Kasak-kusuk terdengar dari sekeliling Alya. Depan, kanan dan kiri. Kasak-kasuk yang sangat terdengar jelas di telinga Alya membuat gadis itu tidak tenang menyantap baksonya. Ditambah lagi dengan tatapan yang secara terang-terangan mengarah padanya, membuat dia seperti orang bersalah di sini.
"Kalian ini mau makan atau ngegosip sih," sewot Alya membanting sendoknya. Matanya menatap orang di meja itu satu persatu. Tatapan menyiratkan ketidaksukaan. Dia sudah tidak tahan lagi dengan semua kalimat yang dia dengar. Ayolah, kalau mereka mau bisik-bisik silahkan tapi ya jangan sampai dia dengar. Mana percakapan berkaitan dia yang menjadi pacar Erlang. Hei, dia belum mengatakan apa-pun dan cowok itu sudah mengatakan mereka pacaran. Ditembak aja kagak. Pacaran darimana.
"Ya elah, bu bos. Santai aja lah. Kita gosipin bu bos di depan bu bos sendiri kan. Mending kita gosipin bu bos dibelakang, nah itu baru bu bos marah," sahut cowok yang bernama Tatang. Membuat hampir semua orang yang di sana tergelak, termasuk Mita yang sudah tertawa puas. Alya menggeram, salah nggak sih dia melempar garpu pada cowok itu.
"Mata lo Tang, mau gue cungkil?" Erlang membuka suara. Dia sejak tadi diam, menyimak pembicaraan yang terjadi. Dia menoleh ke arah Alya yang terlihat sudah menunjukkan tanduknya.
"Aduh Lang, tenang gue nggak bakal embat pacar lo. Gue mah lebih milih ngejomblo dibandingkan makan pacar teman," balas Tatang santai. Dia menaik turunkan kedua alisnya menggoda Alya.
Alya tak tahan. "Heh, ini semua gara-gara lo. Apa coba maksud lo, bilang gue pacar lo hah?!" Alya menatap Erlang marah. Dadanya naik turun, hidungnya kembang kempis seperti banteng yang siap menyeruduk.
Erlang tak menanggapi, dia memiringkan tubuhnya, mengambil mangkok bakso Alya. "Makan," perintahnya sambil menodongkan garpu yang di atasnya ada bakso pada Alya.
Pipi Alya memerah. Bahkan di seklilingnya langsung mengeluarkan kor cieee, secara bersamaan. Astaga. " Diem lo pada,"semprotnya pada ke empat orang disana. Dia kembali menoleh ke arah Erlang. Sejak kapan cowok di depannya ini manis. Sadar Al, lo lagi marah. Dan di depan lo ini Erlang bukan Angga. Cowok hujan yang lo sukai. Tapi, Angga itu Erlang, Erlang itu Angga.
Erlang memiringkan wajahnya, dia mendengus. Tangan bebasnya terangkat dan menoyor kepala Alya. "Gue suruh lo makan bukan ngelamun," katanya santai sambil terus menyodorkan garpunya.
"Heh, sakit be...mmhhmm." Perkataan Alya terpotong karena Erlang langsung memasukkan bakso itu ke dalam mulutnya. Matanya melotot, sedangkan Erlang memandangnya santai.
Erlang menarik tangannya dan membiarkan garpu masih di bergantung di mulut Alya. Cowok itu melanjutkan makannya tanpa perduli dengan pelototan Alya. Cowok itu bersikap seperti tidak terjadi apa-apa.
Alya melepaskan garpu itu kesal. "Lo gila ya. Kalau gue kesedak gimana?!" Dia menaruh kembali garpu itu asal. Kampret nih cowok, jangan bilang dia punya kepribadian ganda. Dia masih nggak yakin kalau Erlang adalah Angga, sikap keduanya berbeda sama sekali. Angga yang manis, sedangkan Erlang kasarnya minta ampun. "Erlang lo dengerin gue nggak sih?!"
"Apa?" Erlang kembali menolehkan kepalanya. Menatap Alya dengan kedua maniknya. "Dengerin apa?" ulangnya masih dengan posisi yang sama.
Tiba-tiba Alya merasa gugup. Dia melirik ke kanan dan dia menyesal akan hal itu. Semua mata teman-teman Erlang mengarah padanya. Dia membuang muka ke arah Mita, dan sahabatnya itu memberikan senyuman menggoda. Dia mendengus kembali menoleh ke arah Erlang. Sialan, sejak kapan Erlang bisa membuat dia gugup, dia pasti gila gara-gara bakso, pasti itu. Dia berdehem, menetralkan dirinya sendiri. "Lo bisa nggak sih, lembutin dikit. Kalau gue keselek gara-gara lo gimana?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alya✔ (Sudah diterbitkan)
Teen FictionAlya tak pernah sadar bahwa menolong sesorang membuat dia harus terjebak oleh permainan yang sangat menyebalkan. Terlebih lagi, orang yang ditolongnya adalah salah satu orang menyebalkan yang selalu membuat dia kesal. Tapi, suatu malam Alya tau akan...