++17 Lost

746 49 1
                                    


Hari ini kelompok piket hari Kamis termasuk aku, pergi ke Pulau Rambut. Ada beberapa orang yang juga naik perahu bersama kami, tapi tidak banyak. Sepertinya Pulau Rambut memang bukan tujuan utama para turis lokal. Memang sepertinya keberadaan pulau cantik lainnya seperti Pulau Bidadari dan Pulau Pahawang lebih menggoda dan menawarkan banyak kesenangan dibandingkan Pulau Rambut yang menawarkan biawak. Kalau bukan karena tugas Biologi, kami juga nggak akan ke mari, sih.

"Di pantai nanti banyak bulu babi, jadi semuanya harap hati-hati. Kalau ada yang kena, segera hubungi penjaga pulau. Namanya Pak Anton," kata seorang awak perahu ketika kami tiba di pantai.

Ternyata bukan hanya biawak saja yang membahayakan dari pulau ini.

"Katanya kalau kena bulu babi, pertolongan pertamanya harus dikencingi, lho. Amonianya membantu. Hahahaha." Aku memberikan informasi penting meski sejujurnya agak menjijikan. Apa boleh buat, aku mengutipnya persis seperti apa yang kubaca di salah satu blog orang yang pernah datang ke Pulau Rambut.

Semua temanku tertawa kecuali Aries. Entah kenapa dia yang biasanya paling rajin menimpali omonganku justru memasang wajah datar dan tidak berkomentar apa-apa.

"Bener itu, Dek. Makanya jangan sampe kena, ya," timpal awak perahu yang memberi kami peringatan tadi.

Akan kupastikan aku tidak akan sampai terkena bulu babi. Kalau perlu, aku pakai sepatu sekalian saat main di pantai.

"Tenang, Pak. Tujuan kita nyari biawak, kok. Bukan main ke pantai," terang Sofi yang tentu saja langsung mematahkan semangat kami untuk bermain-main mumpung sedang berada di pantai.

"Apa?" tanya Sofi ketus begitu tahu dia sedang dipelototi anak-anak yang lain.

"Nggak..." Bram menjawab dengan takut-takut.

Aku yakin, kalau Sofi ada di abad pertengahan, dia pasti terlahir sebagai seorang ratu. Tak akan ada orang yang bisa membantahnya. Apalagi reinkarnasi rakyat jelata kasta sudra seperti kami.

____
Setelah meletakkan barang-barang kami di salah satu rumah tempat kami menginap, kami pun bersiap-siap mengikuti Pak Anton yang akan memandu kami langsung untuk mencari biawak. Sebenarnya rumah itu milik Pak Anton juga, hanya saja sengaja dia kosongkan kalau-kalau ada orang yang berniat menginap. Selain Pak Anton, paling hanya ada 4-5 orang yang juga tinggal di pulau ini.

"Semuanya udah siapin data apa aja yang harus diteliti soal biawak, kan?" Sofi memulai tugasnya sebagai seorang ketua.

Semuanya mengangguk dan mengacungkan catatan masing-masing. Aku sendiri cukup puas dengan catatan hasil berselancar di internet semalam. Memang sih sebagian besar website sudah menjelaskan sifat dan karakter biawak secara garis besar. Tapi tugas kami adalah meneliti secara langsung, sekaligus membuktikan apakah yang ditulis oleh orang-orang itu benar. Termasuk soal biawak yang katanya bisa memanjat pohon.

"Catatan lo kayak gimana?" tanyaku pada Aries yang kebetulan berdiri di sampingku.

Dan seolah tidak mendengar pertanyaanku, dia langsung memanggil Sofi dan memintanya memeriksa catatannya. Aneh banget dia hari ini. Mungkin setelah sekian lama, dia akhirnya sadar kalau berteman denganku adalah langkah yang salah. Tapi daripada begini, aku lebih memilih kami bertengkar saja setiap hari.

Karena merasa keberadaanku seolah ditolak olehnya, aku beralih mendekat pada Bram dan Tyo. Kami pun membandingkan catatan masing-masing sebelum pergi masuk ke dalam hutan.

"Biawak biasanya berkumpul di rawa-rawa. Pulau ini banyak rawa-rawanya, dan kadang tertutup tanah gambut. Jadi, hati-hati langkahnya, ya." Pak Anton memperingatkan kami dan kami pun mengangguk mengerti.

CLBK (Cinta Lama Belum Kelar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang