Jin botol bikin ulah lagi.
Kenapa nama panggilannya ganti-ganti? Ya terserah aku, dong. Aku bebas memanggilnya anak setan, anak jin, atau anak iblis sekalian. Tapi berhubung kalau ada embel-embel 'anak', berarti yang kuhina itu orangtuanya, mending kupanggil jin botol sekalian.
"Pasti lo yang corat-coret buku gue, kan!? Ngaku!" seruku kesal ketika mendapati buku catatanku penuh coretan saat kembali dari kantin.
Jin botol di hadapanku memasang tampang tak bersalah. "Bukan gue yang corat-coret, tapi pulpen gue yang mau belajar nulis di buku catatan lo."
"Bisa enggak sih lo kasih alasan yang lebih masuk logika manusia?"
"Yah, sebenernya gue enggak mau cari ribut, sih--"
ELO YANG CARI RIBUT, KAMPRET!
"Gue bisa aja ngapus semua coretan itu," Aries memutar-mutar pulpen hitam yang kuberikan kemarin. Pulpen yang tintanya bisa dihapus bersih dengan ujung pulpen yang terbuat dari karet khusus. "Asal lo beliin gorengan dulu di kantin."
Demi tol Brebes yang enggak bergerak seharian pas mudik, kenapa aku malah diancam pakai pulpen yang kujadikan hadiah untuk orang ini, sih? Tahu gitu kan kemarin dia kukasih hadiah sikat gigi saja biar enggak bisa macam-macam. Ini nih baru namanya contoh nyata dari peribahasa 'air susu dibalas air tuba'.
"Waktu lo buat beli gorengan tinggal lima menit lagi," katanya tak mempedulikan wajahku yang berubah keruh. Sebaliknya ia malah melihat jam tangannya yang menunjukan waktu 12.55. Artinya, 5 menit lagi bel masuk akan berbunyi.
Orang yang sudah kenal lama denganku, mungkin tahu, aku paling tidak suka bukuku kotor. Buku-buku bacaan terutama. Tapi aku juga tidak suka buku catatanku kotor. Juga, alasanku suka malas mencatat pelajaran saat di kelas adalah karena tulisanku pasti jelek gara-gara harus menulis secepat mungkin. Pasti setelahnya buku catatanku jadi tidak enak dilihat gara-gara penuh dengan tulisan cakar ayam. Aku lebih nyaman merangkum dari buku, lalu membuat catatanku sendiri dengan rapi.
Kalau tahu sifatku itu, semua orang pasti sependapat kalau apa yang dilakukan Aries saat ini benar-benar cari ribut. Meski begitu, hari ini aku sama sekali tidak punya tenaga untuk ribut-ribut. Membayangkan diri mengeluarkan suara keras saja rasanya sudah capek. Akhirnya tanpa banyak protes, aku menuruti permintaannya. Lagipula, lumayanlah 5 menit tersebut bisa kumanfaatkan untuk menggerakkan engsel-engsel tubuhku yang mulai berkarat saking minimnya bergerak.
"Yaudah deh! Lo mau apa?" tanyaku sedikit nyolot.
Di luar nada bicaraku yang ketus itu, tampaknya Aries agak kaget karena aku langsung menuruti perintahnya. Terlihat dari pupil matanya yang melebar dan selama beberapa detik ia hanya memandangku tanpa berkata apa-apa.
"Cepet!" kataku tidak sabar.
"Eh, iya.... Gue mau risol sama tahu isi. Enggak pake lama lo, ya."
Nah, biasanya kalau dia ngomong seperti itu aku akan membalasnya dengan kalimat sarkas seperti 'gue belum mau kena omel gara-gara telat masuk kelas, kali!' atau semacamnya. Tapi seperti yang tadi sudah kubilang, aku sedang malas berdebat. Jadi aku mengacuhkan perkataan Aries barusan dan langsung berbalik keluar kelas.
___
Tak sampai lima menit, aku telah berjalan kembali ke kelas. Kantin dekat-dekat bel masuk pelajaran memang selalu sepi. Jadi aku tidak perlu mengantri untuk membeli gorengan. Malah, aku sempat membeli es teh dan meminumnya cepat-cepat sebelum kembali.
Begitu masuk ke kelas, aku langsung mendapati Aries yang memandang langsung mataku. Walaupun terlihat datar, aku tahu di wajahnya menunjukkan keheranan melihat aku yang terlalu patuh hari ini. Tapi aku tidak terlalu mempedulikannya dan segera memberikan pesanan Aries tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLBK (Cinta Lama Belum Kelar)
Teen Fiction"Kalo cowok suka ngisengin lo, itu berarti dia suka sama lo, Na!" Aahh... Teori!! Sasa pasti kebanyakan baca komik! Keisengan yang dilakukan Aries bukan keisengan biasa. Kayaknya anak itu memang ada dendam pribadi padaku! Memangnya kalau suka, bak...