Warning Typo! GAje! Flat dan lain-lain
"Angga, udah pulang lo." Suara bariton itu membuat cowok yang tengah membersihkan motornya menoleh.
"Udah Bang. Baru aja. Abang dari mana?" tanyanya sambil meneruskan pekerjaannya. Dia membersihkan motornya dengan telaten, motor yang sudah menjadi penyelamat jiwanya saat akan pergi kemana-mana.
Asep mengangkat kantong plastik yang dia bawa, "Beli kebutuhan dapur nih, sama beli jajanan buat kita begadang bola nanti malam." Angga mengangguk mendengarnya. "Kamu beneran mau kerja bareng abang?" tanyanya sambil berlalu ke arah rumahnya.
Angga mengangguk sambil bangkit dari jongkoknya, "Jadilah bang, masa nggak jadi." Balasnya sambil memperhatikan motornya dan membersihkan tangannya dengan lap.
"Siapa tahu lo berubah pikiran Ngga, maklumlah pekerjaan yang biasa kamu kerjain." Kekeh Asep, sambil membuka bungkus permen karet. "Lo mau?" tawarnya saat Angga sudah ada disampingnya.
Angga mengambil dan memakannya. "Sama aja lah Bang. Sama-sama kerjaan halal kan." Balasnya santai. "Bang, gue mandi dulu ya gerah banget." Pamitnya sambil mengibaskan kerah bajunya yag sudah basah karena air. Setiap hari panas makit menyengat, dan itu membuat Angga berpikiran untuk hijrah ke kutub.
Baru saja Angga berbalik, pertanyaan Asep membuat dia berhenti dan menoleh kembali ke arah laki-laki yang selisih umurnya 10 tahun dengannya. Laki-laki yang sudah dia anggap menjadi saudara kandungnya.
"Lo emangnya nggak mau balik aja ke rumah? Kasian orang tua lo khawatir." Asep menoleh ke arah Angga sambil menyalakan rokok dan menyesapnya.
Khawatir, kayaknya nggak deh bahkan mereka lebih seneng saat dia tidak ada dirumah itu, bahkan sejak lama dia sudah tak diperdulikan oleh kedua orang tuanya yang sudah tak perduli dengannya. Angga tersenyum miris, "Mereka nggak bakal khawatir Bang, mereka itu udah punya anak lain jadi nggak bakal mau khawatirin gue yang anak nggak tahu diuntung." Angga terdiam, ya inilah salah satu alasan dari banyak alasan kenapa dia tidak akan pernah mau balik kerumah itu. "Abang tenang aja kalau gue udah ada tempat baru nanti gue bakal pergi dari sini."
Mendengar itu Asep menggeleng cepat, bukan itu yang dia maksud. "Bukan gitu Ngga, Gue nggak pernah marah kalau lo mau tinggal disini sampai kapan, Abang itu cuman ingetin lo aja. Dan lo salah Ngga, se marah-marahnya orang tua ke anaknya pasti ada rasa khawatir saat anaknya pergi." Asep mencoba menjelaskan dengan perlahan. "Abang cuman nggak mau ya suatu saat lo nyesel karena sikap lo ini, apalagi sama ibu yang udah ngelahirin lo."
"Sayang, dia bukan orang yang ngelahirin gue Bang. Udah ah gue mau mandi dulu." Angga berbalik masuk ke kamar mandi, hatinya terasa nyeri saat mengingat perempuan yang ada dirumahnya itu bukan perempuan yang melahirkannya lagi. Perempuan yang sudah dibuang oleh Papanya tersendiri karena perempuan baru di kehidupan Papanya. Miris sekali bukan, awalnya Mamanya yang dibuang, sekarang dia.
****
Erlang, cowok berkacamata dengan kemeja flanel yang terkancing rapi memainkan hpnya dengan mimik serius. Sesekali dia melihat ke arah pintu menunggu orang yang berjanji dengannya tapi sampai sekarang belum juga muncul kan kampret.
Pandangan Erlang langsung teralihkan saat mendengar suara yang dia kenal. "Sekali lagi lo bikin gue nunggu, gue nggak akan pernah mau diajak janjian sama lo,"ketusnya saat Alex menghampirinya.
Alex tertawa renyah, "Sorry-sorry, mobil gue mogok tadi." Dia langsung duduk di depan Erlang sambil memberikan sebuah bungkusan pada Erlang. Rasa penasaran Erlang yang mulanya hadir langsung hilang saat melihat sebuah tanda disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alya✔ (Sudah diterbitkan)
Teen FictionAlya tak pernah sadar bahwa menolong sesorang membuat dia harus terjebak oleh permainan yang sangat menyebalkan. Terlebih lagi, orang yang ditolongnya adalah salah satu orang menyebalkan yang selalu membuat dia kesal. Tapi, suatu malam Alya tau akan...