"Minggir Yan." Alya mendorong dada Ryan untuk menjauh, tapi cowok itu masih bergeming di depannya. Alya merasa gugup dan takut. Terlebih lagi mata Ryan menatapnya lurus. Dia membawa Ryan ke sini hanya untuk meminta maaf, bukan malah seperti ini. Dikurung diantara tangan cowok dan punggungnya menyentuh tembok.
Ryan memajukan kepalanya. Kini wajahnya hanya berada beberapa centi dari Alya. Mereka bisa merasakan deru nafas mereka masing-masing. Bibirnya masih menyeringai. "Gimana? Kalau lo jadi cewek gue, gue bakal maafin lo."
"Jangan gila Yan." Alya menaikkan sedikit nadanya. "Gue udah punya cowok, dan lo tahu itu. Cepet minggir. Gue nggak mau dibilang macem-macem." Alya kembali mendorong tubuh Ryan dengan keras.Kali ini berhasil. "Gue cuman mau minta maaf sama lo Yan."
"Masalahnya gue nggak mau cuman dapetin maaf dari lo. Gue mau lo jadi cewek gue." Ryan bersikeras. Ia sudah tertarik oleh Alya, dan sesuatu yang membuatnya tertarik sebisa mungkin dia dapatkan. "Kalau lo nggak mau jadi cewek gue, gimana kalau jadi selingkuhan gue?"
Mata Alya melebar. "Lo sinting," kata Alya. Dia tak percaya bahwa Ryan mengatakan itu. Gila. Pacar aja dia nggak mau, apalagi selingkuhan. Nih cowok emang nggak waras.
"Sinting? lo juga bawa gue ke sini."
Alya mendengus. Ini salahnya. Dia berniat untuk meminta maaf secara pribadi tanpa ada gangguan dan menyebabkan godaan yang bisa membuat dia malu, tapi berakhir dengan seperti ini.
"Jadi..." Ryan kembali mendekat, Alya bergidik, dia bersiap untuk lari tapi sayang Ryan sudah terlebih dahulu menariknya ke tembok. "lo mau jadi cewek gue."
"Kalian berdua sedang apa di sini?"
Ryan dan Alya menoleh, Alya langsung membeliak dan mendorong kerasa Ryan menjauh. Dia melirik tajam dan lansung berdiri cepat. Debaran jantungnya menggila. Keringat langsung membasahai tubuhnya, bahkan tangannya sudah basah. Dia takut.
"Sedang pacaran Bu." Ryan membalas santai. "Ya kan sayang?" Ryan menoleh ke arah Alya. Alya mendelik, memberikan tatapan seakan mengatakan lo gila. Ryan hanya tertawa kecil.
"Ryan kamu jangan bawa murid lain kayak kamu. Kamu belum cukup bikin semua orang di sini susah payah sama kelakuan kamu. Bertengkar, ngerokok, bolos, sekarang kamu mau mesum disekolah. Untung otak kamu masih bisa di selamatkan, kalau nggak, mau jadi apa kamu selain sampah masyarakat. Sekarang kamu berdiri di bawah tiang bendera, saya capek nulis semua kenakakalan kamu di ruang BK." Bu Aini salah satu guru BK yang ada di sekolah mereka menunjuk ke tiang bendera. Wajahnya sudah memerah.
"Bu, ini nggak seperti apa yang Ibu bayangkan." Alya mencoba membela. Meski dia juga tidak tahu apakah tindakan Ryan itu termasuk dalam hal mesum, tapi dia juga turut ambil andil dalam hal ini.Dia yang mengajak Ryan ketempat ini. "Saya.."
"Kamu anak OSIS kan?"
Reflek Alya mengangguk mendengar pertanyaan yang tiba-tiba dikeluarkan.
"Saya nggak menyangka anak OSIS bisa seperti kamu. Kamu jangan deket-deket Ryan, bisa hancur kamu," ujar Bu Aini sinis.
Debaran jantung Alya mengila. Dia tidak menyukai hal ini. Alya menunduk.
"Ini salah saya. Dia tidak ada sangkut pautnya." Ryan mengatakannya dengan datar. Emosinya ditahan sekuat-kuatnya. Dia sudah sering mendengar hal itu. Rya melirik ke arah Alya yang menduk.
"Jelas ini salah kamu. Memang siapa lagi kalau bukan anak nakal kayak kamu pelakunya."
Alya mendongak. "Bu, ini bukan salah Ry..." Perkataan Alya terputus karena Ryan tiba-tiba membekap mulut Alya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alya✔ (Sudah diterbitkan)
Teen FictionAlya tak pernah sadar bahwa menolong sesorang membuat dia harus terjebak oleh permainan yang sangat menyebalkan. Terlebih lagi, orang yang ditolongnya adalah salah satu orang menyebalkan yang selalu membuat dia kesal. Tapi, suatu malam Alya tau akan...