-Kebodohanku telah anggap dirimu Kan baik untukku butakan hatiku. Kau pergi begitu saja ku tahu, ku telah layu. -
Geisha - Kenangan Hidupku 🎵
****
"Mas. .""Kenapa, Wi?"
Keduanya sedang duduk santai di balkon, dengan dua cangkir teh hangat menikmati indahnya matahari sore.
"Boleh aku tanya sesuatu?"
Arjuna menyesap teh buatan istrinya itu dengan perlahan, baru kemudian menatap Awi.
"Tanya apa?"
"Tapi, janji gak marah ya??" pinta Awi seraya mengacungkan kelingkingnya didepan wajah Arjuna.
Arjuna terkekeh kecil sebelum akhirnya menautkan kelingkingnya dengan kelingking istrinya.
"Hmm." jawab Juna singkat.
"Na itu siapa, Mas?"
"Maksud kamu?"
"Aku cuma penasaran aja. Mas sendiri yang bilang untuk saling terbuka. Tapi aku sama sekali gak tau masalalu Mas."
"Yaudah, apa yang Mas mau tau tentang aku?" tanya Awi .
"Semuanya." jawab Juna ambigu.
"Mulai dari?"
"Cinta pertama kamu, misalnya."
Panca. Selalu dia.
"Tapi nanti Mas gantian."
"Iya, De." jawab Juna mengelus puncak kepala Awi dengan senyum yang mencetak lesung pipi di wajah tampannya itu.
Awi tersenyum malu.
"Seperti yang Mas tahu, aku enggak pernah punya pacar. Tapi untuk cinta pertama, namanya Mas Panca. 2 tahun diatas aku. Kenal udah lama, sampai enggak tau kapan mulai suka sama dia. Sampai sekarang masih satu perusahaan sama dia. Cuma beda bagian aja. Udah, sesingkat itu aja."
"Udah?" tanya Juna yang masih belum puas dengan jawaban Awi .
"He'em. Sekarang gantian, Mas yang cerita."
"Namanya Raina. Dia memang bukan yang pertama. Tapi sejak awal pacaran, aku selalu ingin menjadikannya perempuan terakhir dalam hidupku. Aku enggak tahu, apa yang membuat Keluargaku enggak suka sama dia. Maka dari itu, aku enggak pernah melamarnya. Sampai takdir mempertemukan aku dengan kamu."
"Sampai sekarang, Mas masih menyukainya??" tanya Awi walau sebenarnya ia tidak mau mendengar jawaban yang mungkin akan melukai hatinya.
Arjuna terdiam. Dan itu sudah cukup menjadi jawaban untuk Awi .
Awi tersenyum, kemudian bangkit dari duduknya.
"Sebentar lagi magrib. Aku masuk duluan, Mas."
"Awi. . ."
Arjuna memeluk tubuh mungil yang hanya sebatas dadanya itu dari belakang.
"Maaf." ucap Juna.
"Bukan salah Mas. Kita gak bisa memilih, dengan siapa hati kita menjatuhkan pilihannya."
***
"Kamu hari ini libur kan, Wi?"
"Iya, Mas. Kan tanggal merah. Ada apa emang?" tanya Awi seraya menguncir asal rambutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awi & Juna (Selesai)
ChickLitHighest Rank #4 in ChickLit *** Maaf, pernah membiarkanmu berjuang sendirian. -Arjuna Sakha Iskandar- ---- Cuma penulis amatir yang suka baca dan nulis. 100% karya sendiri. Tulisan masih berantakan. Berisi 75% typo. Bukan orang yang pinter pake berb...