Suara tv menggema memenuhi ruang keluarga. Arya. Laki-laki itu menatap serius berita yang sedang ditayangkan, medengar dengan cermat apa yang diucapkan oleh presentar.
"Dih, nih cowok kampret se kampretnya," gerutuan itu membuat Arya memalingkan wajahnya dari tv ke arah gadis yang baru menuruni tangga. Alya. Adiknya itu kenapa lagi?
"Heh jelek, kenapa kamu?" tanya Arya yang kini benar-benar fokus pada Alya. Dia memiringkan tubuhnya. Menghadap penuh pada Alya. Keningnya mengernyit saat melihat bibir Alya mengerucut kecil. "Heh, kenapa kamu?" ulangnya saat tidak mendapatkan jawaban dari Alya. Arya mendengus kesal karena Alya hanya menatapnya sekilas, dilemparkan bantal sofa ke arah Alya dengan sadis, membuat Alya mendelik tajam ke arahnya.
"Udah deh kak, jangan ganggu Alya. Sana nonton aja?!" Alya kembali memalingkan wajahnya dan kembali fokus pada ponselnya. Matanya terlihat menyipit, bibirnya bergerak tanpa suara. Menggerutu pada orang yang mengirimi pesannya pesan. Sebenarnya bisa saja dia tidak membalas pesan dari orang yang tingin dia beri pelajaran itu, tapi pasti orang itu akan menyepam dengan berbagai ancaman tak jelas. Saking seriusnya Alya tidak menyadari bahwa Arya sudah ada dibelakangnya, memperhatikan dengan mata yang menatap lurus ke arah ponsel.
Alya berbalik langsung berbalik saat ponselnya diambil paksa. "Abang, balikkin ponsel Alya." Alya berusaha mengambil ponselnya kembali. Dari melompat, memiringkan tubuhnya, mengulurkan tangannya ke depan, tapi tetap saja tidak bisa menyentuh ponselnya. "Abang?!" teriak Alya kesal. Dia mencibir di belakang tubuh Arya, tangannya sudah mau memukul tubuh Arya tapi tidak jadi. Kerena tiba-tiba saja Arya berbalik menghadapnya.
"Kamu dibully?" tanya Arya langsung. Raut wajahnya berubah datar. Sorot matanya terlihat serius, membuat Alya gelagapan.
Mampus dia lupa hapus chat, keluh Alya. Apakah Pernah Alya mengatakan Arya kalau marah sangat menyeramkan? Kalau belum Alya akan mengatakannya sekarang. Arya, kakak kandungnya memang sangat menyebalkan, suka menggoda dirinya, suka bikin kesal, tapi jika sudah ada hal yang tidak disukai oleh Arya dia bisa marah sebasar-besarnya. Dia masih ingat dulu pas dia masih kecil, ada orang yang mengganggunya dan itu sukses membuat Arya marah, dan menghajar orang itu tanpa belas kasihan, kalaupun pelakunya perempuan dia akan membuat nangis tanpa rasa bersalah.
"Kamu bisa ngomong kan? Jawab sekarang. Kamu dibully?" tanya Arya ulang dengan nada datar. "Jangan coba bohong sama Abang," tambahnya.
Alya menunduk. Kenapa disaat abangnya seperti ini dia tidak bisa berbuat apa-apa. "Nggak dibully kak, nggak. Dia cuman becandaan aja itu." Alya meringis mendengar jawabannya sendiri kenapa dia harus melindungi Ryan. Dia megadah mencari tahu bagaimana ekspresi Arya dan saat itu dia merasa gugup.
"Kamu kalau bohong pinteran dikit." Arya menggoyangkan ponsel Alya. "Kamu kira abang nggak tahu kalau kamu bohong. Dengan chat seperti ini kamu bilang nggak dibully? Kasih tahu abang Ryan yang mana." Bukan pertanyaan melainkan perintah yang harus Alya ikuti sekarang.
Alya memegang lengan Arya. Biarlah dia drama hari ini. "Serius bang, dia nggak ngebully. Kan abang tahu kalau orang bercandaan kayak gitu," jelasnya mencoba meyakinkan Arya. Jantungnya berdebar kencang, hawa panas langsung menerpa tubuhnya. Dia merasa gugup, sangat gugup. Apalagi dengan mata Arya yang terus mengintimidasinya.
Arya tanpa banyak kata melempar ponsel Alya, yang untungnya langsung dengan sigap diterima oleh gadis itu. "Kamu pacaran sama dia?"
"Ha?" Tadi kakaknya tanya apa? Telinganya nggak salah denger kan?
"Udah jelek, budek kamu. Kamu pacaran sama dia?"
Alya langsung menggeleng cepat. Dih ogah banget dia pacaran sama cowok kayak Ryan. Tukang berantem, galak, nggak tahu aturan. Masih mending pacaran sama Erlang. Meski menyebalkan tapi dia merasa nyaman. Bentar dia bilang apa? nyaman? Otaknya kayaknya sudah nggak waras. Dan kenapa juga dia harus bawa-bawa nama Erlang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alya✔ (Sudah diterbitkan)
Teen FictionAlya tak pernah sadar bahwa menolong sesorang membuat dia harus terjebak oleh permainan yang sangat menyebalkan. Terlebih lagi, orang yang ditolongnya adalah salah satu orang menyebalkan yang selalu membuat dia kesal. Tapi, suatu malam Alya tau akan...