BAB 2

33.3K 2K 20
                                    

Warning! TYPO, GAJE, FLAT DLL!!

"Woy, Cupu." Panggilan itu membuat cowok berkacamata yang tengah serius menulis mendongakan kepalanya. Dia hanya menatap sekilas pada cowok yang memanggilnya, lalu kembali mencatat.

Cowok itu berdecak, menghampiri cowok itu dengan sikap belagu. Brak "Hoi cupu, lo budeknya." Semprot Bagus, cowok itu memberikan tatapan mencela pada cowok yang tadi mengacuhkannya.

Cowok berkacamata itu menghela nafas sebelum mendongak dan menatap lawan bicaranya, "Kenapa?" tanyanya pelan.

"Lo pura-pura lupa atau bego ha?!" bentak Bagus yang langsung menarik perhatian orang yang ada di kelas. "Mana tugas gue?!" Tangannya terulur untuk ke depan cowok berkacamata yang kini sudah menampilkan rasa takut, dan itu membuat Bagus tersenyum sinis.

Cowok berkacamata itu bergegas membuka tasnya dan mengambil buku Bagus, dan menyerahkannya. "Ni.nih." ujarnya gugup.

"Dasar cupu." Bagus mengambil buku itu, dan langsung berbalik tanpa berniat mengucapkan terima kasih.

Erlang -cowok berkacamata - mengehela nafas lega karena bisa menghilangkan satu masalah pada malam ini. Dia menoleh kearah teman-temannya dan dia mendapati tatapan iba yang diarahkannya padanya. Cih, gue nggak butuh tatapan iba seperti itu batinnya. Ngapain iba kalau nggak mau nolongin, dasar. Erlangga kembali mencatat apa yang ada di papan tulisnya. Tapi, lagi-lagi aktivitasnya terhenti saat ada yang menepuk pundaknya.

"Lang, lo kenapa diem aja sama sikap Bagus?" Alex - sahabat Erlang- menjatuhkan dirinya disamping Erlang. "Kalau gue tahu dia bakal kayak gitu, gue hajar juga dia lama-lama."

Erlang menghendikkan bahunya, sambil memperbaiki kacamatanya yang kembali turun. "Males gue. Lebih baik gini," balasnya cuek. "Dari mana lo?"

Alex nyengir sambil mengeluarkan dua buah roti dan buah gelas air mineral. "Kantin, gue tahu lo kan kalau udah berkaitan sama buku dan hal semacamnya, lo bakal males keluar." Alex meletakkan makanan yang dia beli di depan Erlang. "Nggak usah bilang makasih, gue ikhlas mah kalau buat lo."

"Kok gue serem ya." Erlang bergidik, tapi mau tak mau tersenyum. "Tapi,Makasi."

"Yoi. Itu namanya sahabat." Alex memakan rotinya dengan lahap, begitu juga dengan Erlang.

"Alex." Sapaan yang manja itu membuat Alex menoleh. Cowok itu menaikkan alisnya sebelah sebagai respon. "Mau ke kantin bareng nggak?" lanjut cewek yang bernama Nita. Dia memandang Alex dengan sesekali menyampirkan rambutnya di belakang telinga.

Erlang yang melihat itu mendengus, dasar cewek genit Dia kembali menggigit rotinya sambil terus memperhatikan kejadian itu, dan sayangnya tertangkap oleh mata Nita.

"Heh cupu, ngapain lo liat-liat gue. Gue tahu kalau gue cantik, tapi sorry gue nggak mau sama cupu kayak lo." Erlang tersentak, lalu buru-buru memalingkan wajahnya yang terlihat memerah, sedangkan Nita berdesis meremehkan.

"Alex yuk kita ke kantin, tinggalin anak cupu ini." Nita memandang rendah Erlang, seakan cowok itu berpenyakitan. " Lo kenapa sih mau gaul sama anak cupu kayak gini. Masih banyak orang yang bisa lo temenin selain cowok cupu ini."

Alex yang mulanya diam mulai berang"Stop panggil nama gue dengan nada yang menjijikkan itu." Alex menatap Nita dingin, "Kalau lo mau ke kantin, pergi sana sendiri, dan lo nggak berhak buat ngatur gue, lo bukan siapa-siapa gue. Jangan harap gue mau sama cewek gatel kayak lo." Hardiknya dengan suara yang cukup besar, membuat perhatian kembali ke arah mereka dan Erlangga benci itu, benci menjadi pusat perhatian.

Alya✔ (Sudah diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang