Awi hanya bisa terdiam di dalam mobil yang dikendarai Gita.
Perempuan yang tengah hamil 8 bulan tersebut hanya bisa menunduk. Sedangkan kedua matanya tak henti mengeluarkan air mata.
"Sabar, Wi. Lo jangan nangis terus."
"Sabar gimana sih, Ta? Suami gue kecelakaan, lo bilang gue harus sabar?!" Seru Awi dengan nada yang cukup tinggi.
"Sorry." Ucap Gita.
Awi memandang sahabatnya itu dengan tatapan menyesal.
"Maaf, nggak seharusnya gue bentak lo gitu. Gue . . . gue cuma terlalu takut, Git." Ucap Awi ditengah isak tangisnya.
"No prob. Juna akan baik-baik aja. Suggest pikiran lo. Jangan stres, kesian anak kalian." Ucap Gita yang langsung dibalas anggukan oleh Awi.
Setelah itu, tak ada lagi percakapan antara keduanya.
Gita tetap fokus pada jalan didepannya. Sedangkan Awi memilih menunduk, enggan menatap jalan.
###
"Kita udah sampai." Ucap Gita yang langsung keluar dari mobil.
Awi menghela nafas dalam, berusaha menenangkan pikirannya dari segala kemungkinan buruk yang terjadi pada teman hidupnya itu.
Setelah dirasa tenang, ia membuka pintu dan menegapkan pandangannya.
Keningnya mengerut sempurna, tatkala kedua matanya memandang sekelilingnya.
Bukan.
Ini jelas bukan dirumah sakit.
Dan Gita, kemana sahabatnya itu?
"Sayang."
Suara itu, suara orang yang 2 hari ini begitu dirindukannya.
Awi memutar tubuhnya 180° , matanya membulat sempurna saat melihat Arjuna berada tepat beberapa meter dihadapan nya dengan senyum berlesung pipit itu.
"Mas Juna?" Seru Awi pelan, sedangkan kakinya sedari tadi melangkah perlahan-lahan.
"Hai. . ." Panggil Juna khas dengan cengirannya saat sang istri tepat berada beberapa jengkal dari tempatnya berpijak.
Bughhh
"Aw . . Aduh, Wi. Kamu ko malah pukul Mas sih?" Tanya Juna seraya menghindar dari pukulan istrinya.
"Aduh ampun, Sayang. Ampunnnn." Seru Juna kewalahan dengan pukulan Awi.
Kemudian dengan cepat, Arjuna meraih tubuh Awi masuk dalam pelukannya. Baru setelah itu, pukulan yang memang tak terasa apa-apa bagi tubuh Juna berganti dengan isak tangis yang sedari tadi ditahannya.
"Loh kok malah nangis??"
"Kenapa Gita bilang Mas kecelakaan? Padahal nyatanya Mas sehat wa afiat kayak gini, hah??" Tanya Awi setelah melepas pelukan Arjuna.
"Hehe Mas kan mau kasih kamu kejutan. Yuk, ada yang mau Mas tunjukin ke kamu."
"Enggak. Aku capek nangis terus!!" Seru Awi judes.
"Nggak ada yang nyuruh kamu nangis, Yang." Ucap Juna santai mengundang pelototan dari istrinya.
Sedangkan Arjuna hanya meringis.
"Iya iya, Mas minta maaf. Kamu capek? Sini Mas gendong."
"Gak perlu. Mas pasti capek, kan?" Ucap Awi saat melihat Arjuna masih berpakain kerja lengkap dengan jas juga sepatu pantofel nya.
"Uh manisnya istriku. Yaudah yuk ikut." Seru Juna mencolek hidung bangir istrinya gemas, dan setelahnya ia merangkul pinggang teman hidup resminya itu.
"Ini rumah siapa, Mas?" Tanya Awi saat Arjuna membawanya masuk ke dalam pagar rumah berukuran lumayan besar dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awi & Juna (Selesai)
ChickLitHighest Rank #4 in ChickLit *** Maaf, pernah membiarkanmu berjuang sendirian. -Arjuna Sakha Iskandar- ---- Cuma penulis amatir yang suka baca dan nulis. 100% karya sendiri. Tulisan masih berantakan. Berisi 75% typo. Bukan orang yang pinter pake berb...