Bab 25

12.3K 958 25
                                    

"Polisi berhasil menangkap pelaku pembunuhan....."

Alya langsung mengganti channel tv, mencari sesuatu yang akan menarik perhatiannya. Tapi, decakkan demi decakkan keluar dari mulut Alya saat tak kunjung mendapatkan apa yang diinginkan. Ia benar-benar jenuh, dan menginginkan acara yang bisa membuat ia tersenyum lepas, kartun misalnya. Tapi, sudah beberapa channel yang ia ganti, tidak ada kartun yang muncul, membuat ia memutuskan untuk mematikkan tv.

"Kenapa mukamu kayak pantat ayam gitu?" Arya mendudukkan diri di samping Alya sambil membawa toples. "Terus kenapa itu tvnya dimatiin? Sok banget nggak mau nonton tv."

"Apa sih kak?!" Alya memukul lengan Arya kesal. Arya memang kalau ngomong nggak pernah dipikir. "Nggak ada yang bagus di tv, gue maunya nonton kartun tapi nggak ada. Padahal dulu pas hari minggu dari jam 6 pagi sampai jam 2 siang, dari doraemon, sampai blue dragon, dragon ball, pokemon, digimon, tamiya, dan masih banyak lagi, tapi sekarang nggak ada. Kan, nyebelin,"

"Oh."

Alya mendelik, "Kok oh doang, komen kek, orang lagi kesel juga."

"Emang penting buat di dengerin?" Arya menoleh sambil menaikkan alisnya sebelah.

"Nyebelin!" teriak Alya kesal. Dia langsung bersidekap. Kapan Arya bisa manis padanya? Kapan Arya tidak menyulut emosinya dengan sikap yang sangat menyebalkan. Terkadang dia berpikir mereka bukan saudara, karena Arya jarang bersikap manis pada dirinya.

"Ya in."

Lihat kan, Arya mana ada manis-manisnya, adanya menyebalkan dan mengesalkan. Alya mengambil ponselnya, lebih baik dia stalking cogan di ignya dibandingkan harus berurusan dengan Arya, yang ada dia ingin menendang Arya sekarang.

Matanya dengan fokus memandang deretan gambar yang tertera di berandanya, merasa bosan , dia memilih untuk melihat gambar yang ada di eksplore. Dia menscroll, mencari sesuatu yang menarik matanya. Ada satu akun yang menarik perhatiannya, tak pikir panjang dia langsung mengklik akun itu dan wajahnya reflek mendekat ke arah ponselnya.

"Ini Erlang? Akun Erlang?" Alya masih mengamati akun itu lekat. Kepalanya miring, bibirnya dikulum. Dia tengah berpikir apa yang harus dia lakukan sekarang, dia kepo setengah mati, ingin tau apa saja yang di post oleh Erlang, tapi akunnya dikunci. Kalau dia mau stalk berarti dia harus memfollow akun Erlang dulu, tapi dia tidak mau ketahuan, kan malu.

Arya yang terus mengamati tingkah Alya yang mulai tidak terkontrol mulai tertarik. Kepalanya terangkat, matanya mencoba melihat apa isi hpnya sampai adiknya itu seperti cacing kepanasan yang minta digoreng. Dengan toples yang masih ia peluk, Arya diam-diam mendekatkan dirinya, dan dia mendengus saat tahu apa yang dilihat adiknya itu. Dia menjauh sebelum berkata,

"Kalau kepo, follow, jangan sok gengsi," celetuknya yang langsung mendapatkan perhatian dari Alya.

"Maksudnya?" Alya mulanya tidak mengerti namun, matanya langsung memincing menatap curiga ke aah Arya. "Abang ngintip ya?!" tuduh Alya sambil menempelkan ponselnya ke dadanya, menyembunyikan akun Erlang.

"Penting banget ngintipin kamu," balas Arya sinis.

"Terus kalau bukan, buat siapa abang ngomong kayak gitu?"

"Buat orang bego yang kebanyakan gengsi, buat topleslah." Arya menjawabnya santai tapi terlihat jelas sindiran dari kalimat Arya untuk Alya.

"Kak Arya!"

"Apa!" Arya menoleh, menatap Alya malas. "Kalau kamu nggak ngerasa ya udah jangan marah, susah amat."

Alya✔ (Sudah diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang