Takdir itu diluar kendali kita. Seperti halnya mencintai.
###
Waktu menunjukkan pukul 20.30, Awi baru saja selesai makan malam bersama keluarga suaminya itu. Tapi ketika kembali lagi ke kamar dan mengecek ponsel nya, Arjuna tetap tidak mengabarinya.
Sesibuk itu kah??
Awi hanya khawatir. Tidak bisakah Arjuna barang 5 menit saja menelpon nya? Atau mengirim pesan singkat yang mengatakan bahwa ia baik-baik saja disana?
Tak mau memikirkan lebih jauh. Awi memutuskan keluar kamar dan menuju kamar Daffa dan Daffi.
"Daffa sama Daffi lagi apa?" Tanya Awi begitu kakinya memasuki kamar adik kembar Arjuna itu.
"Baru selesai ngerjain PR, mbak." Jawab Daffi.
"Yaudah, habis ini tidur ya. Mbak yang temenin." Ucap Awi seraya duduj ditepi ranjang.
Kedua anak lelaki itu langsung naik ke atas ranjangnya kemudian menatap Awi.
"Enggak." Ucap keduanya serentak.
"Loh? Kok nggak mau tidur?
"Bacain dongeng dulu dong, Mbak. Baru tidur deh. Ya kan, fi?" Ucap Daffa yang langsung dijawab anggukan oleh Daffi.
"Oke. Kalian tiduran, nanti Mbak bacain cerita."
"Mbak tidur sama kita aja. Mbak ditengah. Daffi mau ngobrol sama dedek bayinya." Ucap Daffi membuat Awi terkekeh kecil karena tingkah polosnya itu.
"Iya iya." Awi merubah posisinya, ia duduk bersandar pada kepala ranjang. Dengan Daffa disamping kanannya, dan Daffi disamping kirinya.
Awi memulai ceritanya, sedangkan tangan mungil dua kembar itu sudah memeluk perutnya hangat.
Awi tersenyum sekilas.
"Angsa yang bertelur emas."
Suatu hari, seorang petani membawa seekor angsa pulang ke rumahnya Esoknya, angsa itu mengeluarkan telur emas.
“Angsa ajaib,” kata petani. la segera membawa telur emas itu ke pedagang emas di pasar untuk mengetahui apakah telur itu benar-benar emas.
“Ini emas murni,” kata pedagang emas. Pedagang membeli emas itu dengan uang yang banyak.
Sejak saat itu, angsa setiap hari mengeluarkan telur emas. Kini, petani telah memiliki selusin telur emas. Tapi, ia masih belum puas.
“Aku akan kaya raya. Tapi, aku ingin angsa mengeluarkan Iebih dari satu telur emas setiap hari agar aku cepat kaya,” kata petani.
Setelah angsa mengeluarkan telur emas yang banyak dalam sehari, petani masih belum puas juga. “Angsa itu mengeluarkan banyak telur emas. Aku tidak akan menunggu besok. Aku ingin cepat kaya. Aku akan menyembelih angsa itu dan mengambil seluruh emas dalam tubuhnya,” pikir petani.
Petani menyembelih angsa, tapi ia sangat kaget. la tidak menemukan satu telur emas pun dalam tubuh angsa.
Kini, ia hanya bisa menyesal. Karena serakah, ia telah menyembelih angsa. Andai saja ia tidak me nyembelih angsa itu, ia pasti masih bisa mendapat- kan telur emas. Itulah akibat dari keserakahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awi & Juna (Selesai)
ChickLitHighest Rank #4 in ChickLit *** Maaf, pernah membiarkanmu berjuang sendirian. -Arjuna Sakha Iskandar- ---- Cuma penulis amatir yang suka baca dan nulis. 100% karya sendiri. Tulisan masih berantakan. Berisi 75% typo. Bukan orang yang pinter pake berb...