meninggalkanku, perempuan lemah yang sengsara ini, sendirian di sini? Laki-laki macam apa kau ini?" Seseorang seperti ini tidak mungkin bisa dianggap 'lemah'. Sayangnya, dia memang seorang perempuan.

Darah Ksatria - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang