Bab 21

15.3K 1K 26
                                    


Tak selamanya buruk selalu buruk, ada sisi lain yang bersembunyi dalam keburukan itu.

Getaran pemberitahuan itu terus berbunyi. Alya yang tengah berbaring di ranjang sambil membaca novel menolehkan kepalanya ke arah benda yang sejak tadi mengeluarkan getaran itu. Awalnya dia tidak mau perduli dengan getaran ponselnya, karena pada jam seginian biasanya yang memenuhi ponselnya dari sms operator. Dan itu membuat dia kesal. Tapi melihat ponselnya tak kunjung berhenti bergetar akhirnya dia menyerah, bangkit meraih ponsel itu. Keningnya mengernyit dugaannya benar, ada sms dari operator, dan beberapa pesan dari Mita. Dia memilih membuka pesan dari Mita, yang terlihat penting.

Mita Elvina Gavaputri : Al

Mita Elvina Gavaputri : Al

Mita Elvina Gavaputri : Al

Mita Elvina Gavaputri : Al

Mita Elvina Gavaputri : Alya!? Lo dimana?! Muncul gue mau ngomong sesuatu penting?!

Alya Dwi Cahyaputri : Apaan? Jangan spam elah.

Mita Elvina Gavaputri : Gue kira lo hilang di kamar mandi lama amat. Eh, gue mau ngoomong penting.

Alya Dwi Cahyaputri: Iya apa? mau ngomong apa? gue lagi sibuk

Mita Elvina Gavaputri : Sibuk? Yang ada sok sibuk. Gue yakin lo lagi baca novel atau chatan sama tiga cowok yang naksir lo. Dih sok laku amat lo.

Alya Dwi Cahyaputri : Hello, lu jadi kasih tahu apa omongan lo nggak? Sorry aja ya Lebih baik gua baca novel daripada harus chat sama si trio cecunguk itu. Cepet dah gue mau lanjut novel. Udah mau nangis nggak jadi gara-gara spam lo.

Mita Elvina Gavaputri : Alah bilang aja lo kalau seneng gue chat. Orang lo jomblo gitu. Gue mau tanya, gimana perasaan lo digonceng pulang sama?

Alya Dwi Chayaputri: Mbak nggak sadar kalau mbaknya juga jomblo. Saking jomblonya chat yang nggak berfaedah sekali. Kepo amat lo Mit. Mau dijadiin bahan gosip di kelas?

Mita Elvina Gavaputri : Coba mbaknya nggak mikir negative sama gua. Memang salahnya apa kalau disebar sama anak kelas. Kabar bahagia nggak boleh di simpen sendiri. Jadi ceritain sekaran gimana perasaan

Alya geleng-geleng heran dengan Mita. Nih anak maunya apa coba, pikirnya. Dia mundur, menyenderkan punggungnya pada kepala ranjang. Dia masih berpikir, apa yang bagusnya untuk membalas Mita. Mereka suka seperti ini, mengejek kejombloan mereka yang tidak kunjung lenyap. Dia mulai mengetikan balasan.

Alya Dwi Cahyaputri : Masalahnya ini bukan suatu kabar bahagia yang harus disebar luaskan. Lo kalau mau ngerasain digonceng Erlang minta sana sendiri, biar lo rasain dah apa yang gur rasain.

Mita Elvina Gavaputri : Lo tinggal kasih tahu aja susah amat sih. Biar lo inget, gue nggak bakal berhenti chat lo sampai lo kasih tahu gue. Kalaupun lo matiin paket data, gue telpon rumah lo berulang kali. Mampus aja lo diteror sama gue (senyumsetan). Kalau gue minta gonceng Erlang, lo bakal nangis soalnya Eralng bakal jatug cinta sama gue. (senyumsetan)

Alya menepuk jidatnya kenapa dia bisa lupa kalau Mita sedikit 'buas' kalau berkaitan dengan kepo. Dia berhenti mengetik. Angannya melayang beberapa jam lalu, di saat Erlang mengantarnya. Tidak ada kejadian khusus. Cowok itu hanya mengatantarnya sampai rumah tapi ada hal yang membuat dia merasa mereka memang pacaran dengan perasaan, bukan karena paksaan dari cowok itu. Cowok yang mengatakan bahwa Alya pacar Erlang karena dia bertanggung jawab untuk melindunginya dari Ryan.

Alya✔ (Sudah diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang