Bagian 4 - Alwiranda & Arjuna

52.1K 3.8K 21
                                    

Hallo
Selamat hari senin.
Selamat kembali masuk sekolah.
Selamat bangun dari mimpi indah.
Paginya diawali dengan bismillah ya.
Jangan lupa senyum dan bahagia :)

💋

Karena semengecewakan apapun
seseorang, rasa cinta terhadapnya
mampu mengalahkan segalanya.

***

"Kak Awiiiii.." teriak seorang remaja laki-laki begitu Alwiranda memasuki pekarangan rumah di hadapannya ini.

"Hai Dikaaa." Panggil Awi seraya merentangkan tangan dan memeluk sayang adiknya.

"Akhirnya kakak mau kesini. Ayah nanyain kakak kapan kesini terus. Ayo masuk kak." Ucap Dika menggandeng tangan kakaknya masuk ke dalam rumah nya yang cukup besar itu.

"Ma, ada Kak Awi nih." Teriak Dika saat keduanya baru saja memasuki pintu masuk.

"Masuk, nak. Ayah nunggu kamu dikamar. Tadi Dika sempet bilang kamu mau ke sini. Jadi Mama siapin makanan kesukaan kamu." ucap Ratna -Ibu Dika-, yang artinya itu adalah Ibu tirinya.

"Makasih, tante. Tapi Saya gak lama disini. Cuma mau nengok Ayah sebentar." Jawab Awi kemudian ia kembali berjalan ke arah kamar Ayahnya seorang diri.

Perempuan yang dipanggil 'Tante' oleh Alwi itu hanya tersenyum kecil dengan helaan nafas berat yang cukut ketara. Dika menghampirinya dan memegang tangan sang Ibu.

"Sabar ya, Ma. Kak Awi sebenernya baik banget. Cuma kakak belum bisa terima keberadaan Mama aja." Ucap Dika menenangkan sang Ibu.

***

Awi menatap sekotak tupperware yang berisi makanan kesukaannya, yang di masak oleh Ibu tirinya. Awi menolak untuk makan disana setelah menengok sang Ayah. Tapi Dika memaksanya untuk membawa makanan yang memang dimasak oleh Ibunya itu untuk Awi.

Lagi-lagi ia teringat ucapan sang Ayah beberapa waktu lalu, sebelum ia memutuskan pulang dan pergi ke kampung halamannya.

"Awi, maaf untuk segala sikap dan perlakuan kekanakan yang dulu Ibu dan Ayah lakukan sampai menimbulkan trauma untuk kamu. Saat itu, Ayah benar-benar khilaf. Entah dimana akal sehat Ayah sampai Ayah dengan tega mengkhianati cinta Ibu kamu."

"Apa Ayah menyesal?"

"Tentu. Ayah menyesal. Ayah merasa bersalah pada kamu, Wi. Karena Ayah, kamu enggan berdekatan dengan lelaki manapun. Ibu yang menceritakannya pada Ayah."

"Apa Ayah menyesal juga setelah Ayah menyakiti Ibu?"

"Satu hal yang harus kamu tahu, Wi. Ibu dan Ayah menikah karena di jodohkan. Saat itu Ayah sama sekali tidak punya perasaan apapun terhadap Ibu kamu, begitupun sebaliknya. Hingga akhirnya, kami berdua melakukan kesalahan. Ayah bermain api dibelakang Ibu kamu, dan Ibu juga melakukan hal yang sama dengan Ayah. Saat itu, Ibu marah karena merasa dikhianati. Ayahpun merasakan hal yang sama. Hingga akhirnya kami malah saling menyakiti dan memutuskan berpisah. Tanpa memikirkan dampak buruknya terhadap kamu."

Awi tercengang mendengar fakta baru yang diungkapkan Ayahnya setelah hampir 8 tahun Ayah dan Ibunya itu bercerai. Alwi fikir, hanya Ayahnya lah yang bersalah disini. Tapi ternyata . . . .

"Ayah baru menyadari betapa pentingnya kalian dalam hidup Ayah setelah Ayah kehilangan kalian. Kamu putri Ayah satu-satunya, Wi. Ayah mohon, maafkan Ayah."

Awi menghela nafas panjang. Tak tahu apa yang sedang dirasakannya kini. Sedih? Tentu. Anak mana yang mau melihat kedua orang tuanya bercerai?

Ia tersenyum getir memandangi foto Ayah, Ibu dan dirinya yang masih ia simpan hingga kini.

Awi & Juna (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang