"Mas seneng, kan?!" Seru Awi mendengus kesal, menatap Arjuna yang tengah duduk diatas Ayunan bulat rotan dengan Satria dipangkuannya.
"Jelas dong, Sayang. Emang kamu enggak seneng kalau kita punya anak lagi?" Tanya Juna menatap Awi dengan alis terangkat sebelah.
"Ya tapi kan enggak dalam waktu dekat ini, Mas. Satria aja baru 16 bulan, dan aku udah hamil lagi." Seru Awi frustasi.
"Ya terus kenapa sih emang? Apa masalahnya?" Tanya Juna santai.
"Aku takut. ." Ucap Awi membuat Arjuna mengalihkan pandangannya dari Satria, dan beralih menatap istrinya.
"Sini duduk." Seru Arjuna menepuk paha sebelah kirinya, sedangkan Satria dipangkuan sebelah kanannya.
Awi menurut, lalu duduk ditempat yang suaminya perintah tadi.
"Apa yang kamu takutin, hm?" Tanya Juna begitu keduanya duduk dengan jarak yang begitu dekat.
"Aku takut enggak bisa jadi ibu yang adil. Takut kalau Satria kurang kasih sayang karena kita terlalu fokus sama adiknya. Takut kalau . . . "
"Hey. Kamu kok mikirnya gitu? Kita sama-sama belajar, Sayang. Mas yakin kamu bisa jadi Ibu yang adil, terbaik untuk anak-anak kita."
"Tapi . . ."
"Jalanin aja ya? Si adek udah tumbuh juga dirahim kamu. Emang kamu mau gugurin dia, gitu?" Tanya Juna yang langsung dijawab gelengan pasti oleh Awi.
"Nah yaudah. Kita saling mengingatkan, melengkapi satu sama lain. Kamu percaya kalau Mas akan selalu disamping kamu?"
"Percaya." Jawab Awi.
"Pinter. Mau peluk?" Ucap Juna yang hanya dijawab anggukan oleh Awi.
Awi kemudian memeluk leher suaminya erat. Menghirup aroma tubuh Arjuna yang sudah seperti candu untuknya.
"Ma, Satria juga mau dipeluk katanya." Ucap Arjuna yang langsung membuat Awi tersadar bahwa ditengah mereka masih ada Satria.
"Hehe lupa. Sini, Nak." Awi mengambil alih Satria dari suaminya, lalu Arjuna langsung memeluk kedua orang tercintanya.
Wajahnya tepat berhadapan dengan pipi sang istri. Mencium pelipis istrinya berkali-kali. Membuat Awi tersenyum bahagia karenanya.
###
Hoekkk hoekkk
Satu kebiasaan Awi disetiap paginya saat hamil anak kedua hingga sekarang usia kandungannya memasuki bulan ke 4.
"Tenggorokan kamu enggak sakit? Hampir tiap pagi begini, Yang." Ucap Arjuna yang masih setia berdiri dibelakang sang Istri, dengan tangan memijat pelan bagian belakang leher istrinya.
"Sakit. ." Ucap Awi dengan mata merah menahan tangis.
Arjuna dapat melihat perubahan raut wajah istrinya dari depan cermin dihadapan keduanya.
Ia lalu membalikkan tubuh istrinya dan mendudukannya di walk in closet.
"Mau peluk?" Tanya Juna dan Awi langsung menghambur kedalam pelukkan suaminya yang begitu menenangkan.
"Coba biar Mas aja yang ngalamin morning sickness nya. Mas gak tega liat kamu tiap pagi begini terus, padahal waktu hamil Satria kamu gak mabok gini." Ucap Juna sendu seraya mempererat pelukan mereka, tanpa menekan perut sang istri.
"Maaf, ya? Mas gak bisa bantu banyak."
"Dengan Mas selalu ada disamping aku dan Satria, itu udah lebih dari cukup." Balas Awi tanpa melepaskan pelukan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awi & Juna (Selesai)
ChickLitHighest Rank #4 in ChickLit *** Maaf, pernah membiarkanmu berjuang sendirian. -Arjuna Sakha Iskandar- ---- Cuma penulis amatir yang suka baca dan nulis. 100% karya sendiri. Tulisan masih berantakan. Berisi 75% typo. Bukan orang yang pinter pake berb...