"Kok ngos-ngosan gitu, Na? Lo dikejar anjing ke sekolah?" tanya Dian, teman sebangkuku, tanpa perasaan.
Masih mending deh kalau dikejar anjing, paling banter kena rabies. Lah ini, barusan aku dikerjain jin jail dan terpaksa lari ke sekolah supaya tidak terlambat. Kalau itu jin terus jail, bisa-bisa aku sengsara dunia dan akhirat.
"Lo percaya nggak kalau gue abis dikerjain jin?" kataku berbisik.
"Hah?" Dian heran, mimik wajahnya sedikit bercampur dengan raut meremehkan. Tadinya aku mau cerita. Tapi....nggak jadi deh.
"Nggak, nggak apa-apa kok. Gue bercanda."
"Oooh..."
Lalu, anak jin yang sudah duduk rapi di depan mejaku, tiba-tiba saja membalikkan badannya. Wajahnya segar, tanpa keringat setetes pun. Iyalah! Dia kan naik motor!
"Waah....sukses ya olahraganya? Keringet lo banyak banget," katanya dengan tampang minta ditabok.
Sialan.
Namun aku diam saja dan berusaha untuk tidak menghiraukannya. Biarkan saja anak jin itu ngomong sepuasnya. Biarkaaan, Ina. Nanti dia pasti bosen sendiri. Aku tidak boleh memberikan reaksi berlebihan.
"Lumayan lah ya. Paling nggak lemak berlebih di pipi lo bisa berkurang. Soalnya sebenernya gue kasihan liat lo. Setiap lari, pipi lo berguncang, kayak bulldog, hahahaha!"
Wait, WHAT??
Dia ngatain pipi gue! FOR GOD SAKE, DIA NGATAIN PIPI GUE YANG UNYUU INI!!
"Ries, kita berantem aja gimana?"
"Duuh, ada yang ngambek...."
GUE NGGAK NGAMBEK, SETAN!! GUE MUARRRAAAAAAHHH!!!
"Pulang sekolah. Di lapangan belakang. Awas lo kalo kabur." Hebat. Meski marah, aku masih bisa menjaga suaraku tetap tenang namun terdengar tegas dan menantang.
Tapi bukannya takut, Aries malah menekan kedua telapak tangannya ke pipi dan berlagak sok kaget. "Ya ampuuun....ceritanya lo mau nembak gue?"
Kalo nembak orang pake pistol itu nggak dilarang, aku tembak juga pake AK-47 nih anak satu.
"Kita berantem! Begoooo!"
Dian yang sejak tadi cuma bisa diam melihat drama pagi yang klise ini, akhirnya ikut ngomong juga. "Udah Na, udaah.... Pake berantem-berantem segala. Kayak anak kecil aja."
Iih Diaaan.... Ini masalah harga diri!
"Tapi dia ngajak berantem!" kataku seraya menunjuk Aries.
"Gue nggak ngajak kok. Kan lo yang ngajak berantem di lapangan belakang," kata Aries tenang dan tanpa dosa.
Ya Tuhan.... kenapa kau larang kami membunuh orang meski orang itu brengsek banget....
Sepanjang pelajaran, aku berusaha tidak menghiraukan ocehan Aries yang super nggak penting. Aku tetap kesal sih, soalnya kan aku masih berstatus sebagai kacungnya. Jadi, aku tetap menulis catatan di bukunya dengan tulisan cakar ayamku.
Saat istirahat, aku cepat-cepat menghambur ke perpustakaan supaya tak ada siapapun yang menggangguku. Pokoknya pulang sekolah nanti aku harus ketemu Sasa! Gara-gara teori anehnya, sekarang aku terjebak dalam situasi sialan ini.
Sebenarnya bisa saja aku bertemu dengannya saat istirahat begini. Tapi kelas Sasa ada di lantai tiga, sementara kelasku ada di lantai satu. Karena lift belum menjadi fasilitas wajib sekolah, aku malas ke lantai tiga.
Di perpustakaan, seperti biasa aku menyapa Bu Ninda, guru bahasa sekaligus orang yang bertanggung jawab atas perpustakaan sekolahku ini. Aku kenal Bu Ninda seperti Bu Ninda mengenalku. Sebab aku adalah salah satu dari sedikit anak yang langganan ke perpustakaan. Mau gimana lagi, aku bisa mati kalau sehari saja tidak bertemu bacaan-bacaan menarik.
Perpustakaan berada tepat di samping kiri lapangan utama. Oleh karena itu, meski di dalam perpustakaan tak banyak orang, aku masih bisa mendengar suara-suara ribut anak laki-laki yang sedang asyik main futsal di lapangan. Ya ampun, istirahat cuma 40 menit sempat-sempatnya main futsal. Pasti selesai istirahat, seragam mereka semua basah karena keringat.
Lagi asyik membaca 'I am Number Four'nya Pittacus Lore, Bu Ninda memanggilku dari meja peminjaman buku.
"Ina, ada yang nyari."
Ada yang nyari aku? Siapa?
Aku menempatkan pembatas buku di bagian yang belum kubaca dan membawa novel itu menemui orang yang katanya mencariku.
"Siapa bu?" tanyaku pada Bu Ninda saat aku menghampirinya di meja peminjaman buku.
"Anak kelas dua. Katanya ada perlu. Tuh, dia di luar. Cuma sebentar katanya, jadi malas lepas sepatu."
Aku mengangguk dan segera menuju pintu keluar. Sebelum memakai sepatu, aku mengintip keluar, penasaran dengan orang yang mencariku. Dan ternyata dia adalah....
"Kak....Cherry?"
Jangan salah. Yang namanya Cherry itu laki-laki lho. Namanya memang imut banget sih. Aku selalu tersenyum kalau ingat namanya yang lucu itu.
Aku pun buru-buru memakai sepatu dan keluar untuk berbicara dengan ketua ekskul yang kuikuti saat ini.
"Lagi sibuk, Na?" tanyanya.
"Nggak juga. Emang ada apa, Kak?"
Kak Cherry memperlihatkan beberapa lembaran yang ia bawa. "Ini beberapa cerpen yang masuk, sama hasil wawancara teman-teman minggu lalu. Tolong kamu pilih cerpen yang paling bagus, sekalian edit. Hasil wawancaranya juga tolong di edit, ya," perintah Kak Cherry.
Aku melihat-lihat beberapa lembaran kertas itu. "Deadlinenya kapan, Kak?"
"Bulan depan majalah terbit tanggal 2, jadi sebisa mungkin tanggal 28 udah selesai semua, tinggal di-setting," lanjut Kak Cherry sambil menampakkan senyumnya yang....
Plis. Senyumnya manis banget. Semanis namanya!
Aaaaaa.....aku bisa meleleh kalau begini caranya sih!!
"Oke!!" kataku antusias.
Lalu Kak Cherry tertawa. Membuat hidupku makin berwarna.
Tapi sesaat kemudian....
'DUAKK!!'
Suara bola menghantam sesuatu. Dan yang dihantamnya adalah....kepalaku yang malang.
Aku limbung ke depan dan Kak Cherry menangkapku dengan sigap. Aku senang Kak Cherry bertindak layaknya suami siaga. Sayang, aku tidak bisa menikmati momen-momen bahagia itu lantaran hataman bola yang cukup keras tadi benar-benar membuat kepalaku pening dan dunia terasa berputar. Benar-benar berputar.
Tunggu, dunia kan dari awal memang sudah berputar.
Ah sudahlah, pokoknya aku pusing, aku mau pingsan.
Sebelum pingsan, aku sempat mendengar suara teriakan meski tak terlalu jelas.
"Ries! Sarap lo! Kena anak orang tuh!"
Itu si anak setan....
________
Bersambuuuung~ lalalalala~
Saya masih bingung, cerita ini sebenernya menarik atau nggak. Minta komennya yaaa :)) Buat nambah semangat, hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
CLBK (Cinta Lama Belum Kelar)
Fiksi Remaja"Kalo cowok suka ngisengin lo, itu berarti dia suka sama lo, Na!" Aahh... Teori!! Sasa pasti kebanyakan baca komik! Keisengan yang dilakukan Aries bukan keisengan biasa. Kayaknya anak itu memang ada dendam pribadi padaku! Memangnya kalau suka, bak...