BAB 4

27K 1.5K 10
                                    

Warning Typo! Gaje ! Flat !

Angin yang masih berhembus kencang, membuat Alya enggan untuk bangun dari tidurnya. Gadis itu bahkan masih menggulung dirinya di dalam selimut tebal, seperti kepompong. Menghangatkan tubuhnya karena cuaca yang tidak bersahabat yang membuat dia mager untuk sekedar mandi dan berangkat sekolah. Siapa sih yang mau berangkat sekolah kalau cuacanya seperti ini, apalagi langit mulai menghitam menandakan hujan akan turun.

"Adek, bangun, mandi Dek." Panggilan sang Bunda yang diiringi ketukan pintu itu membuat Alya mengganti posisinya menjadi duduk, dengan selimut yang masih ada di tubuhnya.

"Iya Bun, bentar." Alya semakin menenggalamkan dirinya dalam selimut, bahkan kakinya sudah ditekuk,

"Ini udah mau jam 6 lewat loh dek, ayok cepetan daripada kamu telat nanti. Kamu udah sholat kan dek?"

"Udah Bun. Alya udah shalat." Mata Alya sudah siap untuk menutup lagi, hujan yang mulai turun membuat rasa kantuk Alya semakin menjadi jadi. "Nanti Alya turun Bun." Iya nanti, setelah dia tidur dulu beberapa menit.

Bunda berdecak, tangannya sudah memutar knop pintu tapi terkunci. "Adek, Bunda tahu ya kalau kamu mau tidur lagi. Bilangnya nanti 5 menit lagi 10 menit lagi, tau-taunya molor sampai setengah jam. Cepetan turun, atau Bunda suruh Abang kamu dobrak pintu kamu, biar sekalian kamu nggak punya pintu." Ancamnya.

Mata Alya langsung terbuka, Bundanya ini memang bisa mengancam dia. "Iya Bun iya, ini udah mau mandi." Ujarnya sambil mengganti posisi menjadi duduk.

"Bagus-bagus. Kalau sampai kamu belum ada di bawah satu jam lagi, Bunda beneran suruh Abang kamu dobrak pintu."

"Iya Bun Iya." Dengan malas Alya melepaskan selimut yang sangat berarti padanya, tubuhnya langsung merasakan dingin. Bergegas dia masuk ke dalam kamar mandi.

Alya menyelesaikan mandinya kurang dari setengah jam, dia sudah tidak tahan dengan air yang hari ini semakin dingin. Kalau tahu seperti ini dia akan menerima tawaran Bundanya untuk memasangkan air panas di kamar mandinya.

Alya melihat penampilannya sendiri, lalu tersenyum puas. Dia menyambar buku dan jaketnya sebelum berjalan keluar kamar mengarah pada ruang makan keluarganya.

"Pagi semuanya." Sapanya dengan senyum sumringah.

"Pagi."

"Cie Putri ngiler baru bangun." Goda Arya sambil memakan rotinya.

Alya mendelik tajam, "Aku nggak ileran ya Bang." Bantahnya yang dibalas hendikkan bahu dari Arya. "Yang bener itu Putri Tidur Bang, putri tidur."

"Terlalu bagus Putri Tidur buat kamu dek." Balas Arya sambil meleletkan lidahnya.

"Kayak Abang cakep aja sih." Balas Alya tak terima.

"Oh tentu Abang cakep, nggak tahu aja kalau mantan Abang bejibun." Arya menarik kerahnya sendiri.

"Itu namanya playboy. Playboy aja kok bangga." Cibir Alya dan terjadilah pertengkaran kakak beradik itu.

Orang tua mereka hanya menggeleng pelan melihat tingkah laku keduanya yang suka bertengkar kalau ketemu, tapi kalau salah satunya tidak ada dirumah, mereka pasti kehilangan. Ck dasar.

"Sudah-sudah, kalian ini pagi-pagi ribut." Lerai sang Bunda yang kini sudah duduk disamping suaminya. "Dek, cepetan habisin sarapannya, dan juga tumben kamu udah turun? Cepet banget."

Alya yang sudah duduk disamping Arya, mendengus. Tadi siapa ya yang ngancam buat dobrak pintu kamarnya, kalau dia belum turun satu jam lagi. Serba salah dia jadinya, kalau dia tidak turun pintu kamarnya di dobrak, kalau dia turun sebelum satu jam dia bakal ditanya dengan nada heran. Sepertinya dia tidak pernah benar disini. Ckckck nasibumu Al.

Alya✔ (Sudah diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang