Cinta kita berhenti pada kata pernah. Hanya sebatas pernah saling cinta, tertawa, menangis hingga bahagia bersama. Tanpa pernah memikirkan perpisahan sebelumnya.
#
##
Awi terbangun saat tak merasakan pelukan tangan kekar yang biasanya melingkari perut buncitnya itu.
Ia bangun dan duduk bersandar pada kepala ranjang seraya melihat jam dinding menunjukkan pukul 01.10 pagi.
Mas Juna kemana sih.
Ia menajamkan pendengarannya saat telinganya menangkap suara bising dari lantai bawah rumahnya.
Tak lama setelah itu ia bergegas keluar kamar menuruni satu persatu anak tangga untuk sampai pada suara yang semakin jelas ia dengar berasal dari dapur.
"Jangan-jangan itu Mas Juna. Ngapain sih Mas Juna di dapur."
Dan benar dugaan nya, sosok tegap nan tampan itu berada di dapur yang terlihat seperti kapal pecah.
"Astagfirullah, Mas. Ngapain si tengah malem gini berantakin dapur?"
Arjuna berbalik dengan senyum tanpa dosanya. Saat melihat wajah kesal istrinya.
"Ini. . . apa coba? Tepung berantakan sana sini, telur pecah dan bikin bau amis, gula tumpah sia-sia, sama itu tuh adonan apaan lagi? Yaa ampun, Masss." Gerutu Awi.
"Sayanggggg. . ." Seru Juna cengengesan.
Awi menghela nafas pendek sebelum akhirnya melangkah mendekati Arjuna. Menempelkan kedua tangannya pada wajah tampan Arjuna, lalu membersihkan sisa terigu yang ada di wajah suaminya itu.
"Kamu sebenernya mau ngapain, Mas?" Tanya Awi setelah dirasa wajah Juna kembali bersih.
"Hmm gimana yaa. . ."
"Itu apa, Mas?" Tanya Awi lagi saat matanya melihat sebuah artikel majalah dari balik tubuh atletis Juna.
". . . How to make Rainbow Cake." Gumam Awi membaca judul artikel tersebut. Kemudian pandangannya kembali pada Arjuna meminta penjelasan.
"Itu. . . sebenernya aku gak sengaja liat majalah kamu. Tiba-tiba pengennnnn banget makan cake itu. Tapi enggak mau beli. Mau bikinan kamu, tapi tadi lihat kamu tidur pules banget aku nggak tega buat bangunin." Jelas Juna.
"Ohhhh jadi ceritanya Mas-ku ini ngidam toh?" Tanya Awi dengan senyum manisnya.
Arjuna hanya mengangguk lalu tertawa kecil.
"Bisa ya, Yang. Kamu yang hamil aku yang ngidam."
"Bisa dong. Itu berarti Mas beneran sayang sama aku."
"Wojelassss dong, Yang."
"Yaudah bantuin beresin ini semua dulu ya. Nanti aku buatin lagi buat Mas." Ucap Awi yang langsung dijawab anggukkan oleh Juna.
Setelah semua kekacauan selesai dibersihkan, Awi mulai membuat adonan cake lebih dulu.
Istrinya itu begitu mahir dalam menimbang takaran hingga mengaduk seluruh bahan.
Juna memperhatikan Awi dengan rasa kagum, sangat jarang ada wanita yang rela turun ke dapur dengan berbagai alasan.
Ada pembantu lah, nggak bisa masaklah, atay takut kotorlah. Dan seribu alasan klise yang dibuat-buat.
Berbeda dengan istrinya, Awi begitu menikmati dengan apa yang dilakukannya kini. Betapa beruntung Arjuna memiliki Awi sebagai tulang rusuknya.
"Kamu capek ya, Yang?" Tanya Juna seraya menyeka keringat yang membasahi dahi istrinya.
"Enggak ko, Mas tunggu sebentar lagi ya. Adonannya udah masuk oven kok. Aku mau cuci piring dulu."
"Enggak usah. Biar aku aja yang nyuci piring."
"Tap . . .
"Engga ada tapi-tapian. Sebagai suami istri kita itu harusnya saling berbagi tugas. Supaya meringankan. Udah ya, kamu istirahat dulu aja. Biar aku yang beresin." Seru Juna seraya menuntun Awi untuk duduk manis di kursi yang ia duduki tadi.
Awi hanya mengangguk pasrah sambil terus memperhatikan Juna yang sedang mencuci piring itu.
Seulas senyun terbit diwajah cantiknya.
Suamiable banget emang. Batin Awi.
***
Arjuna menatap rainbow cake di hadapannya dengan mata berbinar.
Awi hanya terkekeh geli melihat ekspresi lucu suaminya itu.
"Sekarang, Mas cobain kue nya." Ucap Awi seraya memberikan potongan pertama pada suaminya.
"Suapin." Seru Juna dengan cengiran khasnya.
Awi mengangguk, kemudian menyerahkan sendok kedepan mulut suaminya.
"Bukan gitu nyuapinnya, Sayang."
Awi mengernyitkan alisnya. Sedangkan Juna mengambil cake yang ada dipiring.
"Buka mulut kamu. . ." Perintah Juna.
Awi melakukannya, kemudian Juna memasukan potongan cake tersebut kedalam mulut istrinya.
Tak lama setelah itu, ia melepas tangannya dari cake tersebut agar mempermudah Juna menggigit ujung cake lainnya.
Awi membeliak saat merasakan bibir Arjuna menyentuh bibirnya sekilas. Hampir saja ia tersedak.
"Enakkkk banget!" Seru Juna tanpa menghiraukan keterkejutan istrinya.
". . . sekarang lanjut kamu yang suapin aku." Pinta Juna membuat Awi menggeleng geli lalu kembali mengulang ajaran suap-suapan ala Arjuna itu.
###
Tbc.
Segitu ajaaaa ya :v
Ada yang mau request di chapter berikutnya mau Awi dan Juna ngapain? Eh 😂Seriusss ide udh mentok. But, kalian blm pd rela pisah sm Mas Juna kan? 😑
Ada yang mau tanya jawab sama Awi dan Juna? Sertakan pertanyaan di chapter ini. Thanks be4.
Dah.
C u.😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Awi & Juna (Selesai)
ChickLitHighest Rank #4 in ChickLit *** Maaf, pernah membiarkanmu berjuang sendirian. -Arjuna Sakha Iskandar- ---- Cuma penulis amatir yang suka baca dan nulis. 100% karya sendiri. Tulisan masih berantakan. Berisi 75% typo. Bukan orang yang pinter pake berb...