++6 PR Fisika

1K 65 5
                                    

Lima hari....Masih ada lima hari lagi sebelum perjanjian berakhir. Dan itu artinya, statusku sebagai kacung juga masih akan melekat selama lima hari ke depan. Untuk memperparah keadaan, selama seminggu ini Bu Ami rajin sekali memberikan PR yang nggak kira-kira.

Aku tidak bisa memungkiri perkataan Sasa kemarin yang memang ada benarnya juga. Lihat saja sekarang. Aku sedang mengerjakan PR Fisika super susah dengan lumayan lancar. Padahal biasanya melihat bukunya saja membuatku ingin melempar buku itu jauh-jauh. Perkembangan yang sangat pesat dalam dua hari, kan?

Sejujurnya aku juga masih belum yakin semua yang kukerjakan ini benar, sih. Tapi paling tidak, ada kepuasan tersendiri saat berhasil menyelesaikan satu soal yang membutuhkan penjabaran hingga berlembar-lembar buku tulis. Oke, lebay. Cuma butuh tiga lembar untuk satu soal, kok.

Sepuluh soal dahsyat dari Bu Ami berhasil kukerjakan semua. Rasa-rasanya ini kali pertama aku mengerjakan PR Fisika dengan serius. Soalnya biasanya aku sengaja datang pagi supaya bisa mencontek kerjaannya Sofi, anak super rajin yang berinisiatif untuk duduk di bangku paling depan di saat anak-anak lain rebutan bangku paling belakang.

Bu Ami biasanya menghukum anak-anak yang tidak mengerjakan PR. Hehehe, aku jadi tak sabar menunggu siapa saja yang akan dihukum karena belum mengerjakaan PR, besok. Aku sih tidak perlu khawatir menjadi pusat contekan. Soalnya dari awal masuk juga biasanya aku yang nyontek. Kecuali pelajaran bahasa, tentu saja. Lagipula aku bisa datang menjelang bel, agar tidak ada anak lain yang bisa mencontek PR ku. Huh, beruntung sekali Aries punya kacung yang jenius seperti aku.

Lah, kenapa juga aku ngaku kalau aku ini kacungnya?

Menyebalkan.

__
“Nih PR lo,” ucapku ketus sambil melempar buku PR milik Aries di atas mejanya. “Mana makasihnya?” tanyaku kemudian.

“Hehehe, makasih ya Inaaa,” kata Aries sok baik. Pakai cengengesan lagi. Cih.

Dian yang sudah datang lebih dulu langsung menatapku kaget, “Lo udah ngerjain PR Fisika, Na?”

Aku memberinya tanda peace dengan tangan kanan dan tersenyum menyebalkan, “Udaah dooong!”

Sebenarnya aku tidak ingin terlalu sombong. Soalnya kalau anak-anak lain tahu aku sudah mengerjakan PR super susah itu, pasti aku jadi sasaran contekan detik itu juga. Lalu buku PR ku akan berkeliling kelas dan tidak tahu kapan akan kembali. Bisa-bisa, malah aku yang gagal mengumpulkan PR nanti.

Kalau memberitahu Dian sih, tidak masalah. Dia termasuk anak rajin, soalnya. Dia bahkan tidak pernah mau mencontek meski dalam keadaan terdesak. Bagus sih, tapi rasanya aku belum bisa berbuat sampai segitunya. Masih banyak pelajaran tidak penting di sekolah yang sebenarnya tidak perlu terlalu dipedulikan.

Ya ampun, kalau ada guru yang bisa membaca isi hatiku ini, pasti aku langsung dijemur di lapangan.

“Eh, masih ada lima menit sebelum bel, kan? Gue ke toilet dulu ah....” kataku tidak pada siapa-siapa.

Setelah menyelesaikan urusanku di toilet, aku kembali masuk kelas tepat saat bel berbunyi. Aku langsung duduk dan mengikuti teman-teman lain yang sudah memulai tilawah pagi. Saat kami tilawah, Bu Ami memasuki kelas dan langsung duduk di meja guru, menunggu kegiatan kami selesai.

“Selamat pagi, anak-anak.”

“Pagi buuuu.....”

“Sebelum mulai belajar, PRnya dikumpulkan dulu, ya.”

Ya ampun, guru ini benar-benar tidak tahu caranya berbasa-basi.

Aku mengangkat bahu, tidak terlalu peduli. Kemudian berbalik ke belakang untuk mencari buku PRku di dalam tas. Anak-anak lain sudah mulai maju untuk mengumpulkan PR mereka masing-masing, sementara aku masih sibuk mencarinya dalam tas.

CLBK (Cinta Lama Belum Kelar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang