Berkali-kali Aries mengajukan pertanyaan tidak penting saat kami berdua akhirnya jalan dengan motornya. Namun, aku tidak menjawab pertanyaannya dengan sungguh-sungguh dan hanya mengeluarkan gumaman tidak jelas, balik bertanya "Apa?", atau menghentikan obrolan dengan "Enggak kedengeran!". Dan tampaknya Aries menyerah karena setelahnya ia tidak bicara apa-apa lagi.
Kami sampai di rumahnya setelah menghabiskan waktu sekitar 15 menit. Baru kali ini aku ke rumahnya, dan aku tidak menyangka rumahnya adalah salah satu rumah besar di kawasan perumahan elite. Aku melihat beberapa pasang sepatu dengan ukuran yang tidak berbeda jauh di depan pintu rumahnya. Asumsiku, Bram, Tyo, dan Sofi sudah tiba lebih dulu.
Setelah aku turun dari motornya, Aries melepas helmnya dan memarkir motornya di depan pintu. Sebelum kami masuk, ia menoleh padaku dengan tatapan tajam dan dahi yang berkerut.
"Lo kenapa, sih?"
"Kenapa apanya?" tanyaku tak acuh.
"Jawaban-jawaban lo pas di motor gitu amat."
Aku memajukan daguku. "Lo juga ngapain nanya-nanya di motor? Berisik tau. Enggak kedengeran jelas. Mendingan konsen ke jalan."
Sekarang Aries melepas kedua sepatunya dan mengalihkan pandangannya dariku. Namun sepertinya ia belum bisa menerima jawabanku barusan dan kembali bertanya. "Yaudah gue tanya sekarang kalo gitu. Kenapa lo bilang enggak dapet izin keluar, padahal tadi pas gue dateng, gampang banget dapet izinnya?"
Aku terdiam.
"Bukan urusan lo."
Aku pun menghentikan percakapan itu dengan mengedikkan dagu ke arah pintu masuk, isyarat agar Aries membukakan pintu. Ia mendengus kesal karena tidak mendapat jawaban apa-apa, namun akhirnya tetap membuka pintu rumahnya.
____
Saat aku datang, semua mulai ngomel karena aku telat. Lebih tepatnya, Sofi yang ngomel. Dia memang tipe yang tidak bisa memaafkan orang yang tidak on time. Tapi semua beres setelah Aries menjelaskan soal perizinan yang memang sempat bermasalah. Setelahnya, kami mulai membahas ke mana kami akan pergi untuk meneliti biawak.
"Biawak paling banyak itu di Maluku sama Papua," terang Sofi.
"Ya masa kita harus ke Maluku, sih?" protes Aries.
"Gue kan cuma ngasih info yang gue dapet. Emangnya lo pikir gue mau ke sana?" kata Sofi sewot.
"Gue mau sih, kalo gratis," celetuk Bram.
"Gak ada yang nanya," balas kami semua.
"Kenapa juga kelompok kita dapetnya biawak?" keluh Tyo.
"Harusnya lo bersyukur, Yo. Lo mau dapet kura-kura kayak kelompok piket Selasa? Di Ragunan sih banyak, tapi nungguin mereka bergerak aja bisa berhari-hari. Tua di Ragunan kita," balas Aries.
"Atau kayak kelompok piket Jumat yang dapet ular," tambah Bram.
"Iya-iya... Alhamdulillah kita dapet biawak." Tyo mengatakannya dengan nada setengah hati.
Saat mereka melakukan perdebatan tanpa ujung itu, aku sedang mencari-cari info yang lebih detail lewat internet. Dan sepertinya aku cukup beruntung karena bisa menemukan info berharga.
"Kita ke pulau Rambut aja," ujarku yang membuat teman-temanku memandangku dengan wajah aneh.
"Pulau....apa?" tanya Tyo tidak yakin.
"Pulau Rambut."
Lalu yang kudapatkan adalah kerutan-kerutan di dahi teman-temanku. Aku pun membaca informasi hasil browsing selama beberapa menit lewat ponsel pintarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLBK (Cinta Lama Belum Kelar)
Novela Juvenil"Kalo cowok suka ngisengin lo, itu berarti dia suka sama lo, Na!" Aahh... Teori!! Sasa pasti kebanyakan baca komik! Keisengan yang dilakukan Aries bukan keisengan biasa. Kayaknya anak itu memang ada dendam pribadi padaku! Memangnya kalau suka, bak...