Pagi ini, tak seperti biasa, aku datang tepat beberapa detik sebelum bel masuk. Padahal, biasanya aku adalah anak yang selalu datang paling pagi ke kelas, karena memandangi kelas yang masih kosong di pagi hari adalah salah satu kegemaranku. Tetapi khusus untuk hari ini, aku sama sekali tidak tertarik untuk datang pagi. Atau malah lebih baik jika aku tak perlu datang ke sekolah sekalian. Tapi aku langsung ditendang dari kasur begitu ibu tahu aku cuma pura-pura sakit.
Yah, setidaknya aku sudah mencoba.
“Yo!” sapa seseorang dengan suara yang sangat familier di telingaku.
Hhh…. Kenapa makhluk itu masih hidup sih?
Aku mengabaikan sapaan dengan intonasi yang terlalu dibuat-buat itu dan segera duduk di kursiku. Tapi itu tak berpengaruh banyak. Tempat duduk Aries berada tepat di depan tempat dudukku, jadi secara otomatis aku dapat dengan jelas melihat senyum menyebalkan cowok itu meskipun sudah setengah mati berusaha mengabaikannya.
“Kemaren seru, ya!” cakapnya riang, dan aku hanya bisa membalas dengan mengangkat sebelah alisnya.
Seru? Kepalamu.
Ini dia yang ingin kuhindari setengah mati. Bertemu dengan Aries setelah kekalahan kemarin.
“Udah, gak usah basa-basi. Lo mau gue ngapain?” sahutku jutek.
“Nari balet di tengah lapangan,” jawab Aries tanpa jeda.
Aku cengo, sedangkan Aries tersenyum senang.
Makhluk ini. Yang bener aja!
“Yang bener aja dong, om! Masa gue suruh nari balet? Gue gak punya tutu!”
Aries limbung. Kenapa dia limbung? Mana kutahu. Aku kan bukan cenayang.
“Jadi lo mau nari di tengah lapangan?” tanya Aries.
“….” Aku terdiam, “Ya….nggak lah.”
Lalu Aries terkikik pelan. Aku tahu, bagi Aries, menjahiliku itu sudah menjadi makanannya sehari-hari. Jadi, untuk menambah penderitaanku yang sudah cukup berat, ia berkata, “Gue pikirin dulu deh hukuman buat lo. Sekarang lo belajar aja yang rajin, oke?”
Setelah berkata seperti itu, Aries menarik keras-keras kedua pipiku sampai merah.
“Adududuh! Sialan lo! Lepasin!” teriakku sambil berusaha melepaskan diri.
‘Anak ini memang kurang ajar! Memangnya dia anggap apa pipiku ini? Karet?? Aku kan bukan manusia karet macam Luffy!’ pikirku sambil mengelus kedua pipiku yang nyeri. Aries benar-benar mencubit tanpa perasaan.
“Heh! Pagi-pagi udah ribut! Bu Ami udah di depan kelas tuh, duduk napa,” Dian yang duduk di sampingku menghela napas panjang.
Saat Bu Ami melangkah masuk ke dalam ruangan kelas, beberapa anak yang masih berdiri segera duduk di tempatnya masing-masing. Saat itu aku masih sempat merogoh HP dalam tas tak lama setelah duduk dan mengetik pesan dengan cepat.
To : Sasa gelo
Sa, gue rasa analisis lo salah deh.
Seseorang tidak akan bisa berkonsentrasi penuh saat pikirannya sedang dipenuhi hal-hal lain. Oke, mungkin beberapa orang memang bisa membagi-bagi pikirannya, namun tidak bagiku. Aku hanya anak biasa, yang hanya bisa memusatkan konsentrasinya pada satu hal.
Sekarang, saat aku sedang sibuk berkonsentrasi dan cemas mengenai permintaan yang akan diajukan Aries nanti, aku tidak bisa menangkap satu kalimatpun yang dilontarkan oleh Bu Ami. Diluar konteks bahwa apa yang diajarkan Bu Ami adalah Fisika, dan sebagian besar siswa di kelas tersebut juga tidak mengerti walaupun mereka sudah berkonsentrasi penuh pada papan tulis. Intinya, bukan itu masalahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLBK (Cinta Lama Belum Kelar)
Teen Fiction"Kalo cowok suka ngisengin lo, itu berarti dia suka sama lo, Na!" Aahh... Teori!! Sasa pasti kebanyakan baca komik! Keisengan yang dilakukan Aries bukan keisengan biasa. Kayaknya anak itu memang ada dendam pribadi padaku! Memangnya kalau suka, bak...