Gak tau lah mau ngasih caption apa. Cuma butuh di semangatin gitu.
###
Kring.... Kringg......Kringggg....
Suara jam weker itu membangunkan Awi dari tidur panjangnya. Setelah mematikan alarm tersebut, Awi membuka matanya kemudian duduk dengan menyender di kepala ranjangnya. Awi terdiam 10 menit untuk melancarkan peredaran darahnya, baru setelah itu mandi dan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim
Alwiransa sudah siap dengan pakaian kerjanya saat jam masih menunjukkan pukul 06.05, celana bahan panjang warna hitam dengan kemeja lengan pendek berwarna merah marun dengan sepatu pantopelnya.
Ia keluar dan mulai memanaskan motor matic nya itu. Saat hendak memakai helm, dering telpon dari dalam tasnya membuat ia mengurungkan niatnya. Mengambil benda kotak tersebut dan tersenyum melihat nama penelpon.
"Assalamu'alaikum, Kak." Ucap seorang dari ujung telpon.
"Wa'alaikumsalam. Ada apa, dek?" jawab Alwi.
"Kakak harus datang ke sini, Kak."
"Ada apa, Dika?"
"Ayah sakit dan dia terus memanggil nama kakak."
"Kakak ga peduli, Dika. Setelah hampir 8 tahun Ayah tidak memberi kabar apapun pada kakak. Apa masih pantas orang itu kakak sebut Ayah?"
Dika, adik tirinya yang berumur 17 tahun hasil pernikahan Ayahnya dengan perempuan selingkuhannya itu diam. Tidak tahu harus menjawab apa. Alwiranda yang keras kepala itu benci pada Ayah dan Ibu tirinya. Tapi begitu menyayangi Ardika, adik tirinya.
"Tapi, Kak... gimanapun juga Ayah tetap Ayah kakak."
"Maaf, Dika. Kakak sibuk. Kalau memang ada yang penting selain ini, kamu bisa datang ke rumah kakak. Kakak harus berangkat kerja."
"Baik, Ka. Hati-hati, dan maaf mengganggu waktu berharga kakak." Ucap Dika lirih dari ujung telpon dan mematikan telpon begitu saja.
Awi menatap handphone nya dengan pandangan yang sulit diartikan. Ia memang sangat menyayangi Ayahnya. Terlebih waktu kecil, ia lebih dekat dengan Ayahnya dibanding dengan Ibunya.
Ia menghela nafas panjang sebelum akhirnya mulai menaiki motor dan menjalankannya menuju tempat kerjanya.
***
Arjuna memarkirkan mobilnya tepat didepan sebuah rumah yang berisi orang-orang tercintanya. Senyum tersungging dari bibir tipisnya saat sang satpam membukakan pintu gerbang. Setelah memarkirkan mobilnya, Arjuna turun dengan beberapa belanjaan ditangannya.
"Mas Junaaaa..." teriak adik perempuannya, Dilla yang berusia 17 tahun itu.
"Wahhhh banyak banget! Mas bawa apa aja ini?" seru gadis tersebut seraya menggandengan tangan sang kakak untuk masuk ke dalam rumah.
"Ya banyaklah. Ada sepatu baru juga buat kakak. Si kembar mana, kak?" tanya Juna seraya menaruh barang belanjaannya di sofa ruang tamu.
"Belum bangun kayaknya, Mas." Jawab Dilla sambil mencoba sepatu baru dari sang Kakak.
"Kamu ini, Mas. Kalau kesini selalu aja bawa barang-barang buat adik kamu. Yang ditanyain juga ga jauh dari si Kakak sama sm si kembar." Protes wanita paruh baya dari arah dapur seraya menghampiri putra pertamanya.
"Hehe.. Sesekali manjain adik-adik ya gapapalah, Ma. Mas kan juga jarang-jarang ke sininya." ucap Juna seraya menghampiri ibunya itu dan mencium tangan wanita yang sudah melahirkannya kemudian memeluknya sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awi & Juna (Selesai)
ChickLitHighest Rank #4 in ChickLit *** Maaf, pernah membiarkanmu berjuang sendirian. -Arjuna Sakha Iskandar- ---- Cuma penulis amatir yang suka baca dan nulis. 100% karya sendiri. Tulisan masih berantakan. Berisi 75% typo. Bukan orang yang pinter pake berb...