++1 Taruhan

5.1K 125 17
                                    

Aku nggak tahu kenapa tiba-tiba aku menyetop angkot yang kunaiki. Padahal ini masih jauh dari tempat seharusnya aku berhenti. Aku juga nggak tahu kenapa aku berdiri di depan warnet kecil yang sekarang sedang kutatap dengan perasaan tidak menentu. Terlebih lagi, aku bahkan nggak tahu pasti mengapa kakiku mulai melangkah mendekati pintu warnet.

‘Kalo cowok suka ngisengin lo, itu berarti dia suka sama lo, Na!’

Tiba-tiba kalimat yang diucapkan sahabatku, Sasa, tadi pagi terngiang kembali. Saat itu aku hanya bisa cengo dan menjawab dengan tidak percaya ‘Masa?’

‘Aries suka sama gue? Masa sih?’

Meskipun sejujurnya aku belum dapat memahami pernyataan absurd itu, aku menantang diriku sendiri untuk mencari tahu.

'Kalo itu cowok suka sama gue, kenapa malah ngusilin gue mulu? Bukannya kalo gitu malah bikin gue tambah benci sama dia? Gue gak ngerti.'

Hhh… ternyata memang benar apa yang  kubaca di komik-komik. Cowok itu makhluk paling absurd di dunia.

Aku kembali mengedarkan pandangan ke parkiran motor yang persis berada di depan warnet. Tatapanku tertuju pada satu motor hitam dengan stiker bertuliskan ‘PANGERAN CINTA’, dan aku tahu persis motor norak itu milik siapa. Karena memandang tulisan itu ketika sedang berada dalam angkot, aku buru-buru menyetop angkot tersebut tanpa pikir panjang. Namun entah kenapa setelah turun dari angkot, aku justru menghela napas panjang dan sedikit menyesali tindakanku ini.

'Ngapain juga gue turun. Gue kan enggak ada urusan apa-apa sama makhluk norak gini.'

Setelah itu, aku sempat berubah pikiran, melangkah menjauhi warnet dan berjalan menuju arah rumah yang memang tidak jauh dari warnet tersebut. Namun baru dua atau tiga langkah, aku kembali ragu dan berhenti sebelum kemudian memandang warnet itu lagi. Ternyata kalimat Sasa memberikan efek penasaran yang cukup besar pada diriku, dan entah dengan dorongan darimana, aku jadi ingin memastikan hal itu sendiri. Akupun melangkah perlahan mendekati warnet dan masuk ke dalam. Aku mengedarkan pandangan sejenak, dan langsung mendapati Aries yang sedang bermain game online di pojokan.

Karena berdiri cukup lama disitu, Aries akhirnya menyadari keberadaanku.

“Cil! Ngapain lu kemari?”

Nah, kan. Belum apa-apa udah cari ribut. Namaku Ina, MONYET! Bukan KANCIL!

“Maen aja. Emang warnet punya lu?” ucapku sedikit berbohong. Aku sama sekali tidak punya niat untuk bermain.

“Eh, kebetulan, sini-sini! Ikutan kita main. Kurang satu orang nih!” seru Arief, salah seorang teman Aries.

Tanpa pikir panjang, aku akhirnya menghampiri mereka untuk ikut bermain tag team. Rupanya sejak tadi mereka bermain bergantian satu lawan satu karena kekurangan anggota. Meskipun aku bukan maniak game online, namun aku juga cukup sering memainkan game ini meski tergantung mood. Karenanya, aku masih bisa mengikuti permainan ketiga cowok teman satu sekolahku ini. Aries dan Bram adalah teman sekelasku, hanya Arief yang berbeda kelas.

Aku dan Arief tidak terlalu dekat. Tapi, Arief berteman baik dengan Aries, jadi mau tidak mau aku jadi sering ngobrol dengannya juga. Jangan salah paham, bukannya aku akrab dengan Aries. Aku dan dia lebih tepat dikatakan sebagai musuh. Apalagi kenyataan bahwa di kelas dia duduk persis di depanku. Berantem menjadi makanan sehari-hari untuk kami. Tapi asal tahu saja, bukan aku yang mulai, kok!

Kata cewek-cewek sekelas dan lain kelas, Aries itu ganteng. Tapi aku meragukan pernyataan itu setengah mati. Menurutku dia biasa saja. Rambutnya hitam seperti kebanyakan orang Indonesia, kulitnya juga tidak bisa dibilang putih, wajahnya....menurutku wajahnya kotak, seperti semua wajah yang ada dalam kartun Fairy Odd Parents. Sebelah mananya yang ganteng? Sampai sekarang aku masih belum paham.

CLBK (Cinta Lama Belum Kelar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang