Betapa hebatnya manusia yang mampu menanti, sabar dan ikhtiar demi hasil yang tak pasti. Betapa hebatnya manusia yang mampu menanti, pada hati yang selalu berkata "nanti"
###
"Udah malem, Wi. Kamu pulang ya sama Mama, Ayah dan yang lainnya." suara berat Arjuna menyadarkan Awi yang masih setia disisinya walaupun jam besuk sudah lewat.
"Aku mau disini, Mas. Nemenin kamu. Kalau aku pulang, kamu gimana? Kalau butuh apa-apa kamu minta tolong sama siapa?"
Arjuna menatap istrinya itu.
"Kamu harus pulang, Sayang! Inget, kamu harus banyak istirahat. Disini udah ada suster dan dokter yang jaga aku. Lagian aku udah nggak apa-apa." ucap Juna.
Kali ini, Awi masih bersikeras untuk tetap di Rumah Sakit. Tapi lagi-lagi Arjuna menolaknya dengan tegas.
"Enggak! Kamu harus tetep pulang. Besok juga bisa kesini lagi. Atau, kalau kamu nggak mau pulang, biar aku aja yang nemenin kamu pulang. Gak usah ada rawat-rawatan di RS." Ucap Arjuna yang hendak melepaskan selang infus nya.
Sontak membuat Awi menggeleng kemudian mengalah.
"Kamu pulang ke rumah Mama atau Ibu. Pulang ke rumah Ayah sama Dika juga nggak apa-apa. Asal jangan ke rumah, aku nggak mau kamu sendirian aja disana." titah Juna yang langsung mendapat anggukan patuh dari istrinya.
"Mau ke rumah Ayah aja. Yang lebih deket dari sini." seru Awi.
Semua yang ada disana sudah keluar, menyisakan Arjuna dan Awi. Dika cukup paham dengan kondisi itu, kemudian memilih keluar dan menunggu kakak perempuannya itu di luar ruang rawat kakak iparnya.
Awi menjatuhkan tubuhnya dalam pelukan Arjuna. Menghirup harum tubuh suaminya. Mencari kenyaman pada dada bidang pria dihadapannya itu.
"Aku harus pulang yaa?" tanya Awi seolah ingin mengubah keputusan suami nya itu.
Tapi anggukan pasti disertai senyuman itu sudah menjawab keinginan Awi.
"Aku ngerasa jadi istri yang ga berguna." ucap Awi terunduk.
"Siapa bilang? Aku yang nggak mau kamu kenapa-kenapa. Cukup kemarin aja kamu nggak tidur dengan nyaman. Sekarang pulang ya. Kamu harus banyak istirahat, kesian dedeknya. Maaf nggak bisa nemenin kamu." ujar Arjuna seraya mengusap lembut rambut panjang istrinya.
Awi melepaskan pelukan mereka dan mengangguk kecil, kemudian mencium pipi kanan dan kiri Arjuna. Dibalas Arjuna mengecup kening sang istri.
"Aku pulang. Kalau ada apa-apa langsung telpon aku." pesan Awi sebelum ia meninggalkan ruang rawat suaminya.
###
"Assalamu'alaikum. ." ucap Awi saat kakinya melangkah memasuki rumah lamanya -dulu-
"Wa'alaikumsalam." jawab wanita paruh baya yang dulu sempat diperlakukan tidak baik oleh ia.
Awi tersenyum kemudian menyalimi Ibu tiri dan Ayah nya itu.
"Awi mau nginep disini nggak tau sampai kapan, Tante." ucap Awi yang langsung menyampaikan maksudnya.
"Kamu nggak usah sungkan, sayang. Ini juga masih rumah kamu." balas Ratna -Ibunda Dika-
Awi tersenyum, kemudian melangkahkan kaki ke kamar lamanya dulu.
Kesan pertama yang ia temukan adalah kamarnya tidak berubah. Masih sama seperti dulu. Cat berwarna biru dan merah muda mendominasi kamarnya.
Boneka-boneka yang menjadi teman tidurnya pun masih tertata rapih di atas ranjangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awi & Juna (Selesai)
ChickLitHighest Rank #4 in ChickLit *** Maaf, pernah membiarkanmu berjuang sendirian. -Arjuna Sakha Iskandar- ---- Cuma penulis amatir yang suka baca dan nulis. 100% karya sendiri. Tulisan masih berantakan. Berisi 75% typo. Bukan orang yang pinter pake berb...