Setelah kembali ke penginapan, suasana kembali membaik. Tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Dan tugas Biologi kami juga bisa dianggap selesai. Sofi pun melunak dan mau ikut main-main di pantai esok hari sebelum pulang. Aku sendiri ikut tertawa-tawa bersama mereka, menikmati makan malam sambil bermain kartu dan membicarakan rencana esok hari. Semoga besok mereka tidak keberatan karena aku harus pulang duluan.
Selesai makan, semuanya bersiap-siap untuk tidur. Aku pun ikut membersihkan diri sebelum tidur dan merebahkan diriku di kasur lipat yang berada paling ujung di dalam kamar. Pak Anton menyiapkan lima kasur lipat kecil untuk kami. Cowok-cowok menggelar kasurnya di ruang tamu. Sementara aku dan Sofi menggelar kasur dalam kamar yang telah disediakan.
Lampu-lampu telah dimatikan. Dan tak butuh waktu lama bagi teman-temanku untuk pindah ke alam mimpi. Dalam waktu kurang dari sepuluh menit, seluruh ruangan berubah hening. Yang terdengar hanya suara Sofi yang terkadang mengubah posisi tidurnya. Aku juga bisa mendengar dengkuran halus cowok-cowok yang berada di luar kamar.
Begitu benar-benar yakin semuanya telah tertidur, aku bangkit dan menyingkirkan selimut yang kupakai. Aku berdiri dan berjalan menuju tas serta barang-barang yang kubawa ke pulau ini. Tentu saja aku tidak akan susah-susah menyalakan lampu dan memperbesar kemungkinan Sofi mendadak bangun karena cahaya. Atau salah satu cowok yang bangun karena suara saklar yang kutekan. Jadi, aku membereskan barang-barangku dalam kegelapan.
Cukup sulit sebenarnya merapikan susunan barang ke dalam tasku yang memang tidak terlalu besar. Namun akhirnya aku selesai membereskan semuanya. Sekarang hanya tinggal menunggu pagi, dan aku akan pulang setelah subuh. Tadi aku sempat bertanya pada Pak Anton kapan perahu paling pagi akan datang ke pulau ini. Walaupun dia bilang perahu baru akan datang jam tujuh pagi, aku berhasil membujuknya untuk meminta perahu datang lebih pagi lagi. Aku memang tidak menceritakan secara detil masalahnya, tapi tampaknya Pak Anton mengerti kalau aku benar-benar harus pulang secepatnya.
_____
Sudah kuduga mereka akan marah.
Aku menerima kemarahan teman-temanku—terutama Sofi—ketika aku mengutarakan keinginanku untuk pulang terlebih dahulu. Mereka menyebutku tidak setia kawan, tidak asyik, dan sebutan-sebutan lainnya. Selain itu mereka juga berusaha membujukku untuk tetap di pulau sampai tengah hari.
"Lo gitu ah, Na. Kapan lagi kita bisa main-main di pantai bareng?" kata Bram.
"Sebentar aja. Siang nanti juga kita balik sama-sama," timpal Sofi.
"Iya. Lagian lo yang udah ngambil foto biawaknya. Masa lo nggak ikut main?" kali ini Tyo ikut bicara.
Selain mereka bertiga yang bicara tiada henti, aku tidak bisa menemukan keberadaan Aries. Sepertinya dia keluar karena ada urusan yang entah apa. Atau mungkin dia sudah lebih dulu ke pantai untuk menunggu matahari terbit. Ternyata dia punya sisi melankolis juga.
Namun hal itu harus kukesampingkan saat ini. Aku terus berusaha menjelaskan alasanku untuk pulang. Setelah mengatakan sedikit situasi yang sedang dihadapi keluargaku saat ini—tentu saja tidak secara detil, akhirnya mereka mau mengerti.
"Apa kita pulang sekarang aja sekalian?" tanya Sofi pada yang lain.
Bram sudah ingin menganggukkan kepalanya, tapi aku langsung mencegahnya.
"Jangan! Nggak usah lah. Kalian main aja di sini. Sayang kan udah jauh-jauh. Lagian kalian kan belum packing. Gue bener-bener harus balik sekarang," kataku dengan tampang yang benar-benar menunjukkan penyesalan.
___
Aku bersyukur akhirnya mereka semua mau mengerti. Begitu mereka bersiap-siap untuk main ke pantai, aku memakai tasku dan mengikuti Pak Anton untuk naik perahu, kembali ke Jakarta.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLBK (Cinta Lama Belum Kelar)
Teen Fiction"Kalo cowok suka ngisengin lo, itu berarti dia suka sama lo, Na!" Aahh... Teori!! Sasa pasti kebanyakan baca komik! Keisengan yang dilakukan Aries bukan keisengan biasa. Kayaknya anak itu memang ada dendam pribadi padaku! Memangnya kalau suka, bak...