"Lo nggak berniat bikin sekuelnya?" tanya Farie penasaran.
Sebelum ini—meskipun masih agak sebal—Farie mengakui kalau tulisan Nina cukup bagus. Bahkan sampai bisa membuat orang yang jarang membaca novel seperti dirinya, mampu bertahan hingga akhir—di luar fakta kalau setengahnya kisah nyata, sih.
"Sekuel apa? Itu udah tamat."
"Tamatnya begitu? Kan aslinya nggak gitu?" Farie protes.
Nina menggelengkan kepala tidak percaya, "yah kan namanya juga fiksi... Berapa kali harus gue bilang?"
"Tapi..." Farie sejujurnya ingin mengatakan kalau ia tidak rela kisah Nina yang menjelma menjadi Ina dalam novel harus berakhir bersama Cherry yang justru tidak ada hubungannya sama sekali.
"Memangnya kalau gue buat sekuelnya, mau cerita apa lagi?"
"Ganti tokoh utama, lah..." timpal Farie.
"Masa ganti tokoh utama? Lagian mau diganti siapa? Sofi? Hhh... Gue nggak bisa menyelami jalan pikirannya, tau..."
Farie melengkungkan bibirnya ke bawah dan menautkan kedua lengannya di depan dada. "Udah pasti tokoh penting yang pesonanya agak ketutup di novel lo, lah..." sindir Farie.
Nina mengerutkan dahinya. "Siapa?"
Kali ini Farie menunjuk dirinya sendiri dengan ibu jari, memberikan isyarat yang lebih jelas. Nina tidak berubah sejak dulu, agak sulit menerjemahkan kode yang berupa sindiran.
"Lo?" tanya Nina tidak percaya.
"Iya. Lo kan seenaknya bikin Aries menghilang di akhir-akhir cerita. Nggak dibahas sama sekali. Sebagai orang aslinya, gue protes."
"Hhh..." Nina mendesah. Meski sudah berbeda dari segi fisik, Farie tidak jauh berbeda dari dirinya yang dulu. Tetap saja narsis.
"Dan lo masih utang janji sama gue..."
Nina terhenyak. Saking ributnya hari ini, ia jadi melupakan tulisan di buku Farie yang ia tulis sendiri. Ia merutuki dirinya sendiri. Harusnya ia sadar kalau apa yang ia tulis pasti akan dimintai pertanggungjawaban. Dan ia sudah terlanjur berjanji pada Farie. Janji yang sangat merugikan.
'Jangan-jangan kali ini aku bakal selamanya menjadi kacung Farie' batin Nina.
"Oke, oke... Gue bakal pertimbangin buat bikin sekuel novelnya. Tapi, gue mau cerita apa?" tanya Nina bingung.
"Udah pasti dong soal kelanjutan cerita Ina sama... Hmm... Aries..." tutur Farie dengan nada yang semakin mengecil di akhir.
Nina sudah bisa menebak pasti arahnya ke situ. Tapi ia tetap bingung bagaimana kelanjutan cerita Ina dan Aries sementara di kehidupan nyata saja mereka memang tidak ada hubungan apa-apa. Apalagi setelah lama berpisah dan baru bertemu kembali seperti ini. "Tapi...Ina sama Aries... nggak ada hubungan apa-apa... kan?"
Nina sengaja mengubah akhir kalimatnya menjadi pertanyaan, sekaligus untuk memastikan sesuatu.
"Justru itu yang harus diubah..." ucap Farie pelan.
Nina berkedip beberapa kali. "Maksudnya?"
Meski sempat ragu, Farie akhirnya menarik sebelah tangan Nina. "Na, nikah sama gue..."
Mata Nina kembali berkedip beberapa kali. Kali ini mulutnya ikut menganga karena kaget.
"LO UDAH GILA, YA!?" bisik Nina keras—tidak ingin pengunjung restoran yang lain menoleh ke meja mereka karena penasaran.
"Lo... Lo ngomong gitu cuma biar novel gue lanjut dan ada yang bisa dijadiin cerita!?" tuduh Nina dengan nada tak percaya.
Farie mengerutkan pangkal hidung dan dahinya, kemudian berdecak sebal. "Sampe kapan sih gue harus berurusan sama kebolotan lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CLBK (Cinta Lama Belum Kelar)
Teen Fiction"Kalo cowok suka ngisengin lo, itu berarti dia suka sama lo, Na!" Aahh... Teori!! Sasa pasti kebanyakan baca komik! Keisengan yang dilakukan Aries bukan keisengan biasa. Kayaknya anak itu memang ada dendam pribadi padaku! Memangnya kalau suka, bak...