Kamu, tak ku sangka hadirmu membawa arti begitu dalam. Tercipta kenangan, hingga menggores luka. Terimakasih dan maaf mengecewakanmu.
###
Arjuna belum sadar saat Awi masuk ke dalam ruang perawatan suaminya itu. Awi berjalan mendekat ke arah Arjuna, kemudian duduk di kursi yang tersedia disamping ranjang suaminya.
Ruang rawat itu ada ayah dan ibu mertuanya, tapi kemudian keduanya pamit hendak mencari makan.
Kini hanya tersisa ia dan suaminya yang masih belum membuka matanya pasca operasi beberap jam yang lalu itu.
"Mas. ."
". . . bangun. Aku mau bilang sesuatu sama kamu. Tentang Mas Panca." ucap Awi seraya menggenggam tangan kanan suaminya kemudian menciumnya berulang kali.
Perlahan namun pasti, kedua kelopak mata itu terbuka. Membuat senyum lebar terukir diwajah cantik Awi.
"Wi. . ." panggil Arjuna lemah.
"Alhamdulillah akhirnya Mas siuman juga." seru Awi senang bersamaan dengan dokter yang masuk ke dalam ruang rawat Arjuna.
Dokter itu tersenyum sebelum akhirnya memeriksa keadaan Arjuna.
###
"Siapa yang mendonorkan ginjalnya untuk aku, Wi?" tanya Juna pada istrinya yang sedari tadi tak beranjak dari tempatnya duduk itu.
"Mas Panca." jawab Awi pelan, namun tetap terdengar jelas ditelinga Arjuna.
"Panca kenapa bisa tau aku di rawat di RS? Tau penyakitku bahkan menjadi pendonor untuk aku. Bukan kamu kan yang kasih tau dia?" tanya Arjuna lagi bertubi-tubi.
Awi terdiam sebelum akhirnya menjawab lirih.
"Mas Panca memang tau dari aku, Mas." Jawab Awi sukses membuat kedua mata Arjuna memerah marah.
"Kalian ketemuan tanpa sepengetahuan aku? Kalian bertemu saat aku di rawat? Iya, Wi ?!"
Awi tarik nafas panjang dan berusaha untuk tetap tenang. Ia bangun dari duduknya kemudian duduk ditepi ranjang suaminya.
Menangkup wajah Arjuna dengan tangan mungilnya. Mencoba meredam amarah lelaki yang dicintainya itu.
"Apa menurut Mas aku mampu ngelakuin semua hal yang Mas tuduhkan barusan? Enggak, Mas. Waktu aku semuanya untuk memikirkan Mas, bayi kita, dan keluarga kita. Mas Panca tau Mas di rawat di RS karena waktu aku cari makan di kantin RS, aku enggak sengaja ketemu dia. . . "
Awi terdiam sebentar sebelum melanjutkan ceritanya.
". . . dan soal Mas Panca yang jadi pendonor, saat itu aku enggak tahu harus ngelakuin apa waktu liat keadaan Mas makin buruk. Satu-satunya pendonor yang paling cocok saat itu cuma Mas Panca. Mau gak mau, aku terima kebaikan hati dia walaupun dengan satu syarat. ."
Arjuna mengernyitkan alisnya mendengar kata syarat pada ucapan sang istri.
"Syarat?"
Awi mengangguk. Sebelum akhirnya meminta sebuah pelukan pada Arjuna yang langsung di iya-kan oleh suaminya itu.
"Aku kangen banget sama Mas. Sama pelukan kamu ini." ucap Awi diluar topik pembicaraan mereka tadi.
Arjuna tersenyum walau hatinya masih tak tenang memikirkan syarat yang diajukan Panca itu. Ia mengeratkan pelukannya pada sang istri tanpa melukai calon anak mereka yang masih dalam kandungan Awi.
"Aku juga. Maaf membuat kamu cemas sendirian. . ." ucap Juna seraya mengusap rambut panjang istrinya.
". . . tapi aku penasaran sama syarat dari Panca itu. Enggak aneh-anehkan? Atau yang merugikan kita?" lanjut Juna.
"Aku mau kita tetap dekat, Wi. Aku enggak mau kehilangan kamu. Walau status kita hanya sebagai teman atau sahabat. Kamu adalah tempat ternyaman kedua aku selain Mama. Kamu tetap adikku, temanku, sahabatku, juga perempuan yang masih aku cintai. Tapi, aku tahu batasannya. Kamu sudah punya Juna sebagai suami kamu. Setelah ini, mungkin kita akan jarang bertemu. Aku akan pindah ke luar kota bersama Mamaku. Aku harap, kamu tetap mau menjadi pendengar setiaku tanpa ada salah paham dari suami kamu nantinya."
***
Setelah 3 hari yang lalu istrinya memberitahu syarat yang diajukan Panca, disinilah sekarang Arjuna berada. Didepan pintu ruang rawat seseorang yang rela membagi organ tubuhnya untuk lelaki yang menjadi suami dari wanita yang di cintainya.
Sungguh luar biasa hebat. Arjuna sendiri belum tentu mau melakukan hal yang Panca lakukan jika ia dalam posisi tersebut.
"Assalamualaikum." ucap Arjuna yang langsung berjalan masuk dibantu sang istri begitu pintu terbuka.
"Eh Awi, Arjuna ya?" Tanya ibunda Panca yang baru pertama kali melihat Arjuna.
Arjuna mengangguk disertai senyuman.
"Iya, tante." jawab Awi dengan senyum tipisnya.
"Hai. . " sapa Panca entah pada siapa.
"Hai, Mas." balas Awi dengan senyum canggung.
"Tante titip Panca dulu ya sebentar, Wi. Mau ke toilet." seru wanita paruh baya itu yang langsung dijawab anggukan oleh Awi.
"Thanks, bro." seru Arjuna membuat pandangan Panca beralih kepada lelaki yang berdiri disamping Awi itu.
Panca tersenyum kemudian menjawabnya dengan anggukan.
"Kita sama-sama mencintai satu wanita yang sama. Tapi, lo jauh lebih beruntung karena berhasil memilikinya. Jaga Awi, bahagiakan dia."
Arjuna mengangguk pasti.
"Sebelum lo minta pun, itu tekad gua dalam hati."
"Boleh peluk Awi?" tanya Panca pada Arjuna.
Walau sedikit tidak rela, tapi akhirnya lelaki itu mengangguk.
Awi yang mendapatkan persetujuan dari suaminya itu, akhirnya menjatuhkan pelukannya pada lelaki yang sudah memberikannya harapan untuk bisa hidup lebih lama dengan suaminya itu.
"Lusa aku pergi. Aku harap kamu bahagia selalu, Wi."
Awi mengangguk dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Mas juga, semoga cepat menemukan kebahagiaan Mas."
###
Bersambungggg
Iya tau kok sedikit.
Kemarin2 hp rusak dan ga sempet update. Sekalinya update sedikit gini.Sorryyyy 😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Awi & Juna (Selesai)
ChickLitHighest Rank #4 in ChickLit *** Maaf, pernah membiarkanmu berjuang sendirian. -Arjuna Sakha Iskandar- ---- Cuma penulis amatir yang suka baca dan nulis. 100% karya sendiri. Tulisan masih berantakan. Berisi 75% typo. Bukan orang yang pinter pake berb...