Aku memiliki beberapa dugaan mengenai apa yang akan disampaikan oleh Kak Cherry. Namun sejujurnya aku tidak berani memikirkannya lebih jauh. Dia tidak mungkin mau bilang....
Ah! Pasti nggak mungkin itu!
Lagipula dia datang menemuiku malam-malam begini pasti karena sesuatu hal yang penting. Kalau tidak terlalu penting, kan kami masih bisa bertemu besok pagi sebelum aku berangkat. Dan lagi, aku memang ingin menitipkan sesuatu padanya. Namun sampai tadi belum juga kusiapkan. Sebab dari awal aku memang berniat untuk menyerahkannya besok pagi.
Mungkin saja dia mau membahas nasib majalah sekolah setelah aku pergi. Siapa lagi anggota yang bisa disuruh mengerjakan ini dan itu dengan patuh tanpa banyak cingcong seperti aku? Aku kan memang tidak pernah protes karena mengerjakannya dengan senang hati. Setengahnya lagi karena dia yang langsung memberi perintah, sih. Uhuk.
Atau.... mungkin soal biaya hotel. Pak Mukhlis sudah bilang itu gratis, sih. Tapi siapa tahu Kak Cherry mau minta tip untuk room service. Bukannya aku ingin bilang kalau dia mata duitan. Tapi rasanya otakku mulai memberikan kemungkinan-kemungkinan konyol selain kemungkinan pertama kupikirkan. Sudah kubilang, kemungkinan pertama itu tidak mungkin. Apalagi waktu dia sempat mengira aku pacaran dengan Aries, dia tetap terlihat biasa-biasa saja. Sebaiknya memang aku jangan terlalu banyak berharap, daripada harus kecewa berat di akhir.
"Kita mau ke mana, Kak?" tanyaku begitu kami sudah di luar area hotel.
Jalanan di sekitar hotel cukup ramai. Banyak pedagang kaki lima menawarkan barang jualannya. Juga banyak gerobak-gerobak makanan yang berjejer di sepanjang jalan.
"Doyan sekoteng nggak?"
Aku mengangguk.
"Yaudah. Kita ke warung aja, yuk. Udah makan malem juga, kan?"
Dia terdengar seperti orang yang nggak mau rugi, deh. Tapi aku tetap saja mengiyakan. Yang penting gratis.
Di warung sekoteng, tidak banyak tempat duduk. Hanya ada empat kursi tanpa meja. Sementara si abang hanya mengandalkan jualan dari gerobaknya yang tampak tua.
Kami duduk di dua kursi yang berada di tengah, karena saat itu tidak ada pengunjung lain selain kami. Kak Cherry memesan dua mangkuk sekoteng dan kami menikmatinya sembari duduk. Memang soal penampilan makanan, Indonesia bukanlah ahlinya. Tapi soal rasa, jangan ditanya. Rasanya aku tidak akan sanggup tinggal di luar negeri lama-lama. Karena aku pasti akan kangen berat dengan rasa masakan asli Indonesia seperti ini.
"Jadi, mau berangkat besok?" Kak Cherry membuka obrolan.
Aku mengangguk. Seharusnya ia juga sempat melihat barang-barang di kamar hotel yang sudah di-pak dengan rapi, sih.
"Mau ke mana emang, Dek?" tanya si abang sekoteng yang ikutan penasaran.
Kami berdua menoleh ke arah si abang. Kak Cherry menanggapinya dengan senyum. Sementara aku menanggapinya dengan wajah malas. Mau tau aja si abang ini!
"Dia mau pindah, bang. Ke Jawa Timur."
Si abang sekoteng ber-ooo ria dan menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
"Terus, nanti gimana di sana?"
Aku kini memandang langsung pada Kak Cherry. "Gimana apanya?"
"Yah, sekolah... Yang lain-lain. Emangnya lo bisa bahasa Jawa?"
"Sekolah ya nanti nyari lagi di sana. Soal bahasa Jawa juga, bisa belajar pelan-pelan, lah...." jawabku meski terdengar agak tidak yakin. Mungkin memang komunikasi akan menjadi masalahku yang paling utama di sana. Tapi... Nggak mungkin mereka nggak ngerti bahasa Indonesia, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
CLBK (Cinta Lama Belum Kelar)
Teen Fiction"Kalo cowok suka ngisengin lo, itu berarti dia suka sama lo, Na!" Aahh... Teori!! Sasa pasti kebanyakan baca komik! Keisengan yang dilakukan Aries bukan keisengan biasa. Kayaknya anak itu memang ada dendam pribadi padaku! Memangnya kalau suka, bak...