Selamat membaca dan Semoga terhibur
Alya, mencoba menahan matanya untuk terus terbuka, memperhatikan guru yang tengah memberikan penjelasan mengenai matematika. Dari segala mata pelajaran, kenapa dia matematika yang harus menjadi pelajaran pertama di kelasnya? Selain itu, kenapa tadi malam dia sangat sulit tertidur?
Mita yang memang penasaran sejak awal mereka masuk, sesekali mencuri pandang ke arah Alya yang berada di sampingnya. Dan mendapati Alya yang terlihat sangat mengantuk. Dia melihat ke depan, sambil mendekatkan kepalanya ke arah Alya.
"Lo ngapain tadi malam?" bisiknya masih dengan mata yang mengarah pada guru yang ada di depan.
Alya menoleh malas ke arah Mita sekilas, tangan kirinya menopang dagunya. Ah, dia benar-benar tidak tahan dengan rasa kantuk yang menderanya. Detta dan Erlang susah membuat dirinya terpejam. Dia sibuk memikirkan dua hal yang berbeda, Detta yang mengutarakan perasan pada dirinya dengan serius, dan kalimat Erlang yang tidak selesai, membuatnya sangat penasaran.
Senggolan di lengannya membuat fokus Alya kembali pada Mita. Kedua alisnya naik, tatapannya seakan mengatakan apa?
"Lo kenapa?" bisik Mita, mencoba untuk sabar, mengingat mereka sedang dalam pembelajaran.
"Ngantuk," jawab Alya singkat, tanpa ada penjelasan yang berarti. Kembali dia mengarahkan pandangannya ke depan, mencoba memperhatikan sang guru, meski matanya sudah tidak bisa tertahan untuk tidak terpejam.
Mulut Alya terbuka, dia reflek menutup muluntya dengan tangannya yang lain. Dia benar-benar mengantuk sekarang. Entah keberapa kalinya dia menguap pagi ini sebagai bentuk bagaimana keadaannya sekarang. Kepalanya bahkan beberapa sekali ingin turun, tapi kesadarannya yang masih ada membuatnya bertahan.
Mita sesungguhnya kesal mendapatkan jawaban yang sangat tidak memuaskan, tapi dia menahan untuk memaksa Alya, selain karena mereka ada di kelas, Alya sangat terlihat mengantuk. Untuk saat ini Mita membiarkannya, dan kembali fokus pada apa yang diajarkan oleh sang Guru.
Selain Mita, Alya juga menyerah dengan rasa kantuk yang ia derita. Perlahan tapi pasti, dia menarik tangannya dari dagu, mencari posisi yang pas, sebelum melipat tangannya di atas meja, dan membenamkan wajahnya di sana. Biarlah, nanti dia bisa meminta Mita yang mengajarinya. Sebelum dia mencoba tidur, dia menoleh ke arah Mita, menepuk lengan Mita, membuat teman sebangku sekaligus sahabatnya itu menoleh. "Bangunin gue kalau udah kelar. Gue mau tidur bentaran."
Alya yang sudah melihat Mita mengangguk, mulai menutup matanya, membiarkan rasa kantuknya menghilang. Namun, mata yang terasa baru sebentar terpejam, harus terpaksa terbuka karena guncangan dari pundaknya.
"Apa sih, Mit, biarin gue ti..dur." Alya meneguh ludahnya gugup, melihat siapa yang ada di samping Mita. "Eh, Pak." Dia meringis seraya menegakkan tubuhnya. Tatapannya turun ke arah Mita. Mereka berdua saling berkomunikasi dengan cara melotot satu sama lain.
"Berhenti saling melotot!" bentakkan itu mengagetkan kedua gadis itu."Kamu Alya, keluar dari kelas, dan berdiri di depan tiang bendera sampai pelajaran saya selesai!"
Alya kaget, tapi tubuhnya masih lemas, membuat ia membutuhkan waktu untuk melakukan apa yang diperintahkan.
"Sekarang Alya!"
Tubuh Alya bangkit, dia langsung keluar dari kelas dengan tergesa. Sial. Ini benar-benar sial.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Alya✔ (Sudah diterbitkan)
Teen FictionAlya tak pernah sadar bahwa menolong sesorang membuat dia harus terjebak oleh permainan yang sangat menyebalkan. Terlebih lagi, orang yang ditolongnya adalah salah satu orang menyebalkan yang selalu membuat dia kesal. Tapi, suatu malam Alya tau akan...