Bab 16

16.6K 1.1K 31
                                    


"Gue itu udah bilang, lo bakal sama gue terus pas pensi. Lo bakal jadi pembantu gue, dan itu berarti lo pasangan gue." Detta mamandang tajam Alya yang tengah menatapnya. Detta tak habis pikir dengan gadis satu itu, sudah beberapa kali dia mengatakan kalimat yang sama tapi gadis itu tidak mengerti

"Pasangan? Lo bisa denger nggak, kalau gue nggak mau jadi pasangan lo," tolak Alya langsung. Dia tidak pernah berpikir untuk menjadi pasangan Detta dan tidak akan pernah menjadi pasangan cowok itu. Cuman beberapa jam saja dia sudah emosi, apalagi sampai seharian bisa dia menderita hipertensi mendadak. "Lo cari pasangan lain aja, gue menolak jadi pasangan dan PEMBANTU lo." Alya menekankan kata pembantu diiringi dengan pelotototan.

Keduanya kini saling melemparkan pandangan menantang satu sama lain. Mereka sudah siap untuk mencabik satu sama lain. Tak ada yang mau mengalah. Semua yang ada di sana hanya berdecak dan beberapa menghela nafas. Pemandangan ini tidak asing bagi mereka. Bahkan ada dari mereka yang sudah membuka cemilan sambil menonton Detta dan Alya dan saling menebak bagaimana akhir dari perdebatan keduanya.

Aldo berdeham sambil mendekati kedua orang yang tengah berdebat itu. Aldo sengaja melempar buku di atas meja cukup keras, membuat kedua banteng yang siap menyeruduk satu sama lain itu menoleh ke arahnya. Aldo menaikkan alis sebelah, memandang santai keduanya. "Apa? mau marah?" tanyanya pada kedua orang itu. "Kalian sadar nggak kalau ini rapat OSIS bukan rapat CINTA. Kalau kalian mau musyawarah tentang pasangan silahkan kalian berdua bicara secara PRIBADI. Kita disini buat ngurusin kepengurusan, susunan acara, kegiatan apa aja yang bakal jadi dilaksanakan. Bukan buat rapatin masalah kalian berdua," terangnya dengan nada tegas.

Semua yang awalnya tengah ribut langsung terdiam, beberapa pasang mata yang tadi memperhatikan Detta dan Alya beralih memandang Aldo. Kalau Aldo sudah bersikap seperti itu, berarti cowok itu tengah serius dan itu untuk beberapa orang –gadis- disana terpesona. Jarang-jarang melihat Aldo serius, dan ini adalah kesempatan yang tidak boleh di lewatkan.

"Ngerti nggak?" Aldo memandang keduanya meminta jawaban.

Alya dan Detta saling berpandangan sebentar sebelum membuang muka. "Ngerti," jawab mereka bersamaan. Detta menjauhi meja Alya dengan wajah yang sangat keruh. Kesal jelas. Tapi kekesalan itu hanya dia yang tahu mengapa, ralat dan Aldo juga.

"Sekarang mengenai kepengurusan yang sudah dibahas, gue harap semua bisa bekerja dengan baik, semua orang dibutuhkan dalam acara ini." Wajah Detta berubah serius. Dia memandang semua anggota osis dengan mata yang tajam, hingga terhenti pada Alya. Dia mendengus sambil menunjukkan wajah yang membuat Alya ingin melempar buku catatan ke arah Detta. "Ngak ada yang mangkir dalam pekerjaan karena hal bodoh termasuk alasan PACARAN. Gue butuh komitmen di sini, jadi gue harap kalian menjaga komitmen kalian dalam osis. Kalian mengerti?"

"Ngerti," balas mereka serempak.

Alya mengepalkan tangannya, entah kenapa Detta mengucapkan itu untuk menyidirnya. Salah nggak kalau Alya mau melemparkan garpu ke arah Detta? Mulut cowok itu emang perlu dikasih pelajaran.

"Psst Al, jangan liatin Detta segitunya. Inget lo udah punya pacar," bisik Mita membuat Alya langsung menyubit tangan sahabatnya itu.

"Segitu apanya sih Ra. Lo emang selalu ngajak ribut gue ya," balas Alya tak suka.

"Ya gitu, lo ngeliatin dia dengan pandangan yang tajem banget. Apa jangan-jangan lo udah suka sama si Detta ya."

"Ngawur amat omongan lo. Sampai kapanpun gue nggak bakal suka sama si Detta. Cowok resek yang pingin gue tenggelemin di laut mati."

Alya✔ (Sudah diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang